"KASIH YANG HILANG" (part II)

108 1 0
                                    

Selain senja, senyummu juga bisa menjadi suasana yang cukup eksotis, untuk menampilkan segala yang romantis. Siapapun takjub dengan keindahan senyummu. Begitu sering aku menulis puisi tentangmu, sebagai isyarat salam pada semesta, betapa beruntungnya aku bisa mengenalmu, bisa menikmari indahnya karya sang pencipta. Dan meyakini, bahwa sesungguhnya lukisan sang illahiya tidaklah abstrak. Sebab, disetiap langkahku telah tersemat bayangmu. Terimakasih Tuhan, engkau telah membuka mataku untuk menyaksikan betapa indahnya dunia ini, walau aku hanya bisa menanti, dan tak bisa memiliki.

Kadang aku ingin menjelma, merupa akar gantung. Menjuntai, meruncing, lalu menembus partikel tanah, agar kau paham mengapa aku membumi?!...
Karena pesonamu....
Kemiliki gravirasi yang tinggi.

Pagi telah beranjak datang, menyingkirkan sang malam di peraduan. Terbang dari buaian sang mimpi. Kita berlomba mengejar sesuatu yang fana...
Kita bagai kerbau yang terikat dalam tali rutinitas.
Semua telah berbeda, senyum dan saling sapa berganti dengan tatapan kosong tentang masadepan.
Hari berganti hari, dan waktu terus berputar tampa kita sadari,
Entah.....
Apakah kita masih ingat kenangan akhir sya'ban itu.
Semua terhapus dalam derasnya kehidupan.
Apakah kita sempat berfikir, bahwa tujuan hidup kita sama??
Ya.... semua menuju kematian kekal.
Kematian yang tak bisa di tunda seperti pekerjaan kita.
Langkah demi langkah, membawa kita semakin dekat dalam kematian...
Harta, benda yang di kejar dalam kesibukan.
Sekarang, tak akan mendampingi didalam tanah nanti.
Baju mewah akan terganti dengan beberapa lembar kain.
Apakah kau sudah mempersiapkan, atau malah asik dalam tipuan fatamorgana kehidupan.

Kutanya untuk apa? Tak usah mencoba Kemungkinan yang tak mungkin terjadi.
Kepadanya kau memberi dunia, aku tak bisa meski sekedar bertanya baik kabarmu disana.
Apa-apa yang di tentukan semesta, mempertahankan atau melepas. Maka pilihlah tetap mencintai jika kau tak dapat melukai. Karna kau sendiri yang menginginkan, manamungkin semesta yang memberi pilihan.

Sekali aku masih mengunjungi, karena jawaban dari semua pertanyaan itu ada di dalam matamu. Dan tak ada mataku disana, terlihat begitu jelas bukan samar-samar, bahkan tidak sekilas jadi takmungkin untuk kubalas.

Seumpama burung dengan patah kedua sayap, akan selalu berbual menceritakan keindahan biru langit menerka keindahan udara kebebasan, seperti itulah kau kini menampilkan kebahagiaan. Semoga kau benar menjadikan rumah, bukan terpenjara tampa bisa kemana-mana, hidupi dalam segala keinginan bukan mematikan perasaan pasrah kau relakan.

Aku tak pernah belajar tentang kekecewaan, kau salah berfikir jika aku yang memberikan. Jangan egois dengan sesalmu yang kau bilang itu dariku, sementara hanya padanya tangismu melega merasa telah reda. Masihkah butuh penjelasan kenapa aku tak lagi mengejar?...
Tidak pun.. Aku tak ingin membela diri, memaksa untuk kau dengar hati yang telah kau kunci.

Walau kepedulian sekali kuberikan, aku kemang sekebal itu, tak ingin kau merasa susah, mintalah.... aku tak hidup selamanya. Sampai kapanpun aku bisa, kulakukan apa saja. Cuma mengingatkan, jika nanti ada hati yang meminta kujaga, dan aku tak lagi ada, berjanjilah kau tetaplah bahagia.

Aku selalu mengingat Ayu raut wajahmu dinda laksana kuntum bunga setaman,
Manis bibirmu kala kau tersenyum sibak gairah dalam junjungan cinta.
Pesonamu pautkan hatiku jiwa menyepi sirna dalam cinta,
Agung dalam kata...
Indah dalam bahasa...
Tutur sapa yang penuh manja.
Elok pelangi jingga d ufuk barat,
Jalinan kasih buai penuh isyarat.
Pujangga alam bertuah dalam fatwah.
Agungkan cinta puisi dalam bahasa.
. Sqa.😘😚

"kASIH YANG HILANG"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang