12

231 37 10
                                    

Off masih termenung di balkon hotel tempatnya menginap, matanya menatap hamparan pasir putih yang entah sejak kapan sudah menjadi favoritnya. Pikirannya masih melanglang buana, memikirkan kejadian di pantai beberapa waktu lalu. Anak itu, anak yang sama dengan yang ditemuinya di depan toko kue, anak manis yang sudah berhasil mencuri sedikit tempat di otaknya.

Lalu si badan kecil, lelaki yang dengan cekatan melakukan pertolongan pertama, yang terlihat menyembunyikan kepanikannya ketika kejang itu tak kunjung berhenti, Off seperti mengenal perawakannya. Tapi demi Tuhan, Ia lupa siapa.

"Mikirin apa sih sampe akunya dicuekin" Mild berdiri disampingnya dengan segelas wine

"Bukan apa-apa" Off menjawab seadanya

"Kamu aneh banget akhir-akhir ini" Mild menandaskan isi gelasnya

"Aku? Aku biasa aja" Off menatap Mild disampingnya

Yang ditatap hanya sedikit melirik lalu kembali melihat pemandangan pantai di depannya

"Semenjak kamu ketemu sama anak kecil yang di toko roti, kamu jadi aneh"

"Aneh gimana?"

Mild mengangkat bahunya

"Beda aja, kaya lebih sering melamun, emangnya dia siapa kamu sih?" Kini tatapannya beralih kearah Off.

"Bukan siapa-siapa, aku aja baru ketemu dia di toko itu"

"Yakin bukan siapa-siapa? Bukan anak kamu kan?" Mild menatap Off dengan tatapan menelisik

"Sembarangan aja kalo ngomong, aku? Punya anak? Hey, I know I've had sex with some people, but aku yakin udah pastiin pake pengaman kok, dan kalopun salah satu diantara mereka hamil, pasti bakal datang ke aku dan minta tanggung jawab kan? Tapi selama ini gak pernah ada yang datang, jadi mana mungkin anak aku" Off mendekat ke arah Mild

Mild hanya tertawa renyah

"Iya iya, si paling banyak mantan" cibirnya ke arah Off sambil menggoda

"Awas kamu ya" kini badan ramping Mild sudah dalam kungkungan seorang Off Jumpol, dilanjutkan sengan kecupan beringas dari wajah hingga ke dada.

Biarkan saja, mungkin Off benar-benar lupa.

------

Di lain sisi, Gun, Chimon, Godji, dan Tom memakan makanan mereka, ditemani cahaya matahari sore yang menembus melalui kaca rumah sakit. Besok Chimon sudah diperbolehkan pulang, dengan catatan harus menjaga kehatan tubuhnya, tidak boleh terlalu lelah dan melewatkan obatnya.

"Chii nanti mau punya rumah yang besar" anak 9 tahun itu mengoceh, menceritakan masa depan impiannya

"Nanti Chii bikin toko kue yang besar buat Papa sama Nena, terus nanti Chii mau punya tv yang besar biar Phuu puas nonton tv nya" Nugget ditangannya masih tersisa setengah, tapi mulutnya tidak berhenti berbicara

"Waahh Phuu kebagian rupanya" Tom tertawa renyah, kemudian mengusap pelan surai hitam Chimon

"Makan yang banyak, biar cepat besar" tambah Godji setelahnya

Gun hanya tersenyum melihat interaksi orang-orang tersayangnya. Di dalam hatinya Ia mengucap syukur pada yang kuasa karena telah membiarkannya bertemu dengan orang baik seperti Godji dan Tom.

"Pokoknya Chii nanti mau bikin Papa tersenyum terus, Papa gak boleh sedih lagi, ya Pa?" Kepalanya menoleh, menatap Gun polos

Gun mengangguk, "Papa gak akan sedih sayang"

"Walaupun gak ada Ayah, Chii bisa kok jadi orang hebat, karena sama papa aja sudah cukup" kalimat itu terlontar begitu saja dari bibir tipis Chimon

Ketiga orang dewasa di ruangan itu mematung, Godji melirik ke arah Gun sekilas

"Chii selesaikan makannya dulu, nanti keburu dingin gak enak" Tom bersuara, memecahkan keheningan yang sempat tercipta selama beberapa detik.

Si kecil hanya tertawa kecil, kembali terfokus pada nugget dan sup dihadapannya

Lelaki dewasa disampingnya masih diam, menatap pada sang anak tanpa suara

Maafkan Papa ya nak.

------------

"Pencarian membuahkan hasil, Pak" Seorang pria berjas menunduk di hadapan Mario

"Paparkan padaku" Mario mengalihkan atensinya pada pemuda itu

"Seorang mantan anggota kepolisian di daerah Phuket, Ia menjadi salah satu saksi mata di kecelakaan itu. Namun, Ia menghilang saat ingin dimintai keterangan" Pria berjas itu memberikan sebuah map pada atasannya. Mario membuka dan membaca map itu dengan serius.

"Ada info lagi?" 

"Ia bisa menjadi saksi sekaligus bukti kuat selain surat wasiat itu, Pak. Selain itu tim dari kita berhasil meretas sistem keamanan perusahaan LOS" 

Mario mengangguk, "Kerja bagus, akhirnya setelah sekian lama kita akan mengungkap kebenarannya"

"Oiya pak ada satu informasi lagi"

"Apa itu?"

"Tim kita juga menemukan tempat tinggal Tuan Poon, namun rumah itu sudah tidak ditinggali sejak sepuluh tahun yang lalu" 

Raut muka lelaki lebih setengah abad itu berubah

"Baik, terima kasih informasinya" 

Setelah bawahannya pergi, Mario menyandarkan bahunya pada kursi kerja miliknya.

Tuan Poon, mertua dari Sunny, orang yang seharusnya menjadi kunci hilangnya anak laki-laki  dari sahabatnya itu. 

"Att, semoga kau masih hidup nak" 



- Yuppie

sudah ya dud

aku males bgt ngelanjutinnya, berasa pengen kujadiin pdf terus kubikin langsung tamat aja anjeeerr

zničenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang