Prolog

199 20 0
                                    

Aku udah hapus beberapa cerita yang engga akan lanjut dan menyisahkan cerita yang sudah tamat/akan lanjut. Beberapa ceritaku ada di Dreame/Goodnovel kalau mau baca versi lengkap.

Yuk, vote dan komen cerita baruku. Semoga banyak yang suka cerita ini.

*****

"Kapan Anda membayar hutang Anda yang berjumlah sembilan ratus juta rupiah?"

Seorang perempuan cantik dengan kemeja putih dibalut jas hitam serta celana panjang berwarna hitam bertanya pada pria paruh baya yang pakaiannya jauh timpang dari pakaiannya yang mewah dan elegan. Pria paruh baya itu adalah salah satu orang yang mempunyai hutang padanya namun belum kunjung membayar hutangnya padahal tenggat waktu sudah lewat.

Belva menatap tajam pria bernama Akmal tersebut, ia sebenarnya sudah muak melihat wajah tukang mabuk dan perokok itu, pria ini sudah dipukuli berulang kali oleh pengawalnya namun belum juga melunasi hutangnya, sehingga ia harus turun tangan sendiri mengurus pria tidak tahu diri ini.

Sekarang ia juga menyesal telah memberi hutang yang sangat banyak pada pria pengangguran ini, saat itu ia terpengaruh akan bujuk rayu pria paruh baya ini yang meminta hutang dengan alasan puteranya kuliah di universitas ternama di Indonesia dan memilih fakultas kedokteran dengan jumlah uang yang banyak.

Rasa kasihan Belva pada putera pria ini dilandaskan karena ia juga tahu berapa sulitnya membiayai kuliah, ia bukan terlahir dari keluarga kaya raya, tapi ia yang mengubah status dan derajat keluarganya menjadi lebih kaya, terpandang, dan terhormat. Dulu ia kuliah dengan uangnya sendiri, lalu berusaha bekerja dengan keras hingga melupakan bahwa dirinya butuh istirahat atau bersenang-senang sejenak. Namun semua usahanya terbalas saat ini dengan harta dan kekuasaan yang dimiliki dari berbagai usaha dan aset penting. Ia juga punya adik perempuan yang sekarang sedang kuliah kedokteran, jadi ia tahu beban pendidikan kedokteran. Tapi ternyata rasa kasihan dan kepercayaannya di sia-siakan oleh pria tua ini.

"Aku belum punya uang. Uang yang kau berikan sebagai hutang sudah habis untuk biaya kuliah anakku."

"Dasar pria tua!" bentak Belva memaki pria tua tersebut.

Dengan kasar Belva menendang tubuh ringkih pria di hadapannya hingga terjatuh di lantai. Ia sudah sangat marah dan berharap ada cicilan sedikit untuk hutang pria itu. Namun yang ia dapat hanya jawaban yang sama dan sangat ia benci. Ia tak peduli lagi dengan sopan santun pada orang tua karena pria ini harus diberi pelajaran agar mengerti jika berurusan dengan Belva adalah hal yang salah.

"Di rumah ini tidak ada barang penting apapun yang bisa aku bawa. Rumah ini juga bukan rumahmu. Kau memang tidak berguna. Lebih baik aku bunuh saja dirimu dan aku jual organ tubuhmu, setidaknya uangku akan kembali dan kemarahan ku akan mereda," ancam Belva yang sudah tak memiliki belas kasihan.

"Jangan, Nyonya. Saya.... saya janji akan bayar hutang saya."

Siapa yang tidak takut dengan ancaman mengerikan yang dilontarkan oleh Belva? Pria tua ini langsung memohon dengan nada terbata-bata dan tatapan memelas sambil berlutut memeluk kakinya. Berpura-pura menangis agar Belva kembali kasihan tapi kali ini ia tak akan jatuh ke lubang yang sama karena tipu daya pria tua ini. Belva hendak kembali bicara namun suaranya tertahan saat ada suara lain yang memanggil pria tua ini.

"Ayah? Ada apa ini? Kenapa Ayah berlutut seperti ini? Mereka siapa, Ayah?" tanya seseorang dari belakang.

Seorang pemuda sederhana namun tampan dengan tas hitam di punggungnya berjalan menghampiri pria tua dan membantunya berdiri. Tatapannya yang lembut kini berubah jadi tajam saat menatap Belva dan semua pengawal berpakaian hitam yang dibawa oleh Belva.

Pria Tanpa Harga DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang