Part 2

222 6 1
                                    

Rain.
Like a waterfall on your eyes.
It's not always a symbol of sadness.
Sometime it's a happiness.
When we walk down the street in the middle of rain, it's a happiness.  Yeah. It's a happiness.
I don't need an umbrella.
I don't need to run.
I don't need a dry clothe.
I just need your hug to make me stay warm.
I love you Saturday, I love you Mahadewi Maudy.

-Bhian Adam Owen-

                ***

Maudy Pov

    Rintikan hujan membuatkan embun dikaca jendela kamarku, bergumal didalam selimut tebal adalah pilihan yang pas. Aku mengotak atik layar ipadku, melihat kembali memory bersama Bhian saat kami di Australia.  Inilah yang selalu kulakukan saat aku sendirian, mengenangnya. Itulah yang aku bisa, kata mami aku dan Bhian adalah pasangan serasi.

    Kata mami Bhian begitu mencintaiku, kelihatan dari caranya. Tahun ini adalah tahun keenam aku menjadi kekasih Bhian. Enam tahun sudah berlalu, bukan hal yang mudah untuk dilalui. Tiba - tiba anganku terhenti pada coklat panas buatan Skyline cafè, hmmmm... pasti enak sekali kalau hujan - hujan begini menikmati coklat panas cafè itu.

    Nah, aku akan mengajak Bhian untuk kesana siang ini. Udara Bandung sangat dingin sekarang, pas untuk menikmati segelas coklat panas di cafè itu, suasananya juga tenang. View cafè itu juga bagus, itulah kenapa aku selalu senang setiap kali Bhian mengajakku kesana.

    Calling out... My Bhian.

   "Halo sayang, kamu dimana? Kita ke Skyline yuk."
   "...."
   "Oke deh sayang.. aku siap - siap dulu yah"
   "...."
   "I love you"

    Aku bersiap - siap. Aku merapikan diriku dan berdandan sekedarnya. Pensil alis, softlens, dan lipstik berwarna peach untuk bibir pink alamiku. Aku memilih sweater berwarna coklat muda berbahan cashmire, dan jeans berwarna navy. Tak lupa sepatu berwarna senada dengan sweaterku juga handbag keluaran Louis Vuitton. Aku mengikat rambut ikalku menjadi satu, aku bergegas keluar kamar dan menunggu Bhian.

    "Kamu mau kemana sayang? Cantik banget anak mami?"

    "Lagi nungguin Bhian mi. Dia belum datang"

    "Ohhh.. eng... hmmm... gimana kalau diantar Pak Somad aja? Nanti Bhian ketemu kamu disana aja"

    "Jadi mami gak ngebolehin Bhian ke rumah kita lagi?"

    "Bbbb..buu..bukan gitu sayang. Mami cuma gak mau kamu nunggu lama. Pak Somaaadd. Pak, anterin Maudy kemanapun dia mau pergi yah?"

    "Baik nyonya. Mau kemana nyonya?"

    "Ketemu Bhian"

    "Haa.. hmm ttappii nyonya?"

    "Sudahlah Pak. Demi Maudy"

    "Baik nya."

    "Ayok non. Bapak aja yang anterin yah non"

    "Hmmm yaudah deh. Aku telfon Bhian dulu yah biar dia gak usah jadi jemput aku"

    "Sayang. Aku sama Pak Somad aja. Kita ketemu disana aja yah"
    "Sudah pak. Ayok kita jalan. Ke Skyline Cafè di dago yah pak"

    "Baik non"

  Pak Somad mengantarku ke dago. Aku tak sabar untuk bertemu dia. Rindu sekali, sudah lama aku tak bertemu dia. Aku memandang ke arah luar jendela, kegiatan yang selalu kulakukan kalau aku sedang didalam mobil. Sudah dua minggu ini Bandung selalu diguyur hujan. Kasihan mereka yang memakai kendaraan roda dua, pasti kebasahan, belum lagi kalau mereka terkena flu.

Saturday (with Bhian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang