"Lambaian tangan bukan perpisahan"

8 0 0
                                    

Hayy... Telah lama rasanya kita bersuara lewat do'a
Beberapa bulan lalu kau membenciku dengan sangat
Hingga Aminku kurasa sangatlah pekat.
Menuntunmu melalui bait - bait yang ku panjatkan,
Syair tuhan bernuansa romansa keluar begitu saja dari qolbu pencinpta Cinta..
Hingga dirasa kepulanganmu sangatlah berbeda.
Mengizinkanku memelukmu lagi.
Dengan sebuah rasa yang telah lama bersemanyam d sanubari cinta.

Hingga kita kembali bersuara, bertemu dalam rab nya. Dan menebar rasa gelisah d jiwa.
Ternyata tuhan memisahkan kita itu tak salah...
Dia membuat rasa kita semakin pekat dan mendalam dalam jalan nya...
Jalan yang penuh dengan makna per pisahan dan pertemuan.
Mingizinkan rindu kita ber salaman dalam syair-syair yang kita panjatkan.

Sampai akhirnya semua tinggallah kenang.
Tuhan memintamu pergi untuk kesekian kali nya
Tetapi kali ini berbeda...
Kepergianmu begitu tulus ku ikhlaskan.
Memejamkan ke egoisan demi ketulusan kelak.
Menjemputmu kembali dari rasa rindumu yang bercucur kegelisahan..

Dua mata sekalipun tak mampu melihat realitas yang utuh.
Cara pandang mu dibatasi frame yang terbangun,
dari berbagai kerangka elemen penghubung. Sejarah mu, lingkungan mu, pengalaman mu, guru-guru mu, buku-buku mu, proses belajar mu, dirimu sendiri (proses berpikir mu, kecenderungan2 mu, ideologi mu, keseluruhan nilai2 mu).
.
Setiap orang punya komposisi, formulasi & racikan yang berbeda2, dari semua elemen yg membangun dirinya. Tak mungkin ada yang persis sama. Itulah mengapa kita seringkali menemui perbedaan (dlm banyak hal), antara satu orang dg orang yg lainnya.
.
Nah, siapa yang semakin banyak perbedaan, maka semakin sulit dipertemukan. Sebaliknya, semakin banyak kemiripan, akan semakin mudah berjalan beriringan.
.
Hal yang wajar. Perbedaan adalah hal yang wajar. Bukan keanehan.

Jikalau kita diciptakan sama, maka tak akan ada dinamika kehidupan. Tak akan ada ujian hidup. Tak akan ada penilaian. Tak akan ada hasil akhir yg berkesudahan.

nanti kita akan makan dan minum teh yang bahkan tidak hangat sembari melihat mentari tenggelam, melalui jarak. kau pernah bilang jika kuat rasanya maka sejauh apa pun nantinya tetap akan sama hangatnya. sesulit apa pun pasti ada jalan untuk akhirnya kita bisa sama-sama menunaikan temu. "tunggu aku" katamu, empat tahun lalu. aku diam dan hanya mampu berdoa, bukan untuk kita disatukan tapi, untuk aku yang dikuatkan jika pada akhirnya kata-katamu hanya sekadar penghias yang menenangkan. aku tidak menunggu namun jika pada akhirnya akan bertemu dan bahkan kembali bersatu, aku akan menyambut dan merangkai syukur sebesar-besarnya,

seumpama kau meminta untuk meletakkan perasaanku yang untukmu jauh dibalik punggung, aku akan tetap dengan tegas menolak. rasa ini tak akan pernah ke mana-mana, tidak akan menghilang meski dengan ribuan makian sekali pun.

Jalan-jalan setapak pun kulalui dengan pasti, namun tak juga kutemukan ujung yang menenangkan. Semua paras kulihat sebagai apa-apa yang menakutkan. Semua mengubah perangainya. Yang dekat, biasa mendekap kini berjalan perlahan menjauhi aku yang penuh dengan pohon-pohon masalah. Akarku adalah ketergantungan dengan harapan-harapan yang kubangun sendirian. Sesekali aku ingin berhenti dari apa yang seringkali membuatku tersesat; sesak yang semakin himpit. Jalan kecil yang menanti, hampirilah jika sampai di ujung waktu tak kutemukan kau.

Tiap malam aku kerap memikirkan akan kemana akhirnya hati ini akan berlabuh, kemana tubuh ini akan di rengkuh, dan kapan harus berhenti mengeluh,
Tiap malam aku selalu memikirkan apa-apa yang tak pasti, selalu ada rasa khawatir tiap kali ingin memejamkan mata.
Belakangan punggungku semakin berat, entah karena terlalu lama memikul sepi, sendirian, ataukah ini akibat gemar menolak mereka yang datang meski sekedar ingin menjadi pendengar keluh dan peluh.

di antara percakapan pada tiap pukul dua pagi sampai menjelang sepertiga malam, ada doa-doa yang diaminkan dengan sunyi; tak lagi dengan kencang. ada dia seseorang yang lebih ku sayang dari diriku, lebih kuperhatikan dan diberikan apa pun yang mampu membuatnya bahagia. seseorang yang tidak pernah jauh dari hati yang memandang. seseorang yang sering hadir tiap kali bercermin, tiap sepi menghampiri, dia adalah cerminan dirimu. _Asq.

Siapa pun itu, apa pun itu, di mana pun itu, tidak akan terjadi secara kebetulan, sekali pun hati kita sempat menyangkalnya. Merupakan hal yang sangat kecil sekali bagi Tuhan untuk menciptakan berbagai keadaan tak kebetulan itu, jika dibandingkan dengan maha karya lainnya yang bersebaran dengan keteraturanNya.

Tak ada yang kebetulan dan tidak ada yang dijadikan tanpa tujuan disebaliknya. Tuhan hanya ingin menguji apakah makhluk menjadi lebih baik atau semakin buruk, semakin dekat atau semakin jauh dari laranganNya...

Makin Tuhan cinta, makin berat ujiannya. Tapi ketika diri semakin menghamba dan semakin mencinta, yang berat dan melelahkan itu seakan berkurang beban menjalaninya.
Dia memang sangat pemilih menentu manusia-manusia pilihan dari milyaran manusia yang ada, yang akan menikmati hadiah tak terkata satu hari nanti...

Tak perlu buru-buru melesat seperti pesawat tempur. Aku ingin merasa ada di balon udara saja. Melayang dengan perlahan walaupun semakin tinggi was-was itu selalu ada. Tapi keindahan pada akhirnya kan kukecap tiada tara.
Ya. Karena kau selalu ada, saat berpijak di bumi atau melangkah di ruang udara. .

"kASIH YANG HILANG"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang