6

350 41 2
                                    

Gun terbangun dari tidurnya yang sangat tidak nyenyak. Banyak bayangan-bayangan negatif yang terputar di otaknya. Ia sudah menghabiskan semalaman untuk memikirkan masa depannya, dan sekitar 15 menit terduduk di depan kloset untuk memuntahkan isi perutnya.

Ting!

Suara notifikasi dari handphone nya membuat kesadaran Gun terkumpul.
Pesan dari New.

"Jangan lupa janji kita pulang sekolah ya Gun! Aku tunggu di sekolah"

Gun mematikan handphone nya. Mau tak mau Ia harus kesekolah. Dan setelah semalaman berpikir, Ia sampai pada keputusan bahwa dirinya akan merahasiakan hal ini pada New sampai waktu yang tepat.
Dan untuk Off, Ia akan mengatakannya saat acara kelulusan, walaupun dirinya sudah dihantui rasa takut akan penolakan.

Gun datang ke sekolah seperti hari-hari biasanya, bersikap seolah tidak ada yang terjadi agar New tidak curiga.

"Besok jangan kesiangan ya Gun!" Teriak New dari dalam mobilnya setelah mengantarkan Gun ke rumah. Ia sudah berbelanja banyak baju, lebih tepatnya New membelanjakannya terlalu banyak baju.

Gun mengangguk dan tersenyum, setelahnya mobil New melaju cepat.

Gun masuk ke rumahnya, tangannya terulur untuk mengusap perut rata nya. Ia tak bisa menyangkal bahwa ada kehidupan lain dalam dirinya.

------

Esoknya acara berjalan dengan sangat meriah. Anak-anak kaya itu mengenakan pakaian dari merk-merk terkenal dunia. Barang-barang branded tersebar disegala penjuru.

Disaat yang lain sibuk mengobrol satu sama lain, lain dengan Gun. Dirinya hanya diam di pojok ruangan sambil melamun. Mengumpulkan keberanian untuk berbicara pada seseorang. Ia melihat sosok itu disana, orang yang dicarinya. Siapa lagi jika bukan Off Jumpol.

Akhirnya Gun memberanikan diri, Ia melangkahkan kakinya pada Off yang tengah bersama Tay dan Arm.

"P - permisi Off, boleh bicara sebentar?" Ujarnya pelan. Suaranya bergetar takut.

"Tuh dicari, sana gih" Arm mendorong Off pada Gun

"Ck apa sih, ogah" Tolak Off sarkas.

"Ngomong aja dulu Peng, kali aja penting," Tay ikut bersuara

"Sepenting apa sih orang kaya dia?" Off mengangkat dagu Gun dengan jarinya.

"S - sebentar aja" suara kecil Gun kembali terdengar memohon

Dan akhirnya Off mengiyakan permintaan Gun. Setelah dipaksa oleh Tay dan Arm lebih tepatnya. Mereka kini tengah berada di belakang gedung yang menjadi tempat acara.

"Cepetan, jangan buang waktu gua"

Gun semakin takut, Ia bahkan tak berani menatap Off.

"K - kak maaf kalo bikin kaget, t - tapi aku hamil" akhirnya kalimat itu terucap dari bibirnya

"Terus apa urusannya sama gua! Lo nuduh Gua gitu yang hamilin lo?" Off mendekati Gun, mengangkat dagu Gun kasar.

"Denger ya, mau lo hamil, mau lo hilang, atau lo mati pun itu bukan urusan gua. Mungkin aja anak itu anaknya om-om yang tidur sama lo. Dasar jalang" Off menghempaskan wajah Gun

Gun sudah menangis, air mata tak berhenti keluar dari kedua belah matanya. Ia terisak. Hatinya sungguh sakit. Hal yang ditakutkannya benar-benar terjadi.

"Buat yang di hotel waktu itu kan lo udah gua kasih duit. Pake aja duitnya buat gugurin tu anak. Selesai kan masalahnya. Lagian, jadi orang jangan gampang mau di ajak-ajak makanya" Off kembali berujar, dan ucapannya sukses membuat Gun semakin terisak.

Setelahnya Off pergi meninggalkan Gun.

Pria kecil itu menangis tersedu. Mendengar segala ucapan yang keluar dari mulut seorang Off Jumpol membuatnya benar-benar hancur.

Gun berlari, meninggalkan tempat itu segera. Menjauh dari tempat itu secepat yang Ia bisa.

Ia masih terisak saat sampai di depan rumahnya. Beberapa kali terjatuh di jalan, membuat pakaiannya kotor.

Tapi pandangannya berubah bingung saat melihat beberapa orang berpakaian seperti preman berada di depan rumahnya.

Gun mengusap air matanya kasar, "permisi, ada apa ya di depan rumah saya?" Tanya nya pada seorang disana

"Kamu Gun?"

Gun mengangguk

"Rumahmu kami sita, karena hutang-hutang ayahmu sudah lama tidak di lunasi jadi kami terpaksa menyita rumah ini. Sekarang lebih baik kemasi barang-barang mu" Orang itu memberikan selembar kertas pada Gun. Kertas yang menunjukkan jumlah uang yang tidak sedikit.

Gun menangis lagi. Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar dari mata indah nya hari ini.

Ia mengemasi barangnya, yang sebenarnya hanya beberapa kaos dan barang peninggalan orang tuanya. Air mata tak berhenti keluar menghiasi pipi tirusnya. Dunia jahat, dunia benar-benar jahat. Itu yang sekarang ada dalam otaknya. Namun ucapan Ibunya membuatnya hanya bisa menangis tanpa menyalahkan dunia.

Gun benar-benar tak tahu arah sekarang. Ia sendirian, tak punya tempat tinggal. Jangan lupakan si calon bayi yang sedang bertumbuh dalam dirinya.

------

Flash back

"Yey jalan-jalan!" Teriak Gun kecil senang

Ibu dan ayah nya tersenyum melihat tingkah putra tunggal mereka.

"Gun sini pakai dulu jaketnya," suara sang Ibu terdengar lembut

Kaki kaki kecil itu dengan segera menghampiri ibunya

"Hap! Anak ayah sudah gak sabar pengen jalan-jalan hum?" Ayahnya menggendong dan mengecupi pipi Gun

"Ihihihihi ayahh geliii" suara kecil itu begitu lucu

"Ayo berangkat pangeran! Wushh"

"Pelan-pelaaan" ujar sang Ibu yang khawatir melihat suaminya sedang menggendong anak mereka sambil berlari.

Sungguh pagi itu merupakan pagi yang sangat membahagiakan bagi anak berusia 4 tahun itu. Setelah sekian lama akhirnya ayah dan ibunya mengajaknya ke kebun binatang.

Gun suka jerapah. Itulah sebabnya orang tuanya sering mengajaknya untuk melihat hewan berleher panjang itu.

Tapi, hari yang awalnya sangat membahagiakan itu tiba-tiba saja berubah menjadi hari paling menakutkan bagi seorang Gun kecil.

Mobil yang ditumpangi keluarganya mengalami kecelakaan saat pulang dari kebun binatang, yang mengakibatkan kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan itu.

Tbc.

-yuppie

Jangan hujat aku :(

zničenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang