Capítulo Ocho✔

18.5K 1.2K 15
                                    

MENGANDUNG BAHASA KASAR
WARNING 18+

⚠MENGANDUNG BAHASA KASAR⚠⚠WARNING 18+⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚫Happy Reading🔥🚫
.
.
.

Semua orang memandang perempuan yang turun dengan menggunakan dress diatas lututnya berwarna biru laut.

"Kamu udah selesai? Sini gabung. Ini rekan kerja Ayahmu." Ajak Pauline pada putrinya, Pitaloka.

"Wahh, cantiknya putrimu. Sama seperti Ibunya. Benerkan, sayang?" Tanya Cletysia pada Geraldi.

Geraldi hanya mengganggukan kepala nya singkat dan berdeham malas. Ia sebenarnya malas sekali menanggapi perkataan istrinya.

Gadis itu terlihat tidak baik dimata Geraldi. Entah kenapa, Geraldi tidak menyukai gadis itu.

"Terima kasih tante. Tante juga cantik kok." Puji Pitaloka pada Cletysia.

"Ehm.. ini putri saya satu-satunya. Pitaloka. Pitaloka Rodiguez. Ayo sayang, perkenalkan diri kamu." Ujar Bram pada Pitaloka

"Selamat Malam om, tante, em.. Gio dan er.. adiknya Gio. Saya Pitaloka Rodiguez. Salam kenal." Pitaloka memasang senyum manis diakhir perkenalannya.

"Loh? Kamu kenal sama anak tante? Alva?" Tanya Cletysia terkejut.

"Eh? Iya tante, kita satu sekolah. Kelasnya Gio juga sebelahan sama kelasnya Pitaloka." Jawab Pitaloka pada Cletysia. Sedangkan, Cletysia menggangguk paham.

"Jadi, kau hanya memiliki satu putri Bram?" Tanya Geraldi pada Bram yang membuat tubuh Bram menegang diikuti oleh wajah terkejutnya Pauline serta Pitaloka.

Dan semua ekspresi itu ditangkap oleh keluarga Xaverion.

"Ehm..ya.. putri saya..hanya satu. Pitaloka." Jawab Bram dengan sedikit terbata-bata

Geraldi hanya mengganggukan kepalanya tanda iya percaya. Walaupun ia sedikit ragu dengan jawaban yang di berikan oleh Bram.

"Ayo, silahkan dimakan Brownies-nya. Sambil nunggu waktu jam makan malam" ujar Pauline sambil menawarkan Brownies buatan Alinka.

Cletysia mengambil satu potong Brwonies lalu memasukannya kedalam mulutnya.

"Waw.. ini enak sekali. Siapa yang membuatnya? Rasa dan tekstur nya sangat pas." Puji Cletysia ketika mencicipi Brownies yang ada dihadapannya.

Alvariel dan Arzion yang melihat Mama nya menyukai Brownies itu pun langsung mengambil bagian mereka.

"Gila. Enak banget nih brownies. Punya mama aja kalah." Puji Arzion yang sudah menghabiskan Brownies itu dalam dua gigitan.

Sedangkan Alvariel dia memuji rasa brownies itu didalam hatinya.

"Menurut kamu gimana Alva? Enak gak brownies-nya?" Tanya Cletysia pada anak sulungnya.

Alvariel hanya mengganggukan kepalanya. Tanda ia menyukai Browniesnya. Bahkan, ia sudah menggambil potongan kedua Brownies itu.

"Lihat, benar bukan. Alva sangat menyukai Brwonies. Dia bahkan tidak berkomentar sedikitpun, hanya menikmati brwonies-nya saja." Ujar Cletysia yang melihat tingkah anak sulungnya itu.

Mereka berbincang - bincang hingga waktu makan malam pun tiba.

Mereka beranjak dari ruang tamu menuju ruang makan.

Pauline tidak mendapati Bi Nina di dapur. Pasalnya ia tidak tahu, dimana Bi Nina meletakkan makanannya. Hanya ada piring, sendok-garpu dan gelas saja yang ada diatas meja makan.

"Sebentar ya, saya panggilkan pembantu saya dulu. Soalnya dia yang menyimpan makanannya tadi" ujar Pauline sedikit canggung.

"Nyonya..." panggil Bi Nina yang tiba-tiba sudah ada di ruang makan.

"Bi.., makan malamnya disimpan dimana ya?" Tanya Pauline dengan nada lembutnya, namun matanya mengisyaratkan ancaman dan hanya dapat dilihat oleh Bi Nina saja.

"A-ada Nyonya. Sebentar saya ambilkan. Makanannya terlalu banyak Nyonya jadi mungkin akan sedikit lama." Ujar Bi Nina takut-takut.

"Ajak Alinka untuk membantumu!" Ujar Pauline dengan suara kecil yang hanya bisa di dengar oleh Bi Nina.

Bi Nina pun segera pergi dari ruang makan, dan masuk ke kamar Alinka meminta Alinka membantunya menyiapkan hidangan makan malam.

Alinka segera membantu Bi Nina untuk membawa makanan yang sudah ia masak bersama Bi Nina ke meja makan. Alinka bertugas untuk membawa menu utama ke atas meja makan. Ia tidak memperhatikan siapa tamu Ayahnya. Karna ia tau, ia hanya dianggap sebagai anak pembantu saat ini.

"Loh ini siapa?" Tunjuk Cletysia pada Alinka.

"Dia keponakannya Bi Nina tante." Jawab Pitaloka dengan cepat ketika melihat ayah dan ibunya bungkam.

Sedangkan, Alvariel ia hanya menatap tajam Alinka. Ia dapat melihat memar di tubuh gadisnya itu. Bahkan wajah gadisnya itu sangat pucat dan sudut bibirnya pun mulai membiru. Hal itu membuat dirinya menahan amarahnya.

"Kalau udah semuanya kamu bisa kembali ke kamarmu" ujar Pauline pada Alinka yang dijawab dengan anggukan oleh Alinka.

Geraldi yang sedari tadi memerhatikan putra pertamannya pun mengernyitkan dahinya. Ketika melihat tatapan marah putranya pada gadis yang menyiapkan makan malam mereka.

Siapa gadis itu? Mengapa Alva terlihat marah melihat gadis itu? Batin Geraldi

****

VOTE AND COMMENT JANGAN LUPA!!

APRESIASI DONG, KARYA AUTHORNYA BIAR AUTHORNYA SEMANGAT LANJUTIN CERITANYA!!!

SEE U NEXT CHAP!!

Alinka's Story! [Completo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang