음 : eight

674 140 65
                                    

"Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku, Park Chanyeol?"

Chanyeol hanya terdiam dan sama sekali tak berkomentar. Raut wajahnya mendadak berubah datar.

"Kau tidak ingin menjawab? Apa kau akan membiarkan aku menebak-nebak? Kenapa—"

"Kenapa reaksimu berlebihan? Bukankah kau sendiri sudah tahu kalau adikku telah lama menyimpan perasaan pada Dean? Apa saat ini kau tengah cemburu pada adikku, Do Kyungsoo?"

Chanyeol memandang Kyungsoo beberapa lama. "Seharusnya kau itu senang, karena dengan begini peluangku untuk menjadi satu-satunya pria yang kau miliki semakin besar. Atau mungkin saja, kau memang berniat ingin seperti ini selamanya?"

"Tidak!" pekik Kyungsoo ngeri. Matanya memancarkan penyesalan yang mendalam saat tak sengaja menemukan kilat kekecewaan dan juga sakit hati di mata Chanyeol.

"Maafkan aku, Kak, aku hmph—"

Kyungsoo menghentikan kalimatnya dan tiba-tiba berlari menuju kamar mandi sembari membekap mulutnya sendiri, meninggalkan Chanyeol yang masih terdiam dengan wajah datarnya. Samar-samar Chanyeol mendengar suara gaduh dari dalam kamar mandi.

Dan ternyata... Kyungsoo sedang muntah.

Mengusap wajahnya kasar, Chanyeol berusaha menenangkan diri agar emosinya dapat terkendali dan tidak meledak di waktu yang salah. Kedua kakinya menyeret tubuh pria itu guna menghampiri Kyungsoo.

"Kau tidak apa-apa?" Chanyeol memijat tengkuk Kyungsoo dengan lembut dan sesekali menepuk pelan punggungnya. Ia membiarkan Kyungsoo muntah hingga puas.

"Tidak apa-apa, hanya pusing sedikit," jawab Kyungsoo lemah. Kepalanya otomatis bersandar pada dada Chanyeol yang berdiri di belakang tubuhnya.

"Kita ke rumah sakit, okay? Wajahmu sangat pucat."

Gejolak emosi yang sempat menguasai hati Chanyeol selama beberapa saat mendadak lenyap dan kini berganti cemas. Melihat Kyungsoo terbatuk selama beberapa kali ketika sedang mencuci mulut di wastafel membuat sisi protektif Chanyeol muncul.

"Tidak apa-apa, Chanyeol. Aku hanya perlu mengistirahatkan tubuhku." Kyungsoo mencoba terlihat biasa, namun nada lirihnya begitu jelas terdengar.

Chanyeol cukup tertegun kala mendengar Kyungsoo memanggil namanya tanpa embel-embel "kakak" seperti biasanya.

"Sayang, aku khawatir kalau—"

"Biarkan aku sendiri. A-aku ... butuh waktu untuk berpikir tentang—"

Belum usai Kyungsoo bicara, tubuh wanita itu telah lebih dulu jatuh ke dalam pelukan Chanyeol.

"KYUNGSOO!"




BRAK!

Tubuh Joey tersentak saat mendengar suara pintu yang dibanting kasar. Kepalanya menoleh, dan mendapati sosok pria paruh baya bertubuh tinggi tengah berdiri diambang pintu dengan ekspresi wajah yang sama sekali tidak menunjukkan keramahan.

"Berengsek kau!"

BUGH!

Satu pukulan keras mendarat diwajah Joey hingga membuat tubuhnya terjerembab ke belakang. Dengan emosi yang meledak-ledak, pria paruh baya itu terus memaki Joey.

"Dasar keparat! Apa yang sudah kau lakukan pada putraku?!"

Joey menyentuh pipinya yang berdenyut dan meninggalkan bekas luka lebam. Sudut bibirnya sedikit robek akibat pukulan yang diberikan pria paruh baya tersebut kepadanya.

"Menjauh dari putraku dan jangan pernah menunjukkan batang hidungmu lagi!" seru Kris tegas.

Joey mendecih sebagai balasan. Netra kelamnya menatap langsung ke arah mata Kris yang di dalamnya tersirat amarah.

MMMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang