Part 1

558 10 1
                                    

Saturday 5th may.

Gadis itu semangat sekali hari ini. Dia meraih sebuah kemeja motif etnic dan hot pans berbahan jeans. Hari ini ulang tahunnya yang ke- 24 tak heran kalau hari ini dia terlihat lebih ceria. Semua orang yang mengenalnya sudah mengucapkan selamat ulang tahun kecuali, Bhian.

Dia mengecek handphonenya sejak tadi sembari menggerutu, "Dasar!!! Cowok gak romantis! Pacarnya ulang tahun bukannya diucapin eh, dicuekin!!" Dia meneruskan dandannya.

Dia memakai sepasang boot berwarna coklat. Boot buatan Italy ini adalah sepatu kesayangannya. Dia membelinya disebuah Toko Sepatu di Milan saat liburan tahun lalu bersama Bhian. Dia selalu membawanya kemanapun dia pergi, bukan karena dia hanya memiliki sepasang sepatu, tapi sepatu inilah yang membawanya ketempat itu empat bulan yang lalu.

"Paaaaakkk Somad anterin akuuu doonggg! Aku mau ke danau. Aku ada janji sama Bhian nih"

"Enggg....Danau non?"

"Iyaaa! Pak Somad lupa yah? Ini kan sabtu! Dan kebetulan juga ini hari ulang tahun aku."

"Iii iyaaa non."

Ini adalah ke 6 kalinya dalam waktu dua bulan dia meminta supirnya untuk mengantar dia ke danau. Dan supirnya sudah tahu kejadian yang sama akan terulang lagi hari ini. Pak Somad adalah supir kesayangannya. Pak Somad sudah mengabdikan dirinya selama 15 tahun untuk keluarga Winata.

"Pak cepetan dong!!! Ini mobilnya lelet banget kaya siputtt ihh! Nanti kalau aku terlambat Bhian marah"

"Iya non. Non gak akan terlambat. Percaya deh sama bapak. Den Bhian pasti gak akan marah non"

"Beneran? Ohh iya Pak. Aku udah cantik belum?"

"Non kan emang cantik dari dulu"

Sudah tak ada kata lagi yang bisa menyadarkan gadis ini. Semua orang yang berada didekat dia harus berpura - pura demi membuat dia bahagia terus, tak terkecuali Papi dan maminya. Semua sudah dilakukan demi gadis ini, tapi kebahagiaan dia jauh lebih penting. Mengingat dia anak semata wayang mereka, dia adalah anak emas.

"Kita sudah sampai non. Bapak tunggu ditempat biasa ya non"

"Oke deh Pak. Aku pergi kesana dulu yah"

"Iya non"

Pak Somad memarkirkan mobil sedan mewah keluaran BMW itu tak jauh dari tempat gadis itu berdiri. Dia memperhatikan gadis itu dari jauh. Sesekali dia menyeka bulir kristal yang jatuh dari ujung matanya. Pak Somad hanya bisa diam dan menuruti semua keinginan gadis itu.

Sesekali dia melihat jam tangannya, lalu menggerakkan kakinya. Berjalan mondar mandir sambil melihat handphone ditangannya. Sudah sejam dia menunggu, tapi apa yang dia tunggu tak juga datang.

Awan hitam membuatkan rintikan gerimis dan gadis itu belum juga menyerah. Dia masih berdiri disana dan menunggu. Dia menghela nafas berat. Kepalanya terasa pusing karena sudah berdiri lumayan lama.

"Non kita pulang yuk"

"Noooonn Maudy kita pulaaaanggg yukkkk"

Pak Somad mengeluarkan sebuah payung dari dalam mobil. Dia bergegas menghampiri gadis itu. Maudy namanya, Mahadewi Maudy Winata. Pak Somad terus memayunginya tanpa perduli tubuhnya mulai lembab karena gerimis dan juga udara dingin.

"Non. Pulang yuk non. Nanti papi mami non nyariin. Kasihan dong non sama bapak. Ntar bapak dimarahi non kalau ngebiarin non ujan - ujanan"

"Dia gak datang lagi pak"

Saturday (with Bhian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang