“Kenyataannya, Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hidup adalah pengendaraan yang gila dan tidak ada yang menjaminnya.” – Eminem.
Delapan tahun, delapan tahun sudah semenjak kejadian penolakan itu terjadi. Banyak sekali kejadian yang tak terduga selama delapan tahun ini. Dunia tidak sepenuhnya berubah, masih banyak orang jahat, namun tetap selalu ada orang baik.
Seorang wanita paruh baya terlihat keluar dari rumahnya yang sederhana. Kulit sawo matang dan mata sipitnya menandakan bahwa dirinya merupakan orang asia. Tangannya membawa sebuah keranjang berisi kotak makan siang.
Langkahnya terhenti di dekat persimpangan jalan. Tepatnya di depan sebuah toko kue kecil.
"Nenaaa!" Teriakan seorang anak laki-laki menggema memenuhi seluruh ruangan. Dengan cepat Ia turun dari kursi dan berlari menuju orang yang dipanggilnya Nena itu.
"Pelan-pelan sayang" Wanita itu nampak khawatir.
"Nena bawa makanan?" Pertanyaan polos keluar dari anak berusia 7 tahun itu.
"Iya sayang, ayo masuk, kita makan siang dulu" Godji mengusap lembut rambut anak laki-laki dihadapannya, kemudian menggiringnya masuk.
"Yeeeyy makaann" anak laki-laki itu bersorak gembira saat Godji mengeluarkan kotak makan siang berisi banyak makanan dari dalam keranjang yang dibawanya
"Dimana Papa?" Tanya nya saat menyadari seorang lagi tak ada disana.
"Papa ke toko uncle Eiji, beli bahan kue" jawab si anak manis yang kini sibuk memikirkan makanan apa yang kiranya masuk ke dalam mulutnya lebih dulu
Godji hanya mengangguk, "Papa mu kebiasaan, anaknya ditinggalin sendiri"
"Cuci tangan dulu sayang" Godji menghentikan pergerakan si anak lelaki yang ingin menyomot sebuah nugget dari dalam kotak makan itu.
Dengan segera langkah kecilnya menuju wastafel, setelahnya dengan semangat duduk di hadapan Godji dengan senyum yang merekah, mata sipitnya tertinggal segaris, "sudah Nenaaa"
"Sekarang boleh makan, jangan lupa baca doa" Godji mengelus pelan surai coklat itu.
"Chii, Chimon di dalam? siapa yang datang?" Suara lain tardengar dari arah luar.
"Papaaa, masuuk ada Nenaaa, Chii lagi makaaan" teriaknya setelah menelan makanannya.
Godji tertawa kecil melihat tingkah anak itu."Mae bawain makan siang" Godji bersuara setelah melihat Gun masuk ke area dapur.
"Ya Tuhan Mae, jantung Gun serasa jatuh waktu liat gak ada Chimon di depan" Gun berujar seraya mengelus dadanya.
Godji terkekeh, namun dengan segera mengubah ekspresinya, "kamu tuh kebiasaan, anak ditinggal sendiri di toko" Tangannya mencubit pelan bahu Gun.
"Maaf Mae, makanya Gun nyuruh Chimon duduk di depan biar kalo terjadi sesuatu Gun bisa langsung nyamperin" balasnya seraya menggaruk tengkuk.
"Papa ayo makan! Masakan Nena enaaak sekali" Anak laki-laki itu mengacungkan jempolnya.
Gun gemas, tangannya terulur untuk mengusak pelan rambut anaknya itu.
Iya, Chimon. Anak laki-laki yang berhasil dilahirkannya tujuh setengah tahun yang lalu. Anak yang menjadi alasannya bertahan hidup.
"Mae yang masak ini semua?" Tanya Gun saat melihat begitu banyak lauk di dalam kotak bekal itu.
"Iya, Pho mu lagi dapat bonus dari bos nya" balas Godji jujur
"Ya Tuhan Mae, harusnya gak perlu masak, biar Gun yang nanti pulang ke rumah aja buat masak" Gun merasa tak enak
"Kelamaan, kasian anakmu sudah lapar" balas Godji, dan Gun tidak bisa menjawab lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
zničeno
Fanfiction[OFFGUN] Tentang kebencian di masa lalu yang membawanya pada penyesalan. Tantang air mata, keringat, dan kerja keras yang membuatnya kuat. Tentang hati yang dihancurkan tak berbentuk, membawa sang empu pada kepasrahan. Akankah kisah ini berakhir bah...