Jangan lupa Vote dan komen yaw❤
***
Pagi ini Salju mengeluh sakit di selangkangannya akibat ulah Bara tadi malam. Salju juga terus menangis karena kesakitannya mengakibatkan ia tidak bisa masuk kuliah. Padahal Salju tidak mau ada abzen tidak masuk kuliah meskipun hanya satu kali. Salju ingin menjadi mahasiswi teladan disana.
"Udah sayang, jangan nangis terus. Liat tuh mata kamu udah bengkak gitu sampe ngga bisa melek" ujar Sari yang sedari tadi mencoba menenangkan menantunya. Tapi bukannya tenang, malah semakin menangis.
"Hiks hiks Salju ngga mau bolong kuliahnya!"
"Nggapapa sayang. Kan cuma satu kali ini. Bara juga kan ikut ngga kuliah buat nemenin kamu" ujar Sari lagi seraya menata rambut Salju yang acak-acakkan. Padahal sudah Sari rapihkan tiga kali sebelumnya.
"Salju ngga mau bolong. Hiks hiks"
"Yaudah. Tinggal paksa berangkat aja si. Susah amat hidup lo. Lagian gue ngga nyuruh lo buat ngga berangkat. Itu mau lo sendiri kan?!" geram Bara. Habis sudah kesabarannya.
Di bujuk dengan lembut sudah. Bahkan sampai Bara berlutut di depan Salju hanya karena untuk membujuk istrinya agar berhenti menangis, tapi malah semakin dimarahi Baranya. Lagipula, jika dipaksa berangkat pun mereka jelas sudah terlambat karena ini sudah jam setengah sebelas.
"Salju kan lagi sakit! Salju engga bisa belangkat dong!"
"Mau lo apa sih?!" tanya Bara dengan nada yang cukup tinggi. Lebih seperti bentakan.
"Hiks hiks S-salju ngga mau sakit. Ini semua gala-gala Bala!"
Bara berdecak kesal. Bara tau, Salju sakit itu gara-gara dirinya. Tapi Bara tidak bisa disalahkan juga kan? Sakit itu memang resiko istri jika baru dibobol kevirginannya. Seorang istri harus terima itu. Dan tidak boleh menyalahkan suaminya.
"Terus gue harus gimanaaa?"
"Bala halus buat Salju ngga sakit lagi!"
Bara diam sejenak seraya memikirkan apa yang harus ia lakukan.
Dan yap!
Ide cemerlang muncul di otak cerdik namun mesum Bara. Bara dengan segala kelicikannya berdehem sebentar sebelum mengutarakan isi idenya.
"Oke. Mami tolong keluar dulu ya. Bara mau ngobatin istri Bara dulu"
Sari memincingkan matanya menatap Bara penuh curiga. Sari mencium bau-bau kelicikan dari akal bulus anaknya. "Mau ngapain kamu?"
"Mau obatin Salju. Kan tadi Bara udah bilang. Mami budek ya?"
Teplak
Sari menampol mulut anaknya yang sangat kurangajar dan tidak sopan itu. Bisa-bisanya orang tuanya sendiri dibilang budek.
"Kalo ngomong sama orang tua itu yang sopan!"
"Iya-iya maap. Keceplosan"
"Mami tau kamu mau ngobatin Salju. Maksud mami, gimana cara kamu ngobatinnya?"
"Kepo banget. Udah sana jangan ikut campur urusan penganten baru" usir Bara seraya mendorong pundak Sari.
Sari hanya menghembuskan nafas pasrahnya. Jika Bara bukan anak laknat kesayangannya, sudah pasti Sari depak Bara dari rumahnya. Berani-beraninya mengusir seorang Sari Sebastian.
Bara mengunci pintu kamarnya rapat-rapat setelah berhasil menggiring Sari keluar kamarnya. Rencananya kali ini harus berjalan mulus.
Bara duduk di tepi ranjang. Menatap wajah istrinya yang terlihat sangat kacau. Rambut singa, mata bengkak, hidung merah dan bibir merah bengkak. Sudah seperti boneka anabel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lisp Wife ( On Going )
RomanceSequel My Lisp Girlfriend yang belum baca cerita sebelumnya disarankan baca terlebih dahulu supaya ngga bingung. "Kamu tetap menjadi gadis kecilku yang menggemaskan." WARNING!!! CERITA INI MENGANDUNG ADEGAN DEWASA YANG DIBAWAH UMUR MOHON LEBIH BIJAK...