20. Selamat bersenang-senang!

2.8K 176 49
                                    

❤️ 31

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

31.458
Nonaktifkan komentar

Tari menghempaskan handphonenya ke kasur, lalu menjatuhkan dirinya di kasur. Hatinya sakit melihat postingan Alvaro dengan wanita lain dan bahkan foto dirinya sudah tidak ada di postingannya lagi. Karena wanita itu hubungannya hancur, ia tidak tahu kenapa wanita itu dengan cepatnya meluluhkan hati Alvaro.

Dulu Alvaro begitu menyayanginya dan bahkan posesifnya semakin menjadi-jadi dan sekarang?

Semuanya hilang.

Perlahan air matanya keluar, Tari menatap langit-langit kamarnya, ia begitu pilu. Rasa kecewanya sudah sangat dalam.

Pranggg

Tari membanting vas bunga yang ada meja belajarnya, ia benar-benar kalut. Antara perasaan dan benci. Air matanya terus keluar, tangannya terkepal kuat dan bahkan napasnya naik turun tak beraturan.

"APA SALAH GUE ALVARO?! HIKS..." teriaknya, lalu menjatuhkan dirinya ke lantai, "Gue masih sayang sama lo, Al!" Tari menangis, ia menggeram kesal pada wanita sialan itu.

Drt drt drt....

Tari bangkit, lalu mengambil handphonenya. Keningnya mengerut bingung, pasalnya nomor yang tidak di kenal menelponnya, lalu ia menerima panggilan tersebut.

"Hallo." ucapnya sambil menghapus air matanya.

"Hai Tari." ucap seseorang di sebrang sana sambil memandangi indahnya sore hari.

Tari sedikit menjauhkan handphonenya, lalu kembali mendekatkan pada telinganya. "Siapa?" tanyanya.

"Masa lo gak tau gue? ini gue Dinda–"

"Mau ngapain lo telpon gue?!" Tari langsung memotong ucapan Dinda. Ia sangat marah pada wanita itu dan bahkan tangannya terkepal kuat.

Dinda tertawa. "Gue mau kita ketemuan malem ini, di tempat cafe melati jam delapam. Gue tunggu!"

Tut!

Tari menatap handphonenya yang sudah di putuskan sambungannya sepihak, ia menggeram kesal, lalu duduk di tepi kasur.

Kenapa wanita itu menelponnya? pasti mau pamer! Tapi, ia sama sekali tidak mengenal dia, apa ada hubungannya dengan Alvaro di masa lalu?

Agrhhh!


*****

"Akhirnya datang juga." Dinda tersenyum ramah, ia mempersiapkan Tari untuk duduk, "Duduk Tar." ucapnya.

Tari menatap Dinda datar, lalu duduk berhadapan. "Langsung to the point!" ucapnya sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

Dinda menyenderkan punggungnya di kursi, ia tersenyum miring pada Tari. "Gue harap lo jangan gangguin Alvaro lagi, karena dia udah jadi milik gue!"

Tari menaikkan satu alisnya. "Sebenarnya yang jadi pelakor itu gue atau lo?!"

Dinda mengepalkan tangannya, ia menatap Tari tidak suka, lalu berdiri dan mengambil minuman di meja, kini amarahnya memuncak, lalu...

Byurrr

"Jangan ganggu milik gue, paham?!" tekan Dinda tajam.

Tari menatap Dinda marah, lalu bangkit dari duduknya. "Yang jadi hancurnya hubungan gue dan Alvaro itu lo! lo yang datang tiba-tiba dan lo malah minta gue jauhin Alvaro?! di mana rasa malu lo?!" Tari menatap Dinda tajam, ia menahan rasa dingin di bajunya akibat siraman es barusan.

Plak!

Tari memegangi pipi sebelah kirinya, ia menatap Dinda geram. Pipinya terasa panas akibat tamparan yang di berikan Dinda Tari, ia tidak boleh kalah...

"Lo–"

"Dasar cewek gak tau malu!" Tari langsung memotong ucapan Dinda.

Plak!

"TARI!"

Tari berbalik, ia menatap Alvaro kaget. "A-al?"

Alvaro langsung menghampiri Dinda. "Kamu gak apa-apa?" tanyanya cemas sambil memegang pipi Dinda.

"Sakit Al, hiks..." Dinda menangis sambil memegangi pipinya.

Alvaro menggeram kesal, ia menatap Tari tajam. "Ikut gue!" ucapnya sambil menarik Tari kasar.

Dinda tersenyum miring. "Rasain lo!"

******

"Al lepas, sakit Al lepas!" Tari meringis kesakitan, ia berusaha melepaskan tangan Alvaro dari tangannya. Rasanya sakit sekali tangannya di tarik kasar hingga parkiran.

Alvaro menghempaskan tangan Tari, ia menatap Tari tajam. "Apa yang lo lakuin sama calon tunangan gue, hah?!" bentaknya.

Tari menunduk, ia takut melihat Alvaro yang sudah marah seperti itu.

Alvaro melangkah mendekat, bahkan jaraknya sangat dekat. Lalu jari telunjuknya mengangkat dagu Tari hingga mereka menatap satu sama lain.

"Kenapa lo tampar cewek gue?!" matanya terus menatap Tari tajam, lalu perlahan sedikit menjauh.

Tari menelan ludahnya susah. "Dia yang mulai duluan! Dia yang udah siram aku, dia juga tampar aku, Al."

Alvaro terkekeh pelan, ia melihat baju  Tari yang terkenal siraman, lalu menaikkan satu alisnya. "Dinda gak akan gitu kalau lo yang mulai duluan!"

Tari menatap Alvaro kecewa. "Aku? Al kamu gak liat kejadiannya seperti apa, kamu liatnya pas di akhir doang." Tari diam sejenak, lalu menatap Alvaro yang sudah berderai Air mata, "Dinda jahat Al, dia yang udah rusak hubungan kita!"

Alvaro tertawa, perlahan mendekat. "Lo bodoh Tari, lo bodoh. Gue cuma mainin lo di saat Dinda pergi." bisiknya. Ia tertawa pelan sambil menatap Tari tanpa rasa bersalah.

Plak!

Tari menampar pipi Alvaro keras, ia menatap Alvaro marah. "Inget baik-baik Al. Kamu bakal tau semuanya, kalau Dinda itu jahat!" Tari diam sejenak, lalu kembali menatap Alvaro, sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tidak keluar, "Apa yang kamu liat tadi, itu gak seburuk yang kamu pikirkan. Aku kira kamu gak kaya gitu Al, aku kira kamu cinta sama aku. Ternyata cuma mainan doang." ucapnya perlahan mundur, lalu terkekeh pelan.

"Selamat bersenang-senang!" lalu berbalik, ia menghapus air matanya kasar dan pergi dari tempat tersebut.

******

Tari terus berlari, hatinya hancur. Cuaca malam ini seperti dengan keadaannya, yang dingin dan hujan. Tari tidak peduli, ia membiarkan dirinya di guyur oleh hujan.

"Lo jahat Alvaro!" teriaknya di pinggiran jalan, ia tidak kuat. Lalu duduk begitu saja yang terus-terusan menangis.

"Ayo pulang." ajak seseorang sambil memayungi Tari.

Tari mendongak. "Da-danil?"




TBC

Budayakan vote dan komenya! biar up cepet.

Jangan jadi sinder!

Terima kasih ❤️

Izin pamit, babay👋

Ig  : ine_fn8

ALVARO [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang