Bagian 15

32K 3.8K 44
                                    

°°°
[New Airyn's Story]

Merasa haus, Dion pun bangkit dari ranjang nya. Melempar asal ponselnya lalu langkah kakinya berjalan keluar dari kamarnya. Menuruni tangga, berjalan menuju Dapur. Dion pun membuka kulkas mengambil air dingin lalu menuangkannya di gelas.

Meminumnya hingga habis tak tersisa, setelah selesai dengan rasa haus, Dion pun segera menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya. Namun, pendengaran Dion menangkap langkah kaki seseorang. Dengan penasaran, Dion pun berdiri menyender di tembok samping kamarnya. Lebih tepat nya kamar Dion berdepanan dengan kamar Airyn.

Betapa terkejutnya Dion mendapati Airyn di depannya yang diam mematung. Sejak kapan Airyn keluyuran malam-malam? Hal itu membuat tatapan Dion menajam. Ia berjalan maju, membuat Airyn mundur.

"Abis dari mana lo?" tanya Dion tak lupa mata nya menajam. Jujur, Airyn takut dengan tatapan tajam milik Dion. Pertanyaan yang tidak dijawab, membuat Dion marah. Mengangkat dagu Airyn membuat adiknya itu mendongak ke atas.

"Telinga lo masih berfungsi dengan baik kan? Gua tanya sekali lagi. Dari mana lo?" tekan Dion penuh amarah. Tak habis pikir dirinya dibuat, bisa-bisanya adiknya yang dikenal manja ini keluar malam-malam. Pikiran negatif pun muncul di kepalanya tentang Airyn. Tatapannya semakin menghunus tajam menatap Airyn. Akan tetapi, yang terhunus justru menaikkan sebelah alisnya, menantang. Dan hal itupun membuat Dion naik pitam.

"Lo punya mulut jawab! Kemana sifat manja lo, hah? Kemana? Baru sekarang apa lo ngeluarin sifat asli lo? Cewek gampangan lo! Mimpi apa gue barusan bisa punya adik kayak lo!" teriak Dion dengan napas mengebu-ngebu.

Bukannya takut dengan tatapan tajam Dion, justru Airyn melangkah maju memperkikis jarak antara ia dan Dion. Di wajahnya sama sekali tidak ada raut ketakutan sama sekali, dirinya masih menampilkan raut wajah tenang. Sudut bibir gadis itu terangkat membentuk sebuah lengkungan manis di sana. Matanya menatap lekat-lekat wajah Dion. "Lo aja gak mau punya adik kayak gue, apalagi dengan gue?" tanya Airyn yang langsung membuat Dion melebarkan matanya.

"Lo segitu bencinya sama gue, Bang?" Kedua matanya masih menatap Dion. Pertanyaan yang keluar dari mulutnya membuat Airyn terkekeh, apa masih pantas dirinya berkata seperti itu? Jika ia saja sudah tahu kejadian apa yang membuat Dion sangat membenci adik kandungnya. Dilihatnya lagi, laki-laki itu diam tak bergeming setelah ia berucap. Lagi-lagi dirinya dibuat tertawa kecil melihat bagaimana Dion memakinya karena ia tak menjawab pertanyaan. Dan sekarang, setelah ia jawab. Dion spontan langsung terdiam.

"Kenapa diam?" Airyn berlipat tangan di dada. Kedua matanya masih menatap lurus manik mata laki-laki itu. "Pertanyaan lo udah gue jawab, dan sekarang giliran gue yang nanya." Airyn menjeda ucapannya. Sebelum melanjutkan ucapannya, Airyn meneguk salivannya.

"Jika ada dua pilihan yang sama-sama mempertaruhkan nyawanya, hanya ada satu orang yang bisa menyelamatkan dua orang itu. Dan orangnya itu lo, di antara dua orang itu adalah gue dan Ria. Jika disuruh pilih salah satu di antara gue dan Ria, siapa yang bakal lo pilih?" tanya Airyn dengan wajah serius menatap Dion.

Alih-alih menjawab pertanyaannya, justru Dion diam menatapnya datar.

"Ayo jawab, diam lo gak guna." Ucapan Airyn kali ini mampu membuat Dion langsung menatap tajam adiknya itu, kedua matanya menghunus bak pedang kematian diikuti dengan langkah kakinya berjalan mendekat membuat Airyn refleks melangkah mundur. Langkah kakinya berhenti saat punggung adiknya itu menabrak tembok tepat di depan kamar gadis itu.

Sontak saja perlakuan Dion membuat Airyn melebarkan kedua matanya. "Tolol, jangan deket-deket, gue tendang punya lo." Dion hanya menyeringai, sebelah alisnya terangkat. "Gue bakal milih Ria," tekan Dion sambil menatap tajam Airyn.

AIRYN'S  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang