4

308 37 3
                                    

Gun terbangun dari tidurnya, Ia mengerjapkan matanya pelan, tubuhnya terasa sangat sakit, apalagi bagian bawahnya yang seperti remuk, pun kepalanya begitu pusing.

Gun menatap sekelilingnya, mencoba mengumpulkan kesadaran yang belum terkumpul seutuhnya.

Dimana aku?  Gun tak mengingat dengan jelas kejadian yang menimpanya kemarin, seingatnya Ia hanya dijemput dan makan bersama Off, setelahnya Ia benar-benar lupa.

Hotel. Gun menemukan jawaban setelah melihat sebuah note bertuliskan nama hotel diatas nakas.

Gun mencoba berdiri, mengernyit sakit merasakan tubuhnya yang seperti habis dipukuli

Segala spekulasi negatif sudah memenuhi kepalanya. Ia menatap cermin dihadapannya. Dadanya penuh dengan bercak merah, hasil kecupan ganas. Ia tak terlalu bodoh untuk menyadari bahwa dirinya sudah disetubuhi.

Gun menangis, jatuh terduduk, meluapkan segala emosi dan kekecewaan di dalam hatinya. Harusnya Ia berani melawan Off, harusnya Ia menolak ajakan Off untuk makan bersama lelaki itu.

Ia menggigit bibirnya kuat, memejamkan matanya erat, Ia mengingatnya. Ingatan tentang Off yang menyetubuhi nya dengan kasar pelan-pelan muncul dalam pikirannya.

Ia benci dirinya sendiri, Ia benci fakta bahwa dirinya adalah peminum yang buruk, Ia benci dirinya yang lemah.

Disana, dibawah cermin itu, secarik kertas dan seamplop uang tergeletak bersebelahan.

"Jangan katakan pada siapapun atau aku akan membuat hidupmu lebih buruk dari sebelumnya"

Kira-kira seperti itulah yang tertulis di atas kertas itu.

Gun semakin menangis, memeluk lututnya erat, berharap ini semua hanyalah mimpi buruk.

Di lain tempat seorang Off Jumpol sedang memamerkan cuplikan video yang kemarin di ambilnya. Dibawah cahaya remang lampu kamar, Gun terlihat tergeletak tak berdaya.

"Anjir lo beneran ngelakuin?" Arm menatap Off tak percaya

"Lo gak liat?" Off menyodorkan layar handphone nya

"Peng, gua becandaan doang anjir, kasian si Gun" Tay kali ini bersuara

"Jangan ngeremehin gua makanya, dan jangan lupa mobil" Off menyimpan handphone nya

"Terus si kecil itu gimana?" Suara Arm kembali terdengar

Off hanya mengindikkan bahunya dan menyulutkan api pada sebatang rokok miliknya.

Tay dan Arm menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan kelakuan sahabat mereka ini. Jauh di dalam hati keduanya merapalkan doa agar pria mungil yang menjadi objek sasaran bulan bulanan Off itu baik-baik saja.

--------

3 hari setelah kejadian itu akhirnya Gun kembali mejejakkan kakinya ke area sekolah. Sakit, itulah yang Gun jadikan alasan untuk tidak masuk sekolah 3 hari kebelakang. New pun mempercayai hal itu sepenuhnya.

"Gun!" New duduk dihadapan Gun yang sedang menunduk membaca buku.

"Gua seneng lo udah sehat" lanjutnya

Gun hanya diam, mengangkat wajahnya dan tersenyum.

"Lo masih gak enak badan? Kok diam aja? Kalo masih sakit mending gausah sekolah Gun, mau gua anterin pulang?" Tawar New pada pemuda pucat dihadapannya

Gun menggeleng, "gak usah New, aku udah sehat"

"Beneran? Lo kayak masih lemes gitu" New kembali memastikan

Gun mengangguk pelan

"Off gak ada gangguin lo kan Gun?" Tanya New tiba tiba sembari menatap Gun

Gun menundukkan kepalanya, menggigit bibirnya erat, jari-jarinya meremas celana sekolahnya, keringat dingin mulai bercucuran di sekitar pelipisnya. Entah sejak kapan Gun mulai trauma mendengar nama itu disebut.

"Gun lo gapapa?" New terlihat panik

Gun menggeleng pelan, "ga - gapapa" ujarnya terbata

"Fix Gun lo masih sakit" New membantu Gun berdiri dan dengan segera membawanya ke UKS.

Gun hanya diam menurut, tubuhnya benar-benar lemas.

"Kalo masih sakit jangan paksain sekolah, Gun" ucap New saat Gun sudah ditangani oleh petugas kesehatan

"Aku udah sehat kok New" balas Gun yang masih terbaring di kasur UKS

"Kalo lo udah sehat gak mungkin hampir pingsan kaya tadi" New memijat tangan Gun pelan

Gun menatap New, "sebentar lagi ujian kelulusan, kalo aku gak masuk terus nanti ketinggalan pelajaran"

"Tapi lo lagi sakit Gun, jangan paksain diri sendiri" New tak mau kalah

"Gua bisa pinjemin lo catatan kok nanti" lanjutnya

Gun hanya diam, tanpa ada niat membalas ucapan New

"Gua ga mau lo sakit, Gun. Gua sayang sama lo, lo udah kaya adek gua sendiri, meskipun kita baru kenal tapi gua bisa ngerasain kalo Tuhan emang udah menakdirkan kita buat jadi teman" New menatap Gun tulus

"Mulai sekarang jangan capek-capek lagi ya" lanjutnya

Gun benar benar speechless tak menyangka New akan mengatakan hal seperti itu. Gun tersenyum menatap New, kemudian mengangguk.

"Makasih ya New"

Sebenarnya hal itu membuat Gun takut, bagaimana jika New mengetahui masalahnya dengan Off? Pasti manusia manis didepannya ini akan sangat kecewa kepadanya. Gun hanya berharap Tuhan sedikit berbaik hati kepadanya.

--------

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan hari ini adalah hari terakhir ujian mereka di kelas akhir.
Gun sedang duduk di kursinya, Ia sedikit mereview materi yang tadi malam dipelajarinya.

"Gun! Hari terakhir!" New datang dan langsung berujar semangat

Gun hanya tersenyum, wajahnya tampak pucat

"Gun, lo sakit?" New memerhatikan wajah Gun dengan seksama

Gun menggeleng pelan, "enggak New, lagi gak enak badan aja, kayaknya kurang tidur" ujar Gun yang kembali memfokuskan diri pada bukunya

"Yakin? Kalo ada apa-apa bilang gua ya" New masih khawatir kepada temannya itu

"Iya, New" Gun menjawab singkat

Sudah hampir 3 bulan sejak kejadian dimana Off menyetubuhi Gun, dan sejak saat itu pula Off benar benar tidak pernah mengganggu Gun. Bahkan jika Ia berpapasan dengan Gun di koridor sekolah, lelaki itu akan putar balik dan mencari jalan yang lain.

Sudah terhitung satu minggu belakangan ini Gun merasa tidak enak badan. Ia juga tidak memiliki selera makan. Bukan karena Ia tidak lapar, namun semua yang masuk ke dalam tubuhnya akan percuma, karena Ia akan memuntahkan makanan-makanan itu kembali. Setiap pagi dan tengah malam Gun sering terduduk di depan toilet rumahnya untuk memuntahkan isi perutnya.

Tbc.

-yuppie

zničenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang