VOTE & KOMENNYA!!!
---O0O---
"Siksa dia!" perintahnya dari sambungan telepon."Baik bos."
Telepon di matikan secara sepihak. Orangnya yang di perintah tadi langsung melaksanakan tugasnya. Orang itu masuk ke ruangan yang minim cahaya, dia tersenyum miring saat melihat orang yang tidak jauh dari hadapannya, setelah itu ia melangkah mendekati orang itu.
Orang itu membukakan kain yang ada di penutup mata si orang yang sedang terikat lemah.
"Mau mulai lagi?" tanyanya sambil tersenyum devil.
"Siapa yang nyuruh lo?!" orang itu melemah, badannya penuh dengan luka. Sudah hampir satu bulan ia terisak di tempat neraka seperti ini, pikirkannya hanya satu, apa salahnya?
"Ayo kita mulai." orang itu tertawa iblis, ia suka sekali menyiksa.
Alex menggeleng lemas, ia sudah lelah. "Lepas." lirihnya.
Alex memejamkan matanya, ia menahan perih pada tubuhnya yang banyak sekali luka.
Melihat Alex seperti itu, membuat ia semakin semangat untuk melakukanya. Lalu ia mundur dan berbalik mengambil benda kesayangan yang sempat ia lupakan.
Setalah mengambil benda kesayangannya, orang itu mendekat ke arah Alex. Membuat Alex mundur dengan sekuat tenaga, ia tidak bisa melawan untuk sekarang. Bagaimana tidak? tangan dan kakinya di ikat, belum lagi badannya banyak sekali luka.
"Mau apa lo?!" Alex menatap orang itu tajam, keringatnya terus keluar dengan deras, jantungnya ikut berdetak lebih kencang.
"Bersenang-senang." jawabnya santai sambil mengasah pisau yang lumayan besar yang ia pegang.
Alex menggeleng cepat. "Siapa yang nyuruh lo?!" sambil mencoba untuk mundur, kerena orang itu terus melangkah pelan menghampirinya.
"Tidak perlu tahu siapa yang menyuruh saya. Mari kita mulai."
Srekkk
Orang itu kembali memberikan goresan pada tubuh Alex, membuat Alex meringis pelan. Sial!
Benda kesayangannya terus mengukir tubuh Alex, ia tidak segan-segan memperdalamkan goresannya jika Alex terus memberontak. Bibirnya tersenyum lebar, saat melihat hasil karyanya yang sangat luar biasa.
"Indah bukan?"
******
"Nil lo yakin?" Agra kembali mencoba untuk menyakinkan Danil, ia merasa itu jalan yang salah.
"Gue yakin!" Danil tersenyum licik, ini yang ia tunggu-tunggu.
Agra menghela napas berat, jika sudah seperti ini Agra hanya bisa diam, tidak mau ikut campur.
Danil tersenyum miring saat melihat Tari yang sedang jalan di koridor kampus, sendiri. Danil menghampiri Tari sambil kedua tangannya di masukkan di saku celana depannya.
"Hai." Danil tersenyum ramah saat sudah di hadapan Tari.
Tari tersenyum singkat, lalu ia menengok ke sana-kemari dan pasti Danil sudah tahu dari maksud itu.
"Alvaro?"
Tari mengangguk pelan. "Ada apa?" jujur ia takut sekali, takut jika ketahuan.
Danil mengacuhkan bahunya. "Gak ada."
Tari menghela napas berat. "Yaudah gue duluan." setalah itu ia pergi dari hadapan Danil. Namun sayangnya Danil sudah terlebih dulu menahan pergelangan tangan Tari dan itu membuat ia kembali menoleh.
"Ada apa?" tanyanya.
"Lo ada waktu buat tar malem?" tanya Danil.
Tari berpikir sejenak, lalu ia langsung melepaskan tangan Danil dari tangannya. "Gue duluan." ucapnya, setelah itu langsung pergi.
Danil tersenyum miring, ia sudah tahu jawabannya apa. Oke rencana satu gagal, tenang masih banyak rencana lainnya. Tunggu saja.
"Kalau lo tau semuanya, gue yakin lo bakal sama gue, Tar."
******
Tari duduk di kursinya, ia mencoba mengatur napas yang terasa sesak rasanya. Ia takut sekali jika Alvaro melihat di koridor tadi.
"Tar." ucap Ria, lalu Tari menoleh kebelakang, ia menaikkan satu alisnya.
"Apa?" Ria menyengir lebar, sampai menunjukkan deretan giginya. Tari sudah tahu maksud Ria apa, apalagi kalau bukan salin tugas.
"Nih." sambil melemparkan bukunya di meja Ria, membuat Ria tersenyum senang.
"Makasih Tari, lo doang yang pengertian sama gue. Gak kaya ono tuh." ucapnya sambil menunjuk ke arah Ririn, menggunakan dagunya.
Lantas Ririn menoleh dan menatap Ria tajam. "Apaan lo?!"
Ria menyengir lebar, lalu kemudian mengangkat kedua tangannya, membentuk huruf V. "Hehehehe ampun tomboy."
Ririn memutar bola mata malas, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi, apalagi kalau bukan tidur.
"Selamat pagi semuanya." Qilla menyapa ketiga temannya, lalu ia melepaskan rangkulan Rio pada pundaknya.
"Pagi Qilla." lalu Ririn menatap Ria yang sepertinya sedang terbakar api cemburu.
"Pagi juga Qil." Tari pun terkekeh kecil, saat melihat Ria yang terlihat jutek.
"Gue pamit." ucap Rio.
"Loh mau kemana? bentar lagi masuk Rio." Qilla duduk di kursinya dan mengeluarkan bukunya.
Rio mengacak rambut Qilla gemas. "Biasa."
"Semuanya gue pamit." ucap Rio pada Tari, Ririn dan Ria, lalu pergi keluar.
Ria mendumel dalam hati, mengapa tidak pernah mengerti?
Ririn dan Tari hanya terkekeh pelan melihat raut wajah Ria yang terlihat kesal. Memang Ria selalu seperti itu jika melihat Qilla bersama Rio.
******
Alvaro mengendari motornya, ia berniat untuk menemui kekasihnya. Saat di perjalanan ia menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang tidak jauh dari penglihatannya.
"STOP!" orang itu berteriak tepat di tengah jalan, mencoba memberhentikan Alvaro.
Alvaro membuka helmnya, ia heran kenapa perempuan itu ditengah jalan? cari mati dia. Alvaro masih setia di motornya, ia enggan untuk turun.
Perempuan itu berdecak kesal, lalu membukakan topinya dan membiarkan rambutnya tergerai dan tertiup oleh angin.
Sontak Alvaro melotot tidak percaya, perempuan itu..... ia masih tidak percaya. Jantungnya berdetak lebih kencang, bibirnya terukir lebar, Alvaro tersenyum senang, matanya terus menatap perempuan itu, sesekali ia menggosok-gosokkan matanya berkali-kali, berharap ini bukan mimpi.
Perempuan itu merentangkan kedua tangannya, membuat Alvaro percaya, bahwa ini semua bukan mimpi.
Lalu Alvaro turun dari motornya, ia berlari ke arah perempuan itu, senyumannya masih terukir sempurna, rasa rindu yang amat mendalam ada pada dirinya, setalah sekian lama tidak bertemu dan pada akhirnya bertemu juga, lalu dengan cepat ia memeluk perempuan itu dengan erat.
"Dinda. Gue kangen."
TBC
Vote dan komen, kalau mau lanjut!udah?
Jangan lupa follow akunku dan Ig : ine_fn8
Terima kasih ❤️
Bantu Share yah temen-temen ❤️❤️
jangan jadi pembaca goib yah hehehe , sering-sering komen & vote biar aku semangat up🌸❤️
👇 👇 👇
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO [PRE ORDER]
Teen Fiction"Gue cuma pacarin lo karena Dinda pergi, tapi disaat Dinda kembali. Sorry, gue udah gak butuh lo lagi!" Alvaro Putra Mahendra tidak hanya tempramen dan posesif, tapi ia juga menyimpan banyak misteri di masa lalunya dan juga berpecahnya dengan sahaba...