Ketika memasuki ruangan, Chanyeol mendapati seorang perawat yang sedang merapihkan tempat tidur Kyungsoo. Alis Chanyeol berkerut manakala ia tak menemukan keberadaan Kyungsoo di ruangan tersebut.
"Di mana Kyungsoo?"
Perawat berkebangsaan Jerman itu menoleh sebentar kemudian tersenyum kecil. "Mrs. Do sedang buang air kecil."
Chanyeol menghela napas lega. Selagi menunggu Kyungsoo menyelesaikan urusannya, pria itu memilih duduk seraya berpikir.
"Kak Chanyeol?"
Chanyeol mengangkat kepalanya. Kekhawatiran yang sempat berputar dalam otaknya mendadak sirna setelah melihat wajah Kyungsoo.
"Masih mual?" tanya Chanyeol lembut.
"Tidak. Aku tidak apa-apa."
Kyungsoo menarik tangannya dari genggaman Chanyeol. Untuk beberapa menit yang tak berkesudahan, Kyungsoo diam membeku di tempatnya.
"Kyungsoo?" Chanyeol kembali mengulurkan tangannya. Namun, wanita itu masih bersikeras menolak dengan menarik tangannya.
"Aku sudah tidak apa-apa. Tidak perlu khawatir," jawab Kyungsoo datar. Pandangannya terlihat kosong hingga membuat Chanyeol semakin merasa bersalah.
"Kapan aku bisa pulang? Aku tidak suka berada disini." Tanpa menatap wajah Chanyeol, Kyungsoo kembali berujar. Wanita itu berjalan melewati Chanyeol untuk kemudian duduk di atas tempat tidur.
Tak lama setelah itu, Chanyeol mengambil tempat duduk di samping tubuh Kyungsoo dan merengkuh bahunya.
"Kau masih marah padaku, hm? Maafkan aku, tadi itu... aku terlalu terbawa emosi. Aku sama sekali tidak bermaksud marah padamu, Sayang," kata Chanyeol ketika Kyungsoo menatapnya.
Tak ada tanggapan. Kyungsoo hanya terdiam bahkan ketika Chanyeol merubah posisi pelukannya.
"Kalau kau masih marah padaku, tidak masalah. Tapi aku mohon, biarkan aku memelukmu. Aku sangat khawatir melihatmu seperti ini," lirih Chanyeol sambil sesekali mencium puncak kepala Kyungsoo.
Kyungsoo tahu bahwa pria itu tidak mau dibantah. Sehingga tanpa ia sadari, kini Kyungsoo telah menggenggam jari-jari Chanyeol dan tidak ingin melepaskannya.
"Aku... aku hanya mencintai kakak. Maaf kalau sikapku tadi membuat kakak tersinggung. Aku sama sekali tidak bermaksud—"
"Shh, tidak apa-apa, jangan minta maaf. Lagipula aku sudah melupakan kejadian tadi. Yang terpenting sekarang, kamu tidak boleh sakit. Aku tidak suka melihatmu sakit."
Aroma yang menebar dari tubuh Kyungsoo membuat Chanyeol rileks. Semua bebannya seakan terangkat apabila ia sudah berada di dekat Kyungsoo.
"Kak..."
"Hm?"
"Apa yang dikatakan dokter tentang kondisiku?"
Tubuh Chanyeol sempat menegang ketika Kyungsoo melemparkan pertanyaan perihal kondisinya.
"Kakak tahu sendiri kan kalau aku belum siap untuk menjadi seorang ibu?"
Lagi-lagi pertanyaan yang terlontar dari mulut Kyungsoo membuat Chanyeol mati kutu. Pria itu mendadak dilanda bingung.
Mata Kyungsoo dan Chanyeol bertemu. Di balik tatapan mata Kyungsoo, Chanyeol tahu ada keresahan yang senantiasa membayanginya. Chanyeol tertegun melihat sorot mata Kyungsoo yang meredup. Ia seakan-akan terbawa ke dalam masa lalu Kyungsoo yang kelam saat matanya mencoba menyelami isi pikiran Kyungsoo.
Chanyeol menjalinkan jari-jarinya dengan jari-jari Kyungsoo yang jauh lebih kecil dan menggenggamnya. Dia harus bisa memenangkan hati Kyungsoo, sebab tak ada hal lain yang lebih penting dalam hidupnya daripada kebahagiaan wanita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MMM
Fanfiction[BAHASA] "Love is alive both not ambiguous. Love is whole life, not an affair. Love is life sharing, not hurt." A Chansoo Fanfiction (Alternate Universe ─ GENDERSWITCH) snflwexdejane © 2021