8

328 42 1
                                    

Suasana sebuah ruangan di kantor itu terlihat tegang. Seseorang tengah duduk di kursi kerja besarnya dan yang lainnya berdiri di hadapannya.

"Perusahaan kita megang hampir seluruh sahamnya Yah, kenapa kita gak ambil alih aja sih?" Yang lebih muda terlihat frustasi.

"Tidak semudah itu, Nak" ujar sang Ayah pelan.

"Kenapa?"

Ayahnya hanya menggeleng.

Tapi karena dasarnya Off Jumpol adalah orang yang keras kepla. Jadilah Ia bersikeras untuk mendapatkan perusahaan itu.

"Ayah, perusahaan ini punya paman Pope kan?" Tanya Off pada Ayahnya yang sedang menyeruput kopi.

Sang ayah hanya diam

"Tapi kenapa perusahaan ini bukan atas nama paman Pope?" Tanyanya lagi

"Perusahaan itu memang bukan milik paman Pope" balas sang ayah akhirnya

"Lalu siapa?"

"Paman Sunny" Ayahnya membaca lembaran kertas dihadapannya

"Siapa paman Sunny?"

"Putra teman kakekmu, putra sulung keluarga Phunsawat, temanku"

--------

Dering telpon membuyarkan lamunan Gun.

"Iya halo Mae"

"Gun, Chimon kejang lagi" sebuah kalimat yang sangat dihindarinya.

"Gun kesana"

Dengan segera Gun mengayuh sepedanya membelah jalanan itu. Tak peduli beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan aneh. Yang ada di pikirannya hanyalah sang anak. Kejang, Ia selalu takut setiap mendengar satu kata itu. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya. Iya, anaknya menderita epilepsi.

Sesampainya di toko kecil Bibi Yen Ia langsung saja masuk tanpa permisi. Tatapannya terfokus pada sang anak. Godji tengah memangku kepala anak itu, sembari mengusap pucuk kepalanya pelan.

"Mae sudah longgarkan bajunya?" Tanya Gun, Ia berusaha untuk tidak panik.

Godji mengangguk

"Sudah berapa lama?" Tanya Gun lagi

"Hampir 5 menit" Balas Godji

"ya Tuhan" Gun berlutut di samping anaknya.

"Chii, papa is here, papa is here, everything's gonna be okay" Ia berusaha mengucapkan kalimat positif pada anaknya sembari mengusap kepala anak itu. Bohong jika dirinya tidak takut, bohong jika dirinya tidak panik, Ia sangat sangat khawatir.

Tak lama kejang itu perlahan menghilang, Gun menghembuskan nafas lega. Dengan perlahan Godji membantu Gun memiringkan tubuh Chimon. Semua makanan yang baru dimakannya tadi dikeluarkan habis.

"hey" ujar Gun menyadarkan Chimon

"papa" balas sang anak pelan

"Papa is here sayang" Gun menggenggam erat jemari anaknya.

"Papa hug" Ujar sang anak lagi.

Godji menggeser badannya, memberikan sedikit tempat untuk Gun. Gun memeluk anaknya lembut, mengusap rambut sang anak sembari membisikkan kata-kata penenang.

"Papa disini, jangan takut ya" Gun memeluk erat separuh jiwanya itu.

Bibi Yen yang melihat kejadian itu tanpa sengaja meneteskan air mata. Ia tahu bagaimana perjuangan Gun untuk bisa membawa Chimon melihat dunia. Ia tahu betul perjuangan Gun agar Chimon bisa seperti anak lainnya.

zničenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang