Capítulo Diez✔

19.9K 1.3K 19
                                    

⚠MENGANDUNG BAHASA KASAR⚠
⚠WARNING 18+⚠

⚠MENGANDUNG BAHASA KASAR⚠⚠WARNING 18+⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚫Happy Reading🔥🚫
.
.
.

Bau obat-obatan khas Rumah Sakit tercium oleh Alinka yang baru saja sadar. Ia memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Menyadari bahwa ia berada di Rumah Sakit membuat Alinka menghela nafas. Bagaimana caranya membayar biaya Rumah Sakit. Orang tua nya pasti tidak akan mau menanggung biaya Rumah Sakit Alinka.

'Dengar ya. Kalau sampai kamu masuk ke Rumah Sakit. Jangan harap saya mau membayar biaya pengobatanmu.'

Ucapan Pauline waktu itu masih terngiang di benak Alinka. Ibu tiri-nya tidak ingin menanggung biaya Rumah Sakit Alinka, jika Alinka masuk ke Rumah Sakit.

Meminta pada Ayahnya? Itu hal mustahil. Sudah pasti Ayahnya tidak akan memberikannya sepeser pun uang. Karna ayahnya pasti akan mendengarkan perkataan Ibu tiri-nya.

Cklek.

Orang yang baru saja memasuki ruangan Alinka tersebut pun kaget.

"Loh, kamu udah sadar? Gimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?" Tanya orang itu pada Alinka.

"Ibu yang membawa saya ke Rumah Sakit ya Bu?" Tanya Alinka langsung pada orang itu dengan sopan. Dan Ibu itu adalah Ibu dari anak kecil yang duduk disampingnya tadi ketika berada didalam bus.

"Iya. Ibu tadi khawatir banget. Ada yang sakit gak? Ibu gak sengaja ngelihat banyak luka lebam dibadan kamu. Kamu bukan korban penyiksaan kan?" Tanya ibu itu menyelidik, yang membuat Alinka terdiam.

Korban penyiksaan?

Apakah penyiksaan yang dilakukan oleh keluarganya bisa ia beberkan? Bisa ia beritahukan kepada Ibu ini? Itu tidak mungkin. Keluarganya akan merasakan malu. Dan akan semakin menyiksa Alinka. Lagi pula, Alinka tidak ingin memberitau siapa pun tentang perlakuan keluarganya terhadap dirinya. Cukup dirinya dan keluarganya saja yang tahu tentang perlakuan keluarganya, termasuk Bi Nina.

"Enggak kok, Bu. Luka lebamnya itu gara-gara olahraga aja Bu. Trus salah pergerakan." Jawab Alinka dengan nada meyakinkan. Namun, sangat kentara terlihat bahwa ibu itu tidak mempercayai ucapan Alinka.

"Kamu jangan bohongin Ibu ya. Ibu tau gimana ciri-ciri orang bohong. Kamu cukup beritahu pada Ibu saja. Biar Ibu yang mengurus orang-orang yang menyiksa kamu. Lihat ini, bibir kamu sampe biru gini." Desak Ibu itu meminta Alinka untuk jujur.

Namun, Alinka tetap kukuh tidak ingin memberitahukan yang sebenarnya. Sehingga, Ibu itu menyerah dan berhenti mendesak Alinka.

"Eum.., anak perempuan Ibu tadi dimana?" Tanya Alinka memecah keheningan.

"Ohh Cia? Dia udah pulang. Papanya tadi jemput dia kesini. Gak baik anak kecil ada di Rumah Sakit terlalu lama." Ucap wanita itu menjawab pertanyaan Alinka

"Jadi namanya Cia ya, Bu?"

"Bukan, namanya Felicia tapi dipanggil Cia." Jelas wanita itu.

"Kamu namanya Alinka kan? Dipanggil apa?" Sekarang terbalik, wanita itu yang bertanya lada Alinka.

"Iya Bu. Panggilannya Alin Bu. Oh iya, nama Ibu siapa?"

"Nama Ibu Chara, panggil Mama aja ya. Kalau manggil Ibu kesannya gimana gitu." Ujar wanita itu.

Mama? Apakah bu Chara akan tetap memintaku memanggilnya Mama? Setelah Bu Chara mengetahui kehidupanku yang sebenarnya? Bahwa aku anak haram? Sebenarnya aku juga tak yakin bahwa aku adalah nak haram. Bunda ku pasti tidak akan melakukan hal seperti itu. Bunda selalu mengajarkan hal-hal baik terhadapku, batin Alinka.

"Hey, kenapa malah bengong?" Tanya Chara sambil memegang tangan Alinka. Alinka pun tersenyum canggung.

"Hehehe, gak papa kok Bu."

"No! Bukan Ibu, tapi Mama. Inget ya Lin, Mama." Ucap Chara mengingatkan Alinka untuk memanggilnya Mama.

Chara menemani Alinka hingga cairan infus ditangannya habis. Karna, jika cairan infusnya sudah habis. Maka, Alinka diperbolehkan untuk pulang.

"Ma, yang bayar biaya Rumah Sakit Alin siapa?" Tanya Alinka dengan hati-hati takut menyinggung Chara.

"Kamu tenang aja. Soal biaya gak usah pikirin itu udah jadi tanggung jawab Mama." Jawab Chara yang membuat Alinka tak enak.

"Nanti, kasih tau Alin ya Ma berapa biayanya. Nanti Alin bakalan nyicil untuk bayar biaya Rumah Sakit Alin." Pinta Alinka pada Chara yang tidak disetujui oleh Chara.

Sehingga, mau tak mau. Alinka harus atuh pada Chara.

****
/

//
Note :
Okay Sorbey mau ngeluarin unek-unek sekarang. Kan ini cerita gratis yahh, kagak paid story.
Jadi, tolong lah woi, di vote atau comment! Kesannya kalau gini kek ngemis! Padahal cuma pengen di hargain.

Masa yang baca udah banyak banget tp yang vote gak nyampe setengahnya! Seperempat aja gak ada!

Kalau emang ceritanya gak bagus menurut kalian yah jangan di baca! Jangan di masuk in ke library! Ini enggk, malah di baca.

Auk ahhh, serah males jadinyaaaaaaaa.

VOTE AND COMMENT JANGAN LUPA!!

APRESIASI DONG, KARYA AUTHORNYA BIAR AUTHORNYA SEMANGAT LANJUTIN CERITANYA!!!.

SEE U NEXT CHAP!!

Alinka's Story! [Completo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang