11. Baikan

2.3K 125 15
                                    

Sinar matahari pagi menyambut hangat pasangan suami istri yang sedang duduk diatas pasir pantai, sejak pagi buta.

Siapa lagi jika bukan Salju dan Bara.

Istri muda ini mengajak suaminya pergi kepantai di pagi buta. Suasana pantai pun masih sangat sepi. Katanya, ia ingin melihat matahati terbit.

"Wah, cantik banget sanlesnya. Walna pink ih." Salju terpesona. Memang baru kali ini ia melihat matahari terbit. Biasanya waktu-waktu seperti ini ia masih di alam lain.

"Pink ya kaya punya kamu," ceplos Bara.

Tolong ya Bar. Jangan membuat otak traveling.

"Hah?"

"Pink, kaya baju punya kamu," ulang Bara.

Kebetulan memang, Salju mengenakkan dress berwarna pink pagi ini. Dia terlihat sangat imut, di mata Bara.

Bara bolak-balik menguap. Ia masih mengantuk sekali. Tadi malam ia tidak bisa tidur.

"Kalo sunrise-nya udah kelar, balik lagi ke hotel ya. Aku ngantuk banget. Nanti siangan kesini lagi deh."

"Ih, kok gitu sih? Ngga mau! Aku mau disini sama Bala sampe sole."

Jangan buat masalah lagi Bar.

"Yaudah iya. Tapi aku laper. Kita cari makan dulu ya?"

Salju mengangguk antusias. Ia memang sudah lapar. Tadi malam mereka memang tidak sempat makan malam.

***
Pagi menjelang siang, suasana pantai mulai ramai. Bule-bule telanjang mulai berdatangan. Apalagi jika bukan untuk berjemur.

"Bala," Salju memanggil Bara yang duduk dihadapannya, tengah menyeruput air kelapa muda. Sama seperti dirinya.

Setelah selesai mengisi perut, mereka membeli dua kelapa muda untuk menjadi teman duduk di pinggir pantai.

"Nape?"

"Liat tuh bule-bule itu. Kaya ikan asin tau gak?"

Bara hampir tesedak air kelapa mendengar kata ikan asin dari mulut sang istri. "Ngelawak kamu?"

"Meleka ngapain sih pada tengkulep gitu? Ini kan panas, gak pada takut gosong apa ya?"

"Ya itu emang tujuannya. Biar kulit mereka gelap. Kulit gelap itu eksotis," jelas Bara.

"Ih Bala mah ngadi-ngadi deh! Eksotis apanya coba? Jelek tau."

"Bala tau Waluyo ngga? Temen sekelas aku?" tanya Salju.

Bara nampak sedang mengingat-ngingat siapa Waluyo. Seperti terdengar tidak asing.

Setelah ingat, Bara berlontar, "ohh Waluyo yang item, rambutnya kribo itu?"

"Nah itu! Jelek ih. Salju ngga suka."

Perkataan bocil seperti Salju harap jangan diambil hati.

Bara mengambil sedotan miliknya lalu memukulkannya di bibir Salju hingga sang empu mengedipkan mata.

"Ngga boleh gitu. Dia emang item, tapi ngga boleh dikatain jelek. Di dunia ini ngga ada orang jelek."

"Kata siapa ngga ada? Banyak kok. Contohnya Waluyo, Sli, Bala,-"

"Eh! Eh! Kenapa nama gue dibawa-bawa?" Bara tak terima, hingga ia lupa menggunakan 'aku-kamu'.

Ya memang, ketika dalam mode ngegas seperti ini, enaknya menggunakan 'lo-gue'.

"Bala ngga sadal? Bala kan yang paling jelek. Ngaca dong."

"Wah ngajak gelud ni bocah."

"Coba bilang sekali lagi! Gue karungin terus gue buang lo ke laut. Gue ngga punya istri yang suka ngejelekin suaminya."

My Lisp Wife ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang