"KASIH YANG HILANG" (akhir sya'ban)

71 2 0
                                    

Ku kira bertahan sejauh ini suatu hal yang mudah? Bertahan menahan amarah, bertahan menenangkan gundah, dan bertahan memperjuangkan kisah, aku disini bukan tampa godaan sayang!.. Jangan lagi menuduhku yang bukan bukan, karna aku tidak pernah main main soal perasaan, dan jangan pernah main main dengan perasaan karna keadaan!

Saat kau memutuskan ingin pergi, separuh warasku hampir saja kebawa lari, pertanyaan pertanyaan mengalir seperti hujan. Menusuk perlahan dan terkadang tak tertahankan, apa yang kau cari selama ini? Bukankah denganku pernah kau katakan banyak janji?. Tidak cukuplah usahaku untuk membuatmu mengerti,? Apakah semua hal yang kuperjuangkan kau lepas begitu saja?

Kecewa juga tidak selalu datang tiba-tiba. Ia bisa saja mengendap diam-diam, kemudian menyusup kedalam urat nadimu, ber kecemuk d jantungmu, lalu menobatkan kedua kakimu untuk berlari sejauh-jauhnya pada orang yang menyia-nyiakanmu.

_Belakangan aku merasa kehilangan. Ada rasa sesak yang tidak bisa d jelaskan. Alasanya ternyata satu, kamu.... kamu sudah pergi. Dan aku masih belum bisa menerima ini. Masih sulit... kuharap kau tidak marah ketika tau aku masih cinta. Aku masih ingat semua tentangmu. Haruskah aku mengucap kata maaf.!!_

Kisah kita bak coretan kusam yang meng hias dinding usang. Hanya berbekas segaris tinta hitam yang berpola tak teratur. Semacam alur cerita kita yang taktau arah dan tujuan. Hanya dinding usang yang menjadi kenangan bisu yang tersimpan d dalam nya. Tak banyak kata namun penuh makna. Itulah yang mampu d utarakan oleh coretan yang dulu berbekas ketenangan dan sekarang hanya tinggal kenangan. Coretan garis yang tak berpola bermain d atas kedamaian. Yang tertara pada dinding yang tak bertuan. Kita sekarang seperti coretan kusam yang hanya meronta namun tak bisa d dengar. Dinding usang yang menjadi saksi bisu. Dimana kita pernah melukis yang sekarang tak tau arah.

Tuhan memberiku arah, ia mendatanginya melalui bayang. Bisikan, memintalah setiap malam, hingga aku bisa menjadikannya karya..
Menurutmu itu bisa...
Menurutmu itu hanya rasa...
Menurutmu itu sebuah cerita...
Hahaha... menurut saya anda gila...!
Tuhan memberiku tangan yang lentur.
Dan mengizinkanku untuk mencoret kertas putih.
Sebuah karya yang wah.... yang tak bisa ku ulangi dengan hanya sebuah bayang.

Ada banyak alasan untuk pergi, tapi aku tetap memilih untuk tidak. Sebab untukku, kau adalah luka sekaligus penyembug yang paling aku suka. Dan kau tau... _Birunya langit tak akan ternodai, meski awan gelap nan tebal menutupnya. Birunya langit tak akan terhembus meski badai kan datang menghapus biru teraplah biru dan kan selamanya biru. Cahaya tak kan pernah punah meskipun menyisakan selintas dalam benak. Begitu juga senyum seorang kekasih tak kan pernah hilang meski palung telah merobek hati. Senyum itu mutiara yang kunanti sepanjang sejarah mutiara itu hanya satu. Dan aku beruntung karna dengan menunggu mutiara itu datang menghampiri tuk temani hidup dengan perih yang terselumuti isak tawa...._

Seseorang pernah bertanya padaku. Bagaimana aku dapat menghargai hidup? Aku hanya diam, aku memang begini. Memilih diam sebelum menarik sebuah simpul. Hingga ahirnya aku memilih sebuah jawaban. Caraku menghargai apa-apa yang telah d berikan tuhan adalah dengan membiarkannya terjadi begitu saja. Apapun itu. Senang, susah, bahagia, luka. Apapun yang d beri hanya akan ku persilah kan untuk singgah. Semuanya kubiarkan datang. Tampa perlu kupegang dengan erat. Sebab kutau.. tak ada yang menetap. Semuanya yang datang akan bergerak sekalipun begitu menggetarkan hati. Begitu melukai tetap saja semuanya akan berlalu. maka caraku menghargai apa-apa yang d berikan tuhan adalah dengan begini. Sederhana dalam menanggapi. Tak banyak berusaha dalam mengabadikan tawa. Juga tak terlalu hening dalam menggenggam sebuah sunyi.

Kepedihan....!
Bukan aku dalam ketidak berdayaanku.
Hunusan panah itu kedalam jiwaku.
Tusuk dan segala yang menyesatkan datangkan padaku.
Hancurkan seluruh sendi-sendi itu.
Sampai ia tak mampu lagi bersedu.
Remuk kan seluruh nadi-nadi yang kuperbaiki dengan segala senjata yang kau miliki.
Cabut nyawa dan ruh ini jika itu seharusnya.
Lalu pergi tampa pernah lagi menoleh kebelakang dan kembali.
Tancapkan tombak itu pas d tengah dadaku yang mulai membisu.
Sekarang.... mulailah memakan jantungku, mencabik-cabik, merobek, hingga terkelupas kulitnya.
Lalu kau muntahkan d depan mataku.

"kASIH YANG HILANG"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang