11

4.7K 273 15
                                    

Cahaya mentari pagi melesak di celah gorden tertutup.Seorang lelaki refleks tersadar saat cahayanya masuk ke retina mata.

Jeno pun terbangun,dengan atasan yang terbuka dan hanya memakai celana pendek saja.Ia keluar dari kamarnya menuju dapur.

Terlihat seseorang sedang memasak membelakangi Jeno.Ia memotong sayuran dengan lihai lalu memasukkannya ke panci.Lantas Jeno mendekat lalu memeluk orang tersebut.

"Selamat pagi sayang..." ucap Jeno lembut.Tangannya menelusup ke dalam baju orang tersebut.

"Jen,aku sedang memasak sayang.Bisakah kau singkirkan tangan nakalmu ini?" ucapnya membujuk.

"Baiklah,Na.Tapi jangan harap malam nanti kau akan tidur nyenyak." ucap Jeno mengintimidasi,tak lupa ia mengecup leher.

"Enghh...Jeno,hentikan!"

Jeno tertawa melihat Jaemin-nya marah.Bukannya merasa takut,justru Jeno semakin gemas terhadap istrinya.
"Ututuuu...maafkan aku sayang,baiklah.Aku akan membangunkan Jisung dulu."

Setelah itu,Jeno berderap ke kamar buah hatinya.Terlihat gundukan mungil meringkuk di kasur kecil.Jeno berinisiatif untuk mengerjai anaknya,namun...
"Daarrr...Appa kalah!!Yeayy icung menang!!" Jisung melompat lompat di atas kasurnya,sedangkan Jeno hanya menatap datar putranya yang jahil.

"Ohh baiklah Appa kalah,dan sekarang...aku akan menggelitikmu." terjadilah ribut kecil antara ayah dan anak tersebut.Jeno gencar menggelitik Jisung,sedangkan sang anak berteriak geli karena perlakuan ayahnya.

"Ya ampun Jeno,Jisung!!Apa yang kalian lakukan!?" tiba tiba Jaemin datang sambil berkacak pinggang lengkap dengan apron yang masih melekat di tubuhnya.

Jeno dan Jisung menoleh,mereka hanya tertawa melihat Jaemin marah.
"Sudah bermainnya,ayo kita makan!"

Keluarga kecil itu pun berkumpul di ruang makan.Mereka makan dengan lahap sampai akhirnya Jaemin mengambil pisau.

"Jen,sadarlah sayang.Perbuatanmu menyakiti hatiku.Kau menyiksa dirimu sendiri,itu sama artinya dengan kau menyiksaku.Hentikan,Jen.Putra kita masih membutuhkanmu.Kumohon,hentikan..." ucap Jaemin memelas.Tangannya sudah mengarahkan pisau ke leher.

"Apa maksudmu sayang?Dan jauhkan pisau itu dari lehermu,Jisung ketakutan." Jeno meraih Jisung dan menutupi mata putranya.

Jaemin nampak tak peduli,ia semakin menekan pisau ke lehernya.
"Berhenti mabuk,Jen.Aku menyangimu,jangan sampai Jisung kita kehilangan ayahnya.Kau harus bertahan tanpaku." Jaemin menangis.Jeno masih tidak paham apa yang dibicarakan istrinya.

"T-tapi sayang..."

"Maaf,Jen."
Jaemin pun menyayat lehernya dengan pisau,hingga keluar banyak darah.Jeno refleks panik lalu berteriak.

"JAEMIINNN!!"

***

"JAEMIINNN!!"

"Jeno!Bangunlah nak!!"

Jeno pun terbangun dengan keringat yang membasahi keningnya.Seluruh badannya bergetar dan penampilan yang berantakan.

Ternyata itu hanya mimpi.Jeno memimpikan Jaemin lagi.Laki laki itu menghela nafas frustasi.Sudah kedua kalinya ia memimpikan Jaemin di minggu ini.Itu tandanya,ia sangat merindukan ibu dari anaknya tersebut.

Taeyong menghela nafas.Ia mulai membereskan pakaian Jeno yang berserakkan,juga botol minuman yang hampir ada di setiap penjuru kamar.

Tentu saja Taeyong tahu.Semenjak Jaemin dinyatakan meninggal,Jeno sering mabuk bahkan mengumpulkan minuman keras di kamarnya.Seharian Jeno hanya mengurung diri di kamar sebelum akhirnya Jisung kecil mulai mencari ayahnya.

REMORSE |Nomin|  COMPLETED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang