"RINDU SENDIRI"

23 1 0
                                    

Terlanjur berlubang dan usang,
Lantas apa lagi selain penenang?
Meski pincang.... kuharap tak meradang.

Jangan takut berjalan sendiri menempuh petualanganmu,
Tapi takutlah berada d kerumunan besar,
Disanjung sedemikian,
Tapi sebenarnya kamu sedang sendiruan.
Bila dirimu adalah penggemar sebja dan kopi,
Izinkan aku mencintaimu tampa jeda dan terapi.

Disore hari yang meredupkan cahaya,
Seiring berganti waktu dan berganti hari,
Langit yang mulai gelap dan menghitam,
Terlihat dan terbayang dirimu.

Bertanya hati pada siapa?
Bagaimana cara melepaskan rasa ini?
Rasa rindu yang selalu datang.
Dikala sepi dan saat sendiri.

Rindu....
Kata yang selalu d ucapkan oleh para pujangga,
Yang saling berjauhan dan terpisahkan oleh jarak.
Malam bertemankan rembulan.
Sunyi terasa, sepipun merada.
Bagaimana kasih sayang dan rindu tercurah?
Bila rindu terap bersemayam dalam hati.

Sore hari pun telah menyambut,
Ini tentang rinduku dan senja jingga...
Sebab pancaranyaku lebih besar daripada ragaku,
Maka tak pernah kulilitkan tali untukmu...
Terserah kau mau kemana....
Entahlah,....
Aku begitu yakin selalu ada aku d sana.
Kuharap kau juga sama....

Kau ingat,... saat kita ingin menikmati senja bersama,
Menghabiskan waktu bersama,
Dan sampai sekarang itusemua fana'...

Jika tiba saatnya, akan kujelaskan semuanya.
Bahwa selama ini.... ada sulit saat mencintaimu, ada pahit saat mempertahankanmu, pun selama ini; ada luka yang tak pernah mau kau pahami.

Kekasih..... mungkin aku bisa melupakan seseorang, yang ada d kepalaku.
Tapi tidak d dalam hatiku...
Sejauh apapun aku pergi,
Setidaknya ada sesuatu darimu yang bisa aku bawa pergi meski itu bukan kamu. Paling tidak hatimu.....

Waktu begitu cepat berlalu,
Aku masih tetap menunggumu d sini dengan perasaan yang sama.
Namun.... kamu entah bagaimana,
Aku tidak tau lagi.....

Kau ini hadir sebagai apa?...
Kalu hanya sekedar membuatku takjub, dan perihal semua tentang seluruhmu kau tutup.
Akurasa.... seorang penghianat juga mempunyai sifat artifisial seperti itu.

Rindu memang taktau diri...
Bagai asteroid yang melihat andromeda.
Begitu pula rona mata yang melihat begitu besar pengharapan.
Sedang pelupuk tak kuasa untuk mengingatkan...
Hingga riuh angin malam yang berbisik,
Seakan2 menjadi rindu yang melambai...
Hanyut malam sunyi tak terusik.
Sapa salam tak mungkin tersampai...
Hikayat tak dapat menjadi riwayat.
Angin lewat disangka orang melayat...
Harapan sebujur kini mulai luntur
Dan hancur...
Air mata kini bercucur...
Niat yang teguh kini mulai jatuh
Dan runtuh.....

Rongga hatiku bukan tempat bermain.
Bukan dufan....
Cinta juga bukan kora-kora.
Yang menggantung, kemudian kaunikmati pergerakanya,
Maju.. mundur...

Kulacak jehakmu, ia ganjil.
Lebih dari kita.
Aku rebah... dicumbui ketidak pastian.
Waktupun menangis deras tekad.
Maka... sebelum hati terjerat, akupun harus melepas harap.
Sebab melupamu, adalah satu-satunya jalan keluar yang tepat.

Tidak mengapa berprasangka.
Semua tetap sama.
Bukan masalah berasumsi.
Tak merubah apa yang terjadi.
Iya... aku akan baik-baik saja.
Iya... aku mewajarkannya.
Ada indah masing-masing.
Engkau takperlu pusing.

"kASIH YANG HILANG"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang