Young-ji menatap nasi dan sup yang tersaji di meja makan tanpa minat. Kini, empat sahabat karib tengah berkumpul di sebuah cafe dekat rumah Ye-jin. Awalnya, mereka berkumpul dengan tujuan untuk belajar kelompok dalam rangka menghadapi ulangan tengah semester. Yang terjadi adalah mereka memesan makanan hingga meja itu penuh dengan piring dan sendok.
"Sup nya satu mangkok lagi!" Teriak Ye-jin agak keras.
Pelayan pun mencatat lagi pesanan baru mereka. Mereka hendak mengenyangkan perut hingga ke akar-akarnya. Baik Ye-jin, Seo-hee maupun Yeon-mi terlihat sangat bahagia saat ini. Young-ji hanya diam sambil mengaduk nasinya dengan perasaan tak karuan. Setelah mendengar jawaban Jung-kook yang seakan merenggut seluruh jiwanya, ia tidak bisa tidur nyenyak dan makan dengan baik. Kalimat itu diputar berulang-ulang di benaknya seperti radio dengan frekuensi yang semakin tinggi. Hal itu sangat menganggu konsentrasinya.
Malam itu, Jung-kook langsung pergi begitu saja setelah menjawab Eun-bi. Young-ji masih terdiam dengan kaki yang seketika lemas. Ia marah dan kecewa di saat yang bersamaan. Ingin rasanya dia menghampiri Jung-kook dan bertanya tentang maksud jawaban itu. Namun, melihat Jung-kook yang meninggalkan TKP begitu saja membuat Young-ji yakin bahwa lelaki itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Young-ji? Park Young-ji?"
Young-ji tersadar setelah Seo-hee melambaikan tangannya tepat di hadapannya. Young-ji pun memaksakan seulas senyum dan mulai menyantap makanannya tanpa minat.
"Kau kenapa? Akhir-akhir ini kau terus melamun." Tanya Seo-hee yang terlihat lebih ke peduli daripada penasaran.
"Aku.... Ada yang ingin kutanyakan pada kalian." Ujar Young-ji serius.
"Apa? Apa? Apa ini tentang Jung-kook?"
Meskipun Yeon-mi terkesan konyol dan lola di saat tertentu, namun untuk hal seperti ini, Yeon-mi sangatlah peka. Young-ji mengangguk ke arah Yeon-mi.
"Jadi semalam aku pergi ke agensi Jung-kook untuk mengantar bekal. Jung-kook pulang dan menggendong seorang gadis lalu memapahnya duduk di kursi. Lalu gadis itu bertanya apakah Jung-kook sudah punya pacar-"
"Lalu Jung-kook menjawab tidak?" Tebak Ye-jin sambil mengangkat alisnya. Young-ji mengangguk lalu menundukkan kepalanya. Mereka berempat sudah mendekat hingga posisinya membentuk sebuah lingkaran. Ye-jin dan Seo-hee terlihat berpikir sejenak sedangkan Yeon-mi sudah mengomeli betapa konyolnya jawaban Jung-kook itu.
"Begini, aku pikir.... Jung-kook tidak tahu kau ada di sana." Ucap Ye-jin.
"Tidak! Dia masih menatapku sebelum mengatakan itu. Dia tahu aku ada di sana dan dia sengaja menjawab seperti itu. Itu seperti dia sengaja ingin membuatku sakit hati." Gumam Young-ji jujur.
Young-ji tidak bisa berpikir positif mengenai hal tersebut. Tidak ada hal yang menyenangkan dari peristiwa tidak diakui statusnya sebagai seorang pacar. Jung-kook yang berkali-kali menegaskan bahwa mereka berpacaran, tapi dia pula yang tidak mengakui Young-ji di depan orang lain. Itu membuat Young-ji sangat terluka.
"Sejak kapan dia seperti itu? Setahuku, Jung-kook sangat peduli padamu. Dia selalu berusaha membuatmu senang." Ucap Seo-hee yang kalem.
"Tidak tahu... Itu terjadi setelah kencan terakhir kami di taman bermain. Dia mulai jarang bisa dihubungi. Bahkan kami sama sekali tidak bertemu selama beberapa hari. Aku pun tahu bahwa dia pergi ke Gwang-ju dan setelah ia pulang, ia sudah bersikap begitu." Ujar Young-ji yang semakin lesu.
"Ada tiga kemungkinan. Yang pertama dia hanya menganggapmu mainan. Karena itu pula dia berusaha mendapatkanmu lalu setelah ia dapat, ia akan membuangmu begitu saja. Yang kedua ia ingin membuatmu cemburu. Yang ketiga, ada alasan yang tidak dapat ia katakan." Ucap Yeon-mi dengan gaya ala detektif.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY FAVORS ME ( Sudah Terbit, Ready Stock Di Shopee)
Fanfic"Jika aku bilang dulu kita pernah berpacaran, apa kau percaya?" Tanya Jung-kook. "Memangnya aku bodoh? Dulu aku bersekolah di Tokyo. Kita tidak saling mengenal." Jawab Young-ji Jeon Jung-kook pergi ke Seoul untuk menjadi seorang penyanyi. Bertemu d...