"A.. Aku.. Aku tak tahu. Pulang saja sana!" Gertak Young-ji yang sok marah padahal ia merasa malu. Cahaya dari lampu jalan malam itu masih cukup terang untuk membuat Jung-kook menyadari rona merah yang muncul di pipi gadis itu.
"Aku akan mengantarmu kembali ke rumah." Ujar Jung-kook penuh semangat.
"Tidak, tidak. Kau pulang, berlatih dengan keras dan jangan dekat-dekat denganku." Ucap Young-ji sambil mendorong lelaki itu pergi.
"Kalau begitu besok aku datang menjemputmu ke sekolah." Balas Jung-kook tak mau kalah.
"Tidak mau. Pokoknya kau pergi!"
"Pilih. Kuantar pulang sekarang atau kujemput ke sekolah besok?"
Ingatan Jung-kook tentang percakapan mereka semalam membuatnya tertawa ringan. Bukan masalah jika ia tertawa dengan seseorang di sekitarnya, namun yang membuatnya terlihat aneh adalah ia tertawa saat ia sedang duduk sendirian di kursi. Tangannya sibuk memainkan kaleng minum yang sudah habis isinya.
"Kenapa kau tertawa sendiri dan tidak mengajakku?" Tanya seseorang dari belakang. Jung-kook menoleh dan mendapati teman seperjuangannya tengah mengamati tingkahnya sejak tadi.
"Tae-hyung, kau hanya menghancurkan suasana." Jawab Jung-kook malas. Tanpa aba-aba, Tae-hyung langsung mengambil tempat di samping Jung-kook, posisi itu seakan telah diinden sejak berabad-abad yang lalu.
"Hei, bagaimana dengan kencan butamu kemarin? Aku yakin pasti memuaskan. Bagaimanapun aku yang telah berjasa memberimu pengalaman kencan buta yang spektakuler, yang tidak semua orang bisa rasakan." Jelas Tae-hyung panjang lebar. Jung-kook menguap lebar-lebar setelah mendengar perkataan itu, membuat Tae-hyung memukul paha Jung-kook hingga ia mengaduh kesakitan.
"Sebetulnya, kencan buta itu.... menarik." Ujar Jung-kook diiringi senyum penuh arti. Kencan buta yang mereka maksudkan adalah kejadian yang mempertemukan Jung-kook dengan Young-ji – Gadis yang telah mewarnai hari-hari Jung-kook.
"Hahahah.. Itu sudah pasti. Berterima kasihlah padaku. Aku begitu baik memberikan kesempatan padamu. Btw, gadis itu benar-benar menarik waktu kecil. Aku pernah bilang kan? Dulu dia adalah tetanggaku. Dia tinggal seberang rumahku dan orang tuanya berteman baik dengan orang tuaku. Lalu kami bermain pasir waktu kami masih lima tahun dan piknik di pantai ketika kami enam tahun. Dia begitu lucu saat itu..." Ujar Tae-hyung yang tersenyum kecil mengingat memori masa kecilnya.
"Benarkah? Young-ji teman masa kecilmu?" Tanya Jung-kook yang mulai penasaran.
"Tentu saja. Bagaimana? Kencan sehari dengannya terasa menyenangkan, kan?" Tanya Tae-hyung.
"Haha.. Benar. Itu sangat tak dapat kulupakan" jawab Jung-kook.
"Semua orang melakukan kencan buta untuk kesenangan sehari. Kupikir bagus juga jika diingat terus, kita akan bahagia setiap kali memikirkannya." Ujar Tae-hyung yang menepuk punggung Jung-kook. Seharusnya, ia yang pergi menemui Young-ji pada saat kencan buta. Namun, mamanya berkata bahwa Young-ji melihat foto Jung-kook dan ingin berkenalan dengan lelaki itu. Jadilah seperti sekarang.
"Mereka tidak hanya bertemu sehari. Mereka berpacaran."
Sebuah suara dari belakang membuat keduanya tersentak kaget. Jung-kook menatap Yoon-gi yang menghampiri mereka dengan ekspresi datar. Dalam hati, Jung-kook ingin memarahi Yoon-gi karena membocorkan rahasianya.
"Heol....Kau berpacaran? Dengan Young-ji?"
Jung-kook langsung membekap mulut Tae-hyung sambil melirik sekitar – takut bila ada orang lain yang mendengar. Ternyata, tidak ada siapapun selain mereka bertiga. Satu orang lagi di agensi telah tahu tentang ia berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY FAVORS ME ( Sudah Terbit, Ready Stock Di Shopee)
Fanfic"Jika aku bilang dulu kita pernah berpacaran, apa kau percaya?" Tanya Jung-kook. "Memangnya aku bodoh? Dulu aku bersekolah di Tokyo. Kita tidak saling mengenal." Jawab Young-ji Jeon Jung-kook pergi ke Seoul untuk menjadi seorang penyanyi. Bertemu d...