Bagian 7

70 10 0
                                    

"Aktha!" bentak Belva dengan penuh amarah. Ia hendak mendekat ke arah Aktha untuk memperingati pria itu Namun, langkahnya terhenti karena ayahnya menahannya dan memberikan tatapan penuh peringatan padanya.

"Tetap di tempatmu, Belva," ucap Aji dengan nada tegas dan tak terbantahkan.

"Tapi Ayah...."

"Aku sangat senang mendengar kau memilihku, Aktha," ucap Kat memotong ucapan kakaknya.

Belva yang mendengarnya menjadi bertambah emosi, apalagi Kat berani memeluk calon suaminya. Lebih parahnya lagi Aktha membalas pelukan Kat layaknya sepasang kekasih. Kat tampak begitu bahagia bisa menyenderkan kepalanya di bahu Aktha.

Belva tak terima diperlakukan seperti ini. Ia sudah memikirkan rencana rencana untuk membalas Aktha. Ia melepaskan pegangan tangan ayahnya dan hendak pergi ke kamarnya. Namun, langkahnya tertahan di anak tangga pertama saat mendengar suara Aktha.

"Tunggu, Belva!" ucap Aktha.

Semua orang menatap bingung pada Aktha yang memanggil Belva, padahal sudah memilih Kat. Belva sendiri tak sudi berbalik badan dan hanya diam di tempat menunggu Aktha mendatanginya.

Saat Aktha melepaskan pelukan Kat, seketika senyum di bibir Kat luntur. Kat tak mengerti apa yang hendak dilakukan Aktha sampai pria itu menghampiri kakaknya lagi. Ia mencoba berpikir positif, namun entah kenapa hati dan pikirannya malah berpikir negatif.

"Saya belum selesai bicara, namun kamu ingin pergi begitu saja," ucap Aktha dengan santainya yang membuat Belva ingin sekali menampar pipi pria di hadapannya.

"Ucapan kamu sudah jelas bagi saya."

Belva sudah muak melihat wajah Aktha, namun pria itu malah menggenggam pergelangan tangannya. Aktha berbicara dengan lantang di hadapan seluruh keluarga Belva, bahkan ia terlihat begitu yakin dengan ucapannya sendiri.

"Saya memang memilih Kat tapi sebagai sahabat. Tapi, untuk menjadi istri, saya memilih Belva."

"Dasar bajingan!" teriak Kat memaki Aktha.

Semua orang terkejut dengan ucapan Aktha yang memberikan penjelasan tak terduga. Kat menghampiri Aktha, terlihat sekali bahwa Kat sangat kecewa, sedih dan marah dengan keputusan Aktha. Kat sampai menampar pipi Aktha untuk melampiaskan semua perasaannya setelah ditolak oleh cinta pertamanya.

Aktha terdiam dan tak membalas tamparan Kat karena ia tahu bahwa ia pantas ditampar. Ia sudah menyakiti hati perempuan yang ia anggap sebagai adiknya. Tangisan dan air mata Kat membuat Aktha merasa dirinya begitu jahat. Ia memang bajingan.

Aktha hendak menenangkan Kat dengan sebuah pelukan seperti dulu, namun Kat malah mundur. Kat tak sudi untuk dipeluk oleh Aktha. Belva hanya diam menyaksikannya karena ia merasa Aktha pantas mendapatkan kebencian dari Kat karena sempat mempermainkannya.

"Aku berusaha berpikir positif bahwa kau terpaksa menikah dengan Kakak karena hutang ayahmu. Tapi, sekarang aku tahu jika kau sangat bahagia melakukan ini karena kau gila harta! Kau ingin menjadi orang kaya dengan cara mudah hingga kau memilih Kakakku, padahal kau tak mempunyai perasaan padanya! Pria menjijikan! Aku tak mau lagi bersahabat denganmu! Jangan berani menunjukkan wajahmu padaku karena aku sangat membencimu!" teriak Kat dengan berurai air mata.

Tatapan yang dulu hangat dan penuh cinta dari Kat, sekarang menjadi tatapan penuh kebencian. Semua orang tahu bahwa Kat sangat rapuh karena cinta pertamanya memilih perempuan lain yaitu kakaknya sendiri.

"Maafkan aku, Kat," ucap Aktha dengan nada penuh penyesalan. Ia bahkan menundukkan kepalanya karena merasa tak pantas membalas tatapan Kat.

"Aku tidak akan pernah memaafkan kau! Apa yang kau lakukan hari ini akan terus berbekas di hatiku!" balas Kat.

Belva memeluk Kat saat merasa sudah cukup Kat dan Aktha saling melukai satu sama lain. Kali ini Kat tak menolak pelukan kakaknya dan membalas memeluk kakaknya. Ia menyadari bahwa dirinya sudah salah menganggap kakaknya sebagai musuh. Ia rela bermusuhan dengan kakaknya demi pria penjilat kaki wanita kaya seperti Aktha.

"Maafkan aku, Kak. Seharusnya aku tidak memusuhimu. Pria seperti dia tidak pantas menjadi alasan aku memusuhimu. Sekarang aku tahu seberapa banyak pun orang mengatakan kau kejam, kau tetap Kakakku yang menyayangiku melebihi kau menyayangi dirimu sendiri. Tolong jangan membenci aku karena sikapku beberapa hari lalu, Kak," ucap Kat dengan nada memohon dan tatapan bersalah.

"Apapun yang kau lakukan, kau tetap Adikku. Lupakan apa yang terjadi di antara kita hari ini. Sekarang kau harus menata kehidupanmu yang baru. Jangan hancurkan hidupmu hanya karena pria dan cinta," balas Belva dengan senyum manis bak peri, padahal ia yang iblis di sini.

"Terima kasih, Kak. Aku butuh waktu sendiri dulu saat ini, Kak."

"Baiklah."

Kat melepaskan pelukan kakaknya, lalu menjauh dari semua orang dan berlari ke kamarnya. Semua orang menatap Kat dengan tatapan sedih. Lalu, semuanya membubarkan diri tanpa sepatah kata pun, kini hanya tersisa Aktha dan Belva.

Aktha menatap penuh kebencian pada Belva yang pura-pura baik pada Kat. Wanita itu yang membuatnya dianggap penjahat oleh sahabatnya sendiri. Kat sudah tertipu oleh akting kakaknya sendiri, ingin rasanya Aktha memberitahu yang sebenarnya, namun bibirnya tertutup rapat demi menyelamatkan ayahnya. Entah sampai kapan ia akan tetap diam di bawah kekuasaan seorang Belvara Granite.

Belva menoleh pada calon suaminya dan tersenyum puas. Aktha sudah membuat hubungannya dan adiknya yang renggang menjadi membaik lagi. Belva bahkan tak peduli rasa sakit yang dialami Aktha karena diajuhi dan dibenci oleh Kat. Menurutnya, kepentingan pribadinya lebih penting dari perasaan Aktha yang ia anggap hanya mainan saja dalam hidupnya.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Hari sudah malam, orang tua Belva menyarankan Aktha agar menginap saja di rumah mereka. Aktha sudah mencoba menolak, namun orang tua Belva tetap memaksa. Akhirnya ia berada di kamar tamu rumah megah ini.

Aktha memutuskan mandi terlebih dahulu sebelum tidur. Ia merasa badannya terasa letih dan kepalanya terasa panas karena permasalahan tadi. Ia butuh air hangat untuk menenangkan tubuhnya maupun otaknya. Ia mandi dan sialnya ia lupa jika ia tak punya pakaian ganti. Alhasil ia hanya memakai handuk saja saat keluar dari kamar mandi setelah selesai mandi.

Suara pintu yang terbuka membuat Aktha menoleh ke arah pintu. Ia melihat Belva yang tersenyum manis ke arahnya sambil membawa pakaian. Belva menghampirinya tanpa merasa canggung walaupun Aktha hanya memakai handuk di bagian pinggang hingga lutut. Berbeda dengan Aktha yang merasa malu karena belum berpakaian dengan lengkap. Belva bahkan sengaja menutup pintu dan mengunci pintu dari dalam.

"Ini pakaian untuk kamu, masih baru, tadi aku suruh pengawalku membelikannya untukmu. Semoga kamu suka," ucap Belva sok manis.

"Terima kasih."

Meskipun Aktha sangat membenci Belva, namun ia masih punya sopan santun untuk berterima kasih atas pemberian Belva. Ia hendak berpakaian, namun terhenti saat melihat Belva masih duduk manis di kasur. Aktha mengerti bahwa ia harus mengusir Belva atau Belva akan terus berada di sini untuk menontonnya berpakaian.

"Saya mau berpakaian dulu, Belva. Tolong keluar dari kamar ini," ucap Aktha.

"Berpakaian saja di depanku, aku engga masalah kok," balas Belva dengan santainya tanpa tahu bahwa Aktha sangat kesal dengan balasannya. Jika Belva mengatakan hal demikian pada lelaki hidung belang, pasti mereka sudah berakhir dengan malam panas. Beda hal dengan Aktha yang malah risih.

"Tapi saya yang punya masalah, jika berpakaian di depan kamu."

"Baiklah, saya akan menutup mata agar tidak melihat kamu berpakaian," balas Belva pura-pura menutup mata, padahal ia diam-diam mengintip. Aktha menghela nafas panjang saat melihat sikap Belva.

"Lebih baik saya berpakaian di kamar mandi."

Aktha hendak masuk kembali ke kamar mandi dengan membawa membawa pakaian ganti. Namun, belum sempat ia menutup pintu, Belva sudah lebih dulu menyelinap dan masuk ke dalam kamar mandi. Bahkan, Belva dengan gesit mengunci pintu kamar mandi dan parahnya lagi menjatuhkan kunci tersebut ke westafel.

"Ups, kuncinya jatuh," ucap Belva dengan tatapan polos bak anak kecil yang meminta dibelikan permen.

*****

Tangerang, 24 Februari 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pria Tanpa Harga DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang