"Agra!" teriak Tari.
Agra langsung berbalik badan, ia menatap Tari dengan tatapan bertanya.
Tari pun langsung menghampiri Agra lebih dekat lagi, ia tersenyum ramah.
"Ar, Danil mana yah? hari ini dia ko gak masuk kelas? lo tau dia dimana? apa dia sakit yah?" tanyanya secara bertubi-tubi, sehingga Agra yang mendengarnya pun menatap Tari sambil melongo.
Tari berdecak kesal, dirinya bertanya bukanya di jawab, Agra malah melongo seperti itu.
"Agra!" ucapnya kesal.
"Ehh, iyah!" ucapnya baru sadar sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Danil mana, Ar?!" tanyanya lagi.
"Itu a-anu, si Danil......"
"Cepet jawab!" Tari menghela napas kasar, Agra benar-benar sudah buat dirinya emosi saja.
"Nohhh, dipojokkan sambil nangis." ucapnya sambil menunjuk ke arah Danil yang sedang duduk dipojokkan.
Spontan Tari memukul lengan Agra pelan. "Nangis aja lo, orang dia lagi duduk juga!"
"Abisnya gue kaga tega liat tuh muka dia, kaya anak ilang tau gak!" ucapnya jujur, lalu tertawa kecil.
Tari ikut tertawa kecil, lalu menumpuk pundak Agra pelan. "Yaudah gue samperin tuh anak." ucapnya.
Agra mengangguk. "Yaudah sana!" usirnya.
Tari mengangguk, lalu langsung menghampiri Danil.
"Gue boleh duduk?" tanyanya saat sudah dihadapan Danil.
Yang tadinya Danil sedang menunduk, perlahan ia melihat orang yang ada di hadapannya.
Danil tersenyum, ternyata Tari. Lalu ia mengangguk dan hal itu membuat Tari tersenyum senang, lalu langsung duduk bersebelahan dengan Danil.
"Ko gak masuk kelas?" tanyanya penasaran.
Yang awalnya menunduk, kini Danil langsung menatap Tari lama, setelah itu menggeleng sebagai jawaban, lalu kembali nunduk.
Tari semakin heran dengan sikap Danil, biasanya dia tidak seperti itu. Biasanya Danil selalu ceria dan sekarang dia seperti kurang semangat seperti itu.
"Lo kenapa?" tanyanya.
Danil menggeleng kembali sebagai jawaban, hari ini malas sekali untuk berbicara dengan siapapun.
Tari berdecak kesal, Danil benar-benar membuatnya marah saja.
"Lo kenapa sih, Nil? Letoy amat!" ucapnya kesal.
Danil menghela napas kasar, lalu menatap Tari. "Gue lagi males aja." ucapnya.
"Iyah males kenapa?"
Danil kembali menghela napas kasar, lalu kembali menatap Tari dengan raut wajah datarnya. "Lo bisa gak sih gak usah nanya-nanya?! gue lagi males!" ucapnya sedikit membentak.
Tari terdiam, nada bicara Danil jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya. "Maaf." ucapnya pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Yaudah gue pergi aja kalau gitu." pamitnya sambil berdiri, setelah itu pergi dari hadapan Danil.
"Akhhhh!" Danil mengacak-acak rambutnya frustasi.
Sial! Tari yang malah kena imbasnya.
Hari ini dirinya sangat kacaw, sampai-sampai Tari pun ia bentak.
"Maaf, Tar."
******
"Tar tunggu dulu!" Danil terus mengejar Tari yang jalannya semakin cepat, hal itu membuat Danil tidak pernah menyerah begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO [PRE ORDER]
Teen Fiction"Gue cuma pacarin lo karena Dinda pergi, tapi disaat Dinda kembali. Sorry, gue udah gak butuh lo lagi!" Alvaro Putra Mahendra tidak hanya tempramen dan posesif, tapi ia juga menyimpan banyak misteri di masa lalunya dan juga berpecahnya dengan sahaba...