Capítulo Siete✔

19K 1.1K 22
                                    

MENGANDUNG BAHASA KASAR
WARNING 18+⚠

⚠MENGANDUNG BAHASA KASAR⚠⚠WARNING 18+⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚫Happy Reading🔥🚫
.
.
.

B y u r..

Suara air yang di siramkan terdengar begitu jelas di dalam kamar itu. Seorang perempuan yang di siram menggunakan air itu pun sontak terbangun lalu meringis pelan merasakan tubuhnya yang sakit.

"Hebat lo yah..., di tinggal pergi malah enak-enakan tiduran. Bangun lo! Cepet beresin tuh rumah. Temen Ayah mau datang. Jangan lupa masak yang enak!" Perintah Pitaloka pada Alinka yang masih menahan dingin akibat di guyur air.

"Cepet bangun! Malah diem aja kek patung lo! Gak tau di untung banget lo! Lo mau gua aduin ke Ayah hah! Kalau lo tadi pulang di anterin sama cowok gua? Atau lo mau gua kasih tau Ayah, kalau lo ngegodaiin cowok gua!" Ucap Pitaloka yang kesal karna Alinka yang masih saja berdiam diri di atas tempat tidurnya.

"J-jangan Kak. I-iya ini Alin u-udah mau beres-beres." Mohon Alinka dengan nada terbata-bata akibat kedinginan.

Pitaloka yang mendengar perkataan Alinka itu pun mendengus kesal. Lalu membanting asal ember yang ia bawa tadi. Kemudian, pergi dari kamar Alinka.

Blam.

Pintu kamar Alinka ditutup dengan kasar, sehingga membuat Alinka berjengit kaget.

Alinka pergi ke dapur dengan tergesa-gesa setelah mengganti pakaiannya yang basah.

Awalnya ia ingin membereskan rumah, tapi ternyata rumahnya sudah di bereskan.

Mungkin, Bi Nina yang membereskannya ketika ia tidur, pikir Alinka.

Alinka memasak dengan di bantu oleh Bi Nina.  Kali ini, Alinka tidak menolak bantuan dari Bi Nina karna ia harus menyiapkan banyak makanan dalam waktu yang singkat.

"Bi, ini makanan-nya udah siap semua. Alin tinggal ke kamar ya, Bi. Takutnya tamu Ayah nanti udah dateng. Nanti Ayah marah kalau Alin gak ada didalam kamar pas Ayah ada tamu." Pamit Alinka pada Bi Nina yang berada di dapur bersama dengan Alinka.

Bi Nina pun hanya dapat mengganggukan kepalanya "Iya non. Gak papa kok, non ke kamar aja. Daripada nanti Tuan besar marah-marah sama non. Non istirahat aja di kamar."

"Iya Bi. Makasih ya Bi udah mau perhatian sama Alin." ujar Alinka dengan senyum tulusnya lalu memeluk Bi Nina dengan erat.

"Cocok nih. Si anak jalang dengan si pembantu. Sama-sama rendahan." Ujar Pitaloka yang baru datang memasuki dapur. Membuat pelukan Alinka dan Bi Nina terlepas.

"Kenapa lo? Gak terima gua katain? Kan emang nyatanya gitu. Lo itu murahan sama kayak Bunda lo. Wanita penggoda. Murahan. Jalang. Pelacur." Lanjut Pitaloka dengan nada sinisnya lalu pergi dari dapur.

Bi Nina memegang bahu Alinka lalu meremasnya pelan. Isyarat bahwa ia harus kuat. "Jangan di dengerin non. Ibu nya non gak kayak gitu orangnya."

"Iya Bi. Alin masuk kamar dulu yah."

Alinka meninggalkan dapur yang menyisakan Bi Nina sendirian. Bi Nina hanya dapat menatapi Alinka dengan sedih.

Didalam hati, Bi Nina berjanji. Bahwa ia akan melindungi Alinka nanti. Ia akan menjadi tameng disaat gadis itu tidak memiliki harapan lagi. Ia harus mengumpulkan banyak bukti, agar ia bisa melepaskan Alinka dari siksaan keluarga Rodiguez.

🚫A l i n k a ' s  S t o r y!🚫

Sebuah mobil berjalan memasuki pelataran rumah milik kediaman Bram, Ayah Pitaloka dan Alinka.

Terlihat seorang pria tampan turun dari mobil, begitu juga dengan pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan berkharisma walaupun sudah berumur. Di ikuti pintu belakang terbuka yang menampakan seorang wanita paru bayah yang masih terlihat cantik dan pria remaja tampan ikut turun.

Kedatangan mereka disambut hangat oleh Bram dan Pauline.

"Selamat datang, di rumah saya Tuan Xaverion."
Ucap Bram dengan nada bersahabat.

Sedangkan Geraldi, pria yang di panggil Bram dengan panggilan 'Tuan Xaverion' hanya mengganggukan kepalanya, tanpa niat untuk menjawab sambutan Bram.

Sebenarnya Geraldi malas untuk datang ke perjamuan makan malam di rumah Bram Rodiguez. Ia tau apa alasan Bram Rodiguez meminta-nya untuk makan malam dirumahnya.

Namun, Geraldi tak enak untuk menolaknya sehingga ia terpaksa menginjakkan kakinya di rumah keluarga Rodiguez bersama dengan istrinya Cletysia dan anak-anaknya Alvariel dan Arzion.

"Silahkan masuk, anggap saja rumah sendiri. Ya walaupun rumah kami tidak sebesar mansion milik anda." Ujar Bram diselingi kekehan kecil di akhir kalimatnya.

"Tak masalah Bram. Rumahmu cukup nyaman." Kata Geraldi menanggapi perkataan Bram sebelumnya.

"Mari, silahkan duduk." Ujar Pauline dengan ramah.

Geraldi, Cletysia, Alvariel dan adiknya Arzion pun duduk di ruang tamu itu.

"Sebentar ya, saya ambilkan minum dan beberapa cemilan dulu."

Pauline meninggalkan mereka diruang tamu. Lalu pergi menuju dapur.

"Dimana cemilan dan minumannya?" Tanya Pauline pada Bi Nina yang berada di dapur.

"Maaf Nyonya, ini minumannya hanya ada sirup rasa jeruk. Dan cemilannya hanya brownies saja Nyonya." Ucap Bi Nina dengan nada takut.

"Apa! Saya kan udah bilang. Buat cemilan yang banyak! Kenapa cuma brownies? Cuma satu rasa lagi." Tanya Pauline dengan nada marah. Namun ia masih bisa mengontrol volume suaranya. Agar tidak terdengar sampai ke ruang tamu.

"Maaf Nyonya, tapi non Alinka hanya bisa membuat brwonies saja. Karna waktunya juga mepet Nyonya." Jawab Bi Nina.

"Ck. Anak jalang itu. Awas saja. Ya sudah mana sini nampannya biar saya yang bawa."

Pauline membawa nampan berisi minuman dan brownis itu ke ruang tamu.

"Maaf ya cuma bisa buat brwonies aja tadi. Soalnya Bram juga ngasih tau nya mendadak." ucap Pauline sedikit tak enak.

"Gak papa kok, lagian brwonies juga udah cukup. Anak-anak saya juga paling suka kalau makan brownies. Apalagi Alva, bisa habis satu loyang di dia sendiri."  Perkataan Cletysia sontak membuat Arzion tertawa, sedangkan Alvariel mendengus kesal.

Bagaimana bisa Mama nya mempermalukan dirinya di hadapan orang lain.

Menyebalkan.

"Oh iya, dimana anakmu?" Tanya Cletysia

"Putri ku masih dikamar, dia baru selesai mandi. Karna dia tadi membantuku menyiapkan semuanya." Ujar Pauline sambil tersenyum.

"Bu..."

Semua orang langsung melihat ke arah tangga. Dimana seorang perempuan turun dengan anggunnya.

****

VOTE AND COMMENT JANGAN LUPA!!

APRESIASI DONG, KARYA AUTHORNYA BIAR AUTHORNYA SEMANGAT LANJUTIN CERITANYA!!!.

SEE U NEXT CHAP!!

Alinka's Story! [Completo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang