Ujian sekolah berakhir, tersisa upacara kelulusan bagi seluruh siswa kelas akhir. Begitupun Gun.
Sebenernya Gun ingin mengikuti upacara itu, namun beberapa hari belakangan ini kakeknya sendang tidak sehat, begitupun dirinya."Kakek makan dulu ya, sini Gun suapi" Gun duduk disamping ranjang sang kakek, membawa mangkok berisi bubur buatannya.
Kakeknya tersenyum, "Gun bahagia selalu ya" ucap lelaki tua itu pada sang cucu.
"Kakek ini bicara apa sih, ayo makan dulu" Gun menyendokkan bubur itu kemudian menyuapkannya pada sang kakek
"Gun, ingat pesan orang tuamu ya, jadilah orang baik walaupun dunia jahat kepadamu" Kakeknya mengusap lembut pipi Gun
Gun tersenyum, "Iya kek, Gun selalu ingat pesan itu"
"Kalau kakek sudah gak ada, Gun harus bisa jaga diri ya" Kakeknya kembali mengelus pipi sang cucu
Gun terdiam sesaat, "kakek gak boleh ngomong gitu, ayo makan, terus minum obat biar sehat lagi"
Gun sebisa mungkin menahan air matanya agar Ia tak menangis di hadapan sang kakek.
Jujur Ia sangat khawatir pada kakeknya. Kakeknya ini sudah terbilang tua, belum lagi penyakit asma yang diderita sang kakek menyebabkan Gun semakin takut jika saat itu terjadi.
.
.
.
.
.
.Dan sore itu, yang ditakutkannya benar-benar terjadi
Sang Kakek benar-benar meninggalkannya. Menghembuskan nafas terakhirnya di dalam pelukan Gun.
Gun menatap peti mati sang kakek, setelah Ia memberi tahu tetangganya, semua orang berbondong-bondong datang kerumahnya membantu mengurus pemakaman sang kakek.
Disampingnya, New tengah merangkul sambil mengusap bahunya. Iya, Gun mengabari New setelah orang-orang datang. New jelas terkejut dan dengan segera melajukan mobilnya ke lokasi yang sudah dibagikan Gun.
"Lo kuat Gun, inget, lo gak sendirian, ada gua" New terus mengusap bahu rapuh itu.
Gun hanya diam, Ia menangis tanpa suara.
Setelah pemakaman selesai orang-orang itu mulai meninggalkan rumah kecil Gun.
"Jangan sedih ya, gua ada disini sama lo" New kembali memeluk Gun.
Gun sudah tak lagi menangis, namun pria manis itu hanya diam dan mengunci mulutnya. Ia benar-benar merasa kosong sekarang. Semua orang yang berhubungan darah dengannya sudah pergi jauh ke tempat yang tak bisa Ia gapai. Ia sendirian.
"Kalo lo mau, lo bisa tinggal bareng gua, Gun" New menawarkan.
Tidak mungkin Gun menerimanya, siapa Ia berani-beraninya tinggal di mansion besar keluarga kaya itu.
Gun menatap New, kemudian memeluk teman satu-satunya itu
"Gak usah New, aku bisa tinggal disini sendiri kok" Gun berucap pelan
"Tapi gua takut terjadi apa-apa sama lo" New memegang pundak Gun
"Gak akan, aku bisa jaga diri, New"
Setelahnya New menatap Gun dalam,
"Kalo ada apa-apa telpon gua ya" New bangkit dari duduknya, dengan berat hati meninggalkan Gun sendirian disana.
Dan Gun benar-benar sendirian sekarang. Ia sudah tak memiliki tempat berpegang. Gun memeluk lututnya, dan tangisannya pecah saat itu juga. Tuhan sangat baik, terlalu baik sampai-sampai membiarkannya menikmati hidup sendirian.
Malamnya rasa mual sialan itu kembali menyerangnya. Gun terduduk di depan kloset kamar mandinya, keringat dingin sudah menghiasi wajahnya entah sejak kapan. Yang pasti Ia sudah memuntahkan isi perutnya untuk yang kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
zničeno
Fanfiction[OFFGUN] Tentang kebencian di masa lalu yang membawanya pada penyesalan. Tantang air mata, keringat, dan kerja keras yang membuatnya kuat. Tentang hati yang dihancurkan tak berbentuk, membawa sang empu pada kepasrahan. Akankah kisah ini berakhir bah...