Part 12

101 3 2
                                    

    Maudy merapikan dandanannya. Dia memutar badannya dihadapan sebuah kaca besar yang terpajang disudut kamar. Tak lupa menyemprotkan parfume midnight poison keluaran Dior. Mengeringkan rambut ikal miliknya dengan sebuah hairdryer. Hatinya sudah tak sabaran untuk segera tiba di Jakarta.
      "Pasti konsernya rame banget ntar malem"
    Dia meraih sebuah kemeja bermotif bunga dan shock pink skirt dari lemarinya. Pilihan yang pas dan pastinya gak akan bikin gerah. Lagu milik Boyzone yang berjudul everyday I love you, mengalun mengisi atmosfer kamarnya. Sesekali dia mengikuti lirik dari lagu itu.
    Sepatu berwarna putih gading menjadi pilihannya. Dia akan memakai sepatu keluaran Christian Louboutine ke konser Boyzone nanti malam. Dia bergegas turun ke bawah dan meraih kunci mobilnya.
      "Let's go to Jekardah Porsche...."
    Maudy mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke Jakarta. Handphonenya berdering, tentu saja itu telfon dari Abi. Dia sudah berjanji untuk bertemu Abi hari ini, meskipun hatinya sekali lagi sempat terlempar jauh kedalam kenangan masa lalunya. Dulu, dia pernah juga melakukan perjalanan sendirian ke Jakarta. Tapi, bukan untuk sebuah konser melainkan untuk bertemu orang yang dicintainya.
      "Ya galau lagi deh...."
    Dia menghela nafas berat dan memilih untuk menghidupkan lagu dengan tujuan agar fikirannya tidak lagi fokus pada masa lalunya. Lagu - lagu milik maroon 5 menemani perjalanannya ke Jakarta.
     "Yaa Abi... "
     "Kamu udah dimana Dy?"
     "Aku lagi otw ini. Setengah jam lagi sampai di Senayan. Tunggu yahh"
     "Oke. Tiketnya kamu gak lupa bawa kan?"
     "Enggak. Ada kok didalam tas aku"
     "Oke. I'll wait for you see at Senayan, Dy"
    "See you"
     
    Maudy melepaskan kembali earphone yang dikenakannya. Dia menambah laju kendaraannya.  Dan semoga saja Jakarta gak terlalu macet hari ini, sehingga dia dapat tiba di Senayan tepat waktu.
    Setengah jam berlalu. Mobil berjenis sport miliknya sudah sampai dan terparkir sempurna di halaman konser. Dia bergegas meraih handbagnya dan turun dari mobilnya. Seseorang dari kejauhan melambaikan tangannya, ternyata Abi sudah sampai diluan daripada Maudy.
     "Hi"
     "Hhhh....hi"
    Maudy menjabat tangan Abi. Laki - laki ini berubah total dari zaman SMA mereka. Dulu Abi tidak mempunyai tubuh seatletis sekarang.  Abi kelihatan lebih tampan, bahkan jauh lebih tampan dari Abi yang dulu. Kulitnya lebih terang, dan dia kelihatan sangat beriwibawa. Maudy membenarkan kata Raisa dari dalam hatinya.  Maudy sampai terbata dibuatnya.
    "Mana tiketnya Dy?"
    "Hhh... oohh tiket? Ini ada didalam tas aku. Kk...kita sekarang aja masuknya yuk ntar telat"
    "Hahaa iya Dy. Konsernya masih dua puluh menit lagi kok"
    "Ohh gitu. Oke. Sorry aku gak lihat jamnya"
    "It's okay. Kok kamu kelihatan gugup banget sih?"
    "Hmmph? Aku gugup? Eng..nggak kok biasa aja"
    "Hahahaa iya baguslah kalau biasa aja"
    "Eh. By the way, kamu berubah banyak loh"
    "Ah masa sih?"
    "Iya. Aku sampai pangling. Tadinya aku fikir aku salah orang. Tapi aku bener loh ternyata ini kamu"
    "Iya. Sejak aku kuliah dulu, aku fikir udah saatnya aja aku berubah dalam segala hal"
    "Tapi satu loh yang belum berubah sampai saat ini"
    "Apaan?"
    "Masih suka kasih sesuatu diem - diem"
    "Ohh itu hahaha iya. Aku masih gak berani buat terang - terangan ke seorang wanita"
    "Lohh.. emangnya kamu belum pernah pacaran?"
    "Pernah. Dulu. Waktu aku di Amerika. Aku pacaran sama cewek Indonesia yang kebetulan satu kampus. Tapi, kandas gitu aja."
    "Kenapa? Uppss! Sorry. Gak maksud kepo"
    "Gak apa apa kok. Aku putus sama dia mungkin kareba diaa gak nyaman kali yah sama aku yang kaya gini. Aku gak pinter loh ngutarain perasaan. Cewek kan suka disanjung. Mungkin itu yang buat dia gak betah lama - lama sama aku"
     "Ohh gitu.  Emang berapa lama kalian sama - sama??"
     "Satu tahun lebih tiga hari"
     "Ohh ada lebihnya?"
     "Hahaa kamu ini bisa aja"
     "Yaudah yuk. Kita masuk kedalem aja"
     "Yuk"
  
     Ruang konser penuh dengan fans - fans Boyzone. Sebagian berteriak karena sudah tidak sabar melihat artis idola mereka. Tak lama kemudian suara mereka lebih kencang plus teriakan nama - nama personil Boyzone saat salah satu dari personilnya bertanya "How are you?".     
     Sebenarnya Maudy ingin juga berteriak seperti mereka. Tapi, sedikit tak leluasa mengingat seseorang sedang berdiri pas disampingnya. Dia cuma bisa tersenyum kagum berulang kali saat melihat personil Boyzone secara bergantian. Aula konser semakin pecah saat Boyzone sedang menyanyikan lagu mereka, Baby I can hold you.
     Konser yang berlangsung hanpir dua jam itu berhasil menghipnotis para fans dengan lagu - lagu mereka yang super duper ngehitz. Suara merdu milik Ronan Keating, Mikey Graham, Shane Lynch, dan Keith Duffy berhasil mencuri hati para penonton konser tak terkecuali Maudy. Maudy sangat hafal lirik dari setiap lagu mereka. Bahkan dikamarnya terpajang poster besar boyband asal Irlandia ini.
     "Thank you yah udah ajakin aku nonton konser"
     "Iya sama - sama. Asal kamu happy"
     "Happy? Jangan ditanya. I'm absolutely totally mostly. Happy Abi. By the way, kamu juga ngefans sama Boyzone? Kok kamu tahu aku ngefans banget sama Boyzone?"
     "Gak terlalu ngefans sih. Dibandingkan Boyzone aku lebih ngefans sama Maroon 5. Ya tahulah, aku kan kenal kamu gak setahun dua tahun"
     "Hehehe iya juga sih. Pokoknya thanks yah. Kamu udah kasih aku tiket konser Boyzone. VIP lagi."
     "Hahaha iya. Segitunya. Dah berapa kali kamu nonton konser Boyzone?"
     "3 kali. 2 kali pas aku di Australia.  Sekali di Jakarta."
     "Ooohh gitu. Pas di Australia, nontonnya sama Bhian dong yah?"
    Maudy menghentikan makannya. Dia meletakkan garpu dan pisaunya. Dia meraih segelas jus kombinasi sayur dan buah yang ada dihadapannya. Kata Bhian sempat membuatkan sedikit mendung dimatanya. Hampir hujan jika dia tak menguatkan diri.
     "Sorry. Aku gak bermaksud buat...."
     "Udah ga papa. Yuk lanjutin lagi makannya. Enak banget steak disini. Kapan - kapan kita balik lagi kesini yah?"
    "Anytime Maudy"
    Maudy tersenyum kembali. Serasa ada yang menyuntikkan seampul semangat kedalam dirinya saat melihat Abi tersenyum kepadanya dengan tulus lalu mengelus pelan punggung tangannya sebagai rasa simpati.
     "Kehilangan Bhian membuatku srmpat terpukul"
     "Iya. Aku ngerti gimana rasanya kehilangan orang yang kita sayang"
     "Aku hampir gila dan sempat ke psikiater beberapa kali untuk therapy. Aku sempat menderita psikotis"
     "Iya. Aku banyak denger cerita kamu dari Raisa."
     "Ohh jadi kamu sudah lama berkomunikasi dengan Raisa?"
     "Yup! Ever since I came back from NY"
     "Ooh gituu... "
     "Iya. Jadi ceritanya waktu itu aku gak sengaja ketemu dia sama Arga di Mall. Yaudah sejak itu kami jadi sering komunikasi. Aku banyak tanya kamu melalui dia"
     "Ohh gitu"
     "Oh gitu terus!"
     "Hahaha iya aku gak tahu harus komen apa. Sebenernya aku pengen nanya. Apa yang kalian bicarain tentang aku? Berarti aku digosipin selama ini!"
     "Hahaha gak kok. Kita gak gosipin kamu. Aku sempat kehilangan harapan sih waktu kamu jadi pacar Bhian"
     "Terus?"
     "Sekarang kan kamu lagi sendiri. Jadi yah aku berani buat coba deketin kamu lagi"
     "Maaf Abi tapi aku belum siap untuk ngebuka hati"
     "Gak apa apa kok. Pelan - pelan aja. Asal kamu bisa sabar denganku, maka aku akan terus menunggumu sampai kamu siap"
     Perkataan Abi dijawab dengan anggukan pelan oleh Maudy. Pria ini membuatnya nyaman, tapi dia tak ingin cepat mengambil kesimpulan dari rasa nyaman yang dia dapatkan dari Abi. Sekali lagi, ini semua demi menjaga hatinya dari keterpurukan. Dia tak ingin kejadiannya selerti Reyno.
    Dia harus menemukan perisai yang tepat untuk hatinya. Memilih tak boleh asal, atau dia akan terluka lagi.

                              ***

Hujan.
Jika tibamu bukan pertanda kesedihan,
Lalu mengapa saat aku merasa kehilangan?
Kata Bhian, "Rain isn't always a symbol of sadness"
Kata Bhian aku harus terus senang.
Bagaimana aku akan terus senang saat dia pergi?
Bhian bilang, "Maudy, berjanjilah untuk terus bahagia. Meskipun sulit."
Bhian pernah bilang, "Maudy, jika kamu sedih. Minumlah segelas cokelat panas saat hujan dan ingatlah aku"
Aku sudah melakukannya, dan hatiku tetap saja sedih. Seperti ada sesuatu yang berperang didalam hati ini dan perang itu tak pernah usai.
Bhian juga pernah bilang, "Kalau kamu belum juga mendapatkan jawaban atas masalahmu, ingatlah Tuhan dan mintalah aku hadir didalam tidurmu..."
Bhian, kamu mungkin lupa saat itu. Bahwa kehadiranmu secara nyata adalah yang terpenting dari segalanya.
-Maudy's diary-
September, 5.

     Maudy's Point of View

     Pertemuanku dengan Abi bersambung ke pertemuan - pertemuan selanjutnya. Bukan aku sering meminta bertemu tapi dia. Jujur saja, hatiku masih dipenuhi keraguan. Aku tak tahu sebenarnya kemana mengarahnya hati ini. Tuhan juga belum menunjukkan siapa yang paling tepat untuk berkawan dengan hatiku.
    Yang paling jelas adalah bahwa siapapun yang nanti menjadi pendampingku, Bhian akan selamanya memiliki ruang tersendiri dihatiku. Jika tidak dihatiku, maka dijiwaku akan kuletakkan namanya. Akan kubiarkan dia abadi bersama jiwaku, menyatu seperti ragaku dan raganya dulu. Seperti hatiku yang menjadikan cinta untuknya, selalu untuknya. 
    Tidak perduli dengan apa yang akan terjadi nanti. Tidak perduli bagaimana takdir membawa jalan hidupku, aku percaya selama Bhian masih hidup dihatiku dan jiwaku maka semuanya akan baik - baik saja. Tidak perduli hujan, kesedihan, keterpurukan, bahkan kesendiran ditengah keramaian.
     Meskipun Abi berulang kali menunjukkan perasaanya yang aku tahu perasaan itu sangat tulus, aku masih belum bisa membuka hatiku untuk hati yang baru yang mungkin akan melukai hatiku kelak. Karena memberi kesempatab pada seseorang untuk mencintaimu sama artinya kamu memberi jutaan peluang padanya untuk melukaimu dan kamu harus siap dengan itu. Jika belum, maka tutuplah dulu hatimu dan berbahagialah sampai hatimu siap untuk jatuh dan cinta lagi.
    Seperti yang pernah Bhian bilang pada senja beberapa tahun lalu saat pertama kali aku menjadi kekasihnya, "Karena begitulah seharusnya cinta. Kamu tidak bisa menuntut orang lain untuk selalu mencintaimu secara sempurna, jangan lupa bahwa didunia ini tidak ada satupun yang sempurna.  Jangan lupa, kalau cinta juga bisa berkhianat maka sisakanlah seperempat ruang dihatimu untuk mencintai dirimu dan untuk sadar bahwa ketika cintamu sudah berkhianat meskipun sekali maka itu berarti dia bukan orang yang tepat untukmu. Bersedihlah hanya sekali untuknya karena dia tidak pantas kamu beri airmatamu, karena dia tidak pantas untuk menjadi alasan dukamu. Pergilah mencari hati lain karena Tuhan menciptakan banyak pria dengan rupa dan hati yang pastinya jauh lebih baik dari dia. Jadi Maudy, berpandailah dalam mencintai orang yang kamu cintai.  Oh iya, satu hal lagi . Kami juga tidak bisa menuntut orang lain untuk selalu mengerti akan dirimu juga kekuranganmu dan disanalah pengertianmu juga dituntut agar kamu selalu ingat bahwa dia juga punya kekurangan. Jika sudah begitu, maka kamu akan bijak dalam mencintai aku..."
     Aku mencoba untuk menjalani dan memberikan peluang pada Abi untuk mengenalku terlebih dahulu setelah bertahun - tahun kami tidak bertemu. Aku tidak ingin tergesa - gesa dalam memulai hubungan baru lagi. Seperti saat ini, aku tahu betul bahwa sebenarnya dia ingin memintaku menjadi miliknya. Tapi, aku belum menjawab. Aku mash diam dan memilih membiarkan pesan masuk darinya. Aku tak ingin sanjungan barusan dengan mudah meluluhkan hatiku, aku menghapus semua pesan - pesannya.
     "Dy, barusan Abi nelfon gue. Katanya lu jarang balesin pesannya. Ayo dong Dy lu gak boleh gitu.  Setidaknya hargailah usahanya" Raisa
     "Iya sa. Gue lagi sibuk banget. Lusa gue ada meeting dengan client jadi gue harus siapin semua dokumen yang diperlukan"
     Aku menjadikan alasan pekerjaan sebagai jawaban pesan Raisa. Aku sedang tak terlalu sibuk sebenarnya.  Clarissa sudah mempersiapkan semuanya hanya saja aku belum menemukan jawaban yang pas untuk pesan Abi.

                                 ***
Halo guys. Sorry, kalau part yang kurang menarik bagi kalian. Authors butuh comment untuk tulisan yang lebih baik di part selanjutnya.
Have a nice day guys.
Have a nice love (Always)
Petiklah apa yang bisa dipetik dari tulisanku. Voting jangan lupa :)

Love love love from the Author. :*
Thousands kisses for you.

    

   

   

Saturday (with Bhian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang