Hamburg, Germany
Di tengah kebisingan kota kosmopolitan yang tidak pernah mati, terdapat sepasang umat manusia berbeda gender tengah berjalan berdampingan dengan kondisi tangan yang saling mengikat satu sama lain.
Sesekali tangan besar pria bertubuh jangkung meremas tangan yang jauh lebih kecil dalam genggaman guna menghalau hawa dingin yang mulai terasa menusuk kulit. Pria itu membawa tangan wanitanya masuk ke dalam saku mantel miliknya.
"Mau istirahat dulu, hm? Aku rasa suhu di sini semakin dingin mengingat hari ini merupakan hari pertama musim dingin," tawar CHANYEOL pada seorang wanita bernama KYUNGSOO.
"Tidak apa-apa, Kak. Aku masih ingin jalan-jalan," jawab Kyungsoo disertai senyum cerah. Hidung dan pipi wanita tersebut tampak memerah.
Chanyeol mendesah, satu tangannya yang terbebas bergerak menyentuh pipi tembam Kyungsoo kemudian mengelusnya penuh kelembutan.
"Wajahmu sudah mulai pucat dan dingin, Sayang. Nanti kamu bisa terkena hipotermia," ucap Chanyeol rendah. Terselip nada khawatir dalam kalimatnya.
Kyungsoo tersenyum lebar hingga deretan giginya terlihat. Dengan ceria wanita itu menarik tubuh Chanyeol agar terus berjalan menyusuri kota tersibuk ke-dua di Jerman setelah Berlin.
"Lihat, Kak! aku dengar makanan di sana enak-enak. Aku jadi penasaran dan ingin sekali masuk kesana."
Jemari Kyungsoo menunjuk ke arah pastry shop yang masuk ke dalam jajaran sepuluh restoran terbaik yang ada di kota Hamburg.
"Baiklah. Tapi setelah ini kita pulang ke hotel ya?"
"Okay!"
Keduanya mulai memasuki area restoran yang kebetulan sedang ramai di penuhi oleh pengunjung. Setelah mendapatkan bangku kosong, Chanyeol dan Kyungsoo mulai memesan hidangan yang tertera dalam buku menu begitu seorang pramusaji menghampirinya.
"Guten Tag, haben Sie schon gewählt?" (Selamat siang, apakah anda sudah memilih?) tanya sang pramusaji ramah.
"Ja, wir möchten bestellen," (Ya, kami ingin memesan.) jawab Chanyeol.
"Was hätten Sie gern?" (Anda ingin pesan apa?)
"Ich nehme Fruit and quark pastries und Schwarzwälder kirschtorte." (Saya ingin Fruit and quark pastries dan black forest.)
"Noch etwas?" (Ada lagi?)
"Nein, Danke." (Tidak, terima kasih.)
"Ein moment, bitte." (Silahkan tunggu sebentar.)
Sepeninggal pramusaji itu, Kyungsoo menatap Chanyeol tanpa berkedip. Tak lama kemudian suara decakan penuh kekaguman terlontar dari mulut wanita tersebut.
"Wah, hebat! Ternyata kakak sangat pandai berbahasa Jerman," ungkapnya antusias.
Chanyeol tersenyum tipis. "Biasa saja. Lagi pula waktu aku kecil, aku pernah tinggal di sini sampai umurku menginjak dua belas tahun."
Kyungsoo terkekeh ringan, "Pantas saja pengucapannya begitu fasih, orang lain yang mendengar pasti akan mengira kakak orang Jerman tulen."
"Memangnya wajahku tidak terlihat seperti orang Asia, ya?"
"Sedikit. Itu pun kalau kakak mewarnai rambut jadi blonde."
Keduanya tertawa bersama sampai suara dering ponsel Kyungsoo menginterupsi. Kyungsoo menatap layar ponselnya dengan raut wajah datar.
"Siapa?" Tanya Chanyeol ketika menyadari perubahan ekspresi Kyungsoo yang berubah drastis.
"Dean," jawab Kyungsoo singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MMM
Fanfiction[BAHASA] "Love is alive both not ambiguous. Love is whole life, not an affair. Love is life sharing, not hurt." A Chansoo Fanfiction (Alternate Universe ─ GENDERSWITCH) snflwexdejane © 2021