Part 9

78 3 0
                                    

Starting a new life...

Bandung, two months later.

     Maudy POV

     Hari ini ku mulai hari baruku. Menjadi Maudy yang baru dalam segalanya. Papi sudah memberiku ijin ke kantor, Aku merapikan blazerku menyemprotkan Parfume channel no 5 ku ke leher dan kedua tanganku. Wish me luck! Semoga keberuntungan selalu menyertaiku setelah ini.
     Welcome to your new life, Maudy!!! Aku meraih segelas coklat panas buatan bi Ijah. Coklat panas terlezat di rumah ini. Sepotong roti plus selai keju diatasnya, aku meraih handbag dan beberapa map yang tergeletak di meja makan. Pak Somad sudh setia menungguku dengan segelas kopi hitam panasnya.
     Dulu aku sering becandain supir tercintaku ini karena hobbynya yang selalu minum kopi hitam setiap pagi sebelum bekerja. Katanya sih, "Starting your day with a cup of black coffee and make your story"
     "Pak somad. Bapak kalau minum kopi item itu ntar kelihatan loh pas kopinya ngalir ditenggorokan. Bapak kan iteeemmmm"
     "Makasih non"
     "Kok makasih"
     "Udah lama saya gak di becandain non kaya gini"
     "Hahaha oke deh pak mulai hari ini sampai seterusnya saya akan becandain bapak terus"
     "Yuk berangkat Non...."
     Seperti biasa, Bandung selalu macet kalau pagi - pagi begini. Tak ada yang mau mengalah. Semuanya mencari kesempatan untuk nyalip, tapi aku sangat menikmati pagiku hari ini. Macet - macetan, suara klakson, belum lagi suara - suara kendaraan lain yang bisa kudengar sayu - sayu dari dalam mobilku.
    
Frederick Mining Company 07. 15 am.

     "Jemput saya tepat waktu ya Pak"
     "Oke non"
   Pak Somad berlalu bersama mobil berjenis sedan milikku. Aku berjalan kedalam kantor dengan penuh semangat. Para karyawan menyambutku dengan senyum hangat mereka plus ucapan selamat pagi Ibu.
    Aku menekan tombol 16 pada sisi kanan lift. Ya, ruangan kerjaku berada di lantai 16. Aku menemukan sekretarisku duduk anggun di luar ruang kerjaku. Clarissa sudah menjadi sekretarisku sejak setahun yang lalu.
     Dia sudah menyiapkan segala sesuatu yang harus ku kerjakan dan ku tanda tangani. Selama tak ku tempati, ruangan ini terasa lebih dingin. Aku membuka tirai jendela ruang kerjaku, dari sini aku bisa memandangi kemacetan Kota Bandung dari sudut manapun.
    "Ibu Maudy. Ada kiriman bunga."
    "Buat siapa Clarissa?"
    "Buat ibu"
    Clarissa mengetuk pintu ruang kerjaku dan mengantarkan sebuket lili putih yang masih sangat segar. Tak ada alamat pengirimnya, hanya ada ucapan selamat bekerja kembali. Lili putih, seperti Bhian saja. Aku ingat dulu Bhian sering mengirimiku bunga, tapi jelas saja ini bukan dia.
    Aku meletakkan lili putih di sebuah vase kosong di meja tamuku. Harumnya bisa kucium dari jarak dekat. It's oke Maudy, tak perlu ada yang di fikirkan.  Lili ini tak berarti apa -  apa. Mungkin ini hanya ucapan selamat dari salah satu karyawan di kantor ini.
    

                              ***

Lunch time at Lunch Box cafe

     "Hi. Sorry ya Mody sayang. Gue baru bisa istirahat lima belas menit yang lalj. Jadi gue telat deh. Lu udah mesen?"
     "Udah kok. Gue pesen bulgogi, lu pesen apa?"
     "Gue chicken katsu sama macarony deeh"
     "Tadi ada seseorang yang kirimin gue bunga"
     "Siapa?"
    "Ga tau Sa. Tadi Clarissa bilang tak ada nama dan alamat pengirimnya."
    "Cieee... Masih jaman nih pake secret admirer... Jadi inget jaman SMA dulu. Lu inget gak si Abimanyu? Itu looohh yang dulu sering ngasih lu coklat diem - diem yang akhirnya ketahuan pas kita prom"
    "Ooohhh iya si Abi. Inget gue. Kaya apa ya dia sekarang?"
    "Katanya sih udah jadi Pilot. Terakhir gue ketemu bulan lalu pas gue sama Dirga mau ke XXI"
    "Oohhh... Iya... Masih gendut dia?"
   "Antusias banget. Hahahaa dia udah kurusan. Sekarang badannya udah petak - petak gitu. Cakep deh!"
  "Ohhh gitu. Stop! Gue tahu apa yang ada di kepala lu sekarang. Stop trying to make us close! Gue lagi gak mau dekat sama siapa - siapa sekarang. Healing process gue baru aja berhasil, dan gue mau rusak lagi karena seorang lelaki"
    "Ahhh... Tauuuu ajaaa... Mody it's time to move on. M - O - V - E    O - N"
    "Gue percaya Tuhan di bandingin elu!!"
    "Iya dehh Miss perfect di segala arah!"

     Thank you Raisa. Kata itu yang paling pas untuk ku ucapkan pada sahabat sepanjang masaku ini. Dia lebih memilih makan siang bersamaku dibandingkan dengan Dirga. Meskipun terkadang aku menolak ajakan Raisa, namun dia tak pernah lelah mengajakku setiap hari.
    Makan siang kami di tutup dengan puding coklat andalan restoran ini, aku masih punya waktu setengah jam untuk kembali ke kantor dan memulai meeting bersama staff - staff.
   Aku bersama Pak Somad kembali ke kantorku. Siang ini aku disambut dengan sebuah coklat buatan Paris, masih dengan si pengirim misterius. Kali ini dengan ucapan, "Have a great lunch"
   Mungkinkah ini Abimanyu? Aku jadi ingat bahwa Abimanyulah yang dulu sering memberiku hadiah dengan cara seperti ini. Mungkinkah dia lagi? Bagaimana dia tahu alamat kantorku? Raisa bilang mereka hanya bertemu sebentar.
   Mana mungkin mereka bertukar cerita tentangku. Dan tentu saja Abimanyu sudah mempunyai pasangan hidup. Coklat dan bunga. Sungguh membingungkan. Aku sudah berusia dua puluh empat tahun dan masih saja ada yang namanya secret admirer.
    Aku memberi coklat itu pada Clarissa. Aku tak menginginkannya. Semua ini hanya akan mengingatkanku pada Bhian. Bhian suka coklat dan Bhian suka memberiku lili. Aku menghempaskan diriku pada sebuah kursi super nyaman. Ruanganku sengaja ku setting senyaman mungkin agar aku tak merasa aku sedang bekerja.
     "Ini beneran buat saya bu?"
     "Iya Clarissa. Coklat ini buat kamu"
     "Tapi ini coklat kualitas premium ibu. Pasti mahal harganya"
     "Saya gak tau siapa pengirimnya. Saya juga gak tau kenapa dia rela menghabiskan uangnya untuk saya. Saya lagi tak ingin makan coklat. Buat kamu saja"
    "Thank you ibu"
    "Oh iya jika lili ini sudah layu kamu minta tolong OB belikan saya mawar segar dan ganti lilinya."
    "Baik ibu"
    Aku memejamkan mataku sesaat, menarik nafas panjang untuk mengisi paru - paruku yang terasa sesak. Aku meraih segelas air putih sebelum beranjak ke ruangan meeting. Meeting nanti pasti akan sedikit menenegangkan mengingat papi tak bisa hadir jadi aku harus memimpin rapat untuk hari ini.
    "Mari ibu kita ke ruangan meeting"
    "Sudah kamu siapkan agenda saya?"
    "All done ibu"
    "Thank you Clarissa"

                                ***

    "Gimana suasana di Kantor tadi?"
    "Menyenangkan mami"
    "Ohhh iya rapatnya gimana? Hasilnya?"
    "Aku sudah suruh Clarissa untuk meng - emailkan hasil rapat ke papi. Besok pagi papi sudah bisa baca hasil rapatnya"
    "Oke thank you sayang"
    "You're welcome papi. I hope it'll be my first and last time leading a meeting. I was so nervous papi"
    "Hahaha that's okay Maudy"
    Perbincangan makan malam keluarga dimulai dari bagaimana hariku di kantor dan hasil meeting. Hidupku mulai berangsur membaik dari sebelumnya. Meskipun tak ada Bhian. Meskipun setelah makan malam aku akan kembali mengingat kenanganku bersama Bhian dan... Rey.
      Rey? Why Rey? Yah, kemana pria itu? Dia sudah menghilang selama dua bulan lebih. Aku mengamati tanggal yang ku beri tanda hati, 17 juli. My wedding day. Sepuluh hari kedepan semestinya menjadi hari yang sangat membahagiakan bagiku. Seandainya masih ada Bhian.
     Aku membuka lemariku dan meraih sebuah gaun pengantin rancangan seorang designer teman lama mami. Aku pasti cantik saat memakai gaun ini, it won't be happened. Takkan terjadi. Aku hanya bisa menyimpannya, tanpa tahu waktu yang tepat untuk mengenakan gaun ini.
     Good night universe....

    Votement are still needed guys!!! Author always loves you♥

Saturday (with Bhian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang