39. Peluk

2.8K 169 113
                                    

Follow akun WP ini dan Instagram : ine_fn8

Vote dan komen juga🧡
Jangan gaib yahh

Share cerita ini juga yah
Terima kasih 😍

******

Tari menutup wajahnya dengan kedua tangannya tiba-tiba, hampir saja ia tertabrak, lalu dengan perasaan marah ia langsung mengetok-ngetok kaca mobil itu.

"Woi buka!"

Tok Tok Tok....

Tari tidak peduli mau orang itu lebih dari tua darinya atau lebih muda darinya, ia benar-benar terkejut atas kejadian tadi.

Di dalam mobil Alvaro mengusap wajahnya frustasi, ia begitu hancur hatinya.

"Buka!" lagi dan lagi Tari mengetuk kaca mobilnya dan hal itu membuat Alvaro semakin merasa bersalah.

Tari menghela napas kasar, lama-lama ia rusakin juga mobilnya. "Buka, atau gue rusakin nih mobil?!" ancamnya sambil memperlihatkan batu yang berukuran besar di tangannya.

Alvaro menghirup udara dalam-dalam, lalu menghembuskan dengan perlahan. Lalu dengan perlahan membuka pintu mobilnya.

"Alvaro?!" Tari menatap Alvaro kaget, ia kira yang hampir saja menabraknya adalah orang lain, ternyata mantannya.

Tari melihat Alvaro kasihan, wajah Alvaro terlihat begitu kusut dan seperti habis menangis.

Alvaro menatap Tari ikut terkejut, ia kira bukan Tari. Lalu dengan cepat Alvaro langsung memeluk Tari dan hal itu membuat Tari terkejut.

"Biarin gue kaya gini dulu." ucap Alvaro saat Tari ingin menyingkirkannya.

Tari terdiam, pandangnya lurus. Ia bingung dengan ketibaan Alvaro ini.

"Gue hancur, Tar." ucapnya sambil terisak karena menangis.

"Dinda jahat sama gue." lirihnya, sehingga Tari terkejut mendengar hal itu, lalu ia langsung melepaskan pelukan Alvaro.

"Lo kenapa?" tanyanya.

Alvaro menatap Tari dengan tatapan sedih, ia bingung harus kesiapa lagi untuk bercerita.

"Dinda hamil sama orang lain." ucapnya pelan.

Tari melotot kaget, ia menatap Alvaro tidak percaya. "Lo serius?" tanyanya.

Alvaro mengangguk, lalu kembali memeluk Tari dan itu membuat Tari semakin kasihan dengan Alvaro, lalu dengan ragu ia membalas pelukan Alvaro.

Tanpa mereka sadari, dari kejauhan sana Danil melihat mereka. Danil tersenyum hambar saat di kejutkan oleh pemandangan seperti itu. Awalnya ia kesini ingin menjemput Tari, tapi Tari malah memberikan kejutan seperti itu padanya.

Miris memang!

Lalu dengan itu Danil kembali menyalakan motornya, setelah itu pergi dari tempat itu. Jika berlama-lama di sini, nanti yang ada hatinya terbakar.

Selama di perjalanan, Danil mengendari motornya pelan, ia tidak akan kebut-kebutan karena bahaya untuk dirinya.

Jujur melihat pemandangan seperti tadi, membuat hatinya teriris. Ia sudah berharap akan bersama dengan Tari, namun nyatanya? Tari dengan Alvaro berpelukkan seperti itu.

Bahwa ia yakin jika mereka saling mencintai.

******

Saat sampai di apartemennya, Alvaro langsung menjatuhkah dirinya ke kasur, lalu menatap langit-langit kamarnya.

Dinda.

Dinda.

Dinda.

Nama itu selalu teringat dalam benaknya.

Hari ini benar-benar kacau, Alvaro bingung harus bagaimana lagi. Di satu sisi ia masih mencintai Dinda dan di satu sisinya lagi, ia tidak terima Dinda hamil oleh orang lain.

"AGRHHHHH!" teriaknya sambil membanting vas bunga yang ada di meja.

Alvaro terduduk dilantai, nafasnya naik turun tidak beraturan, lalu ia pun mengambil sesuatu di dalam saku celananya.

"Batalin pertunangannya!" ucapnya pada seseorang, lalu langsung mematikan sambungan teleponnya.

Alvaro mengusap air matanya, ia pusing sekali dengan kejadian ini. Mengapa harus terjadi pada dirinya? sial!

Ting nong....

Bunyi bell membuat Alvaro langsung bangkit dari duduknya yang di lantai tadi, lalu dengan segera ia langsung menuju arah pintu, kemudian membukakan pintu itu.

"Al...." ucap Dinda pelan.

Alvaro menatap Dinda datar, ia kira bukan Dinda yang kesini. Jika tahu dari awal ia tidak akan mau membukakan pintu.

"Pergi lo!" usirnya tanpa menatap Dinda, ia ogah sekali.

Dinda meneteskan air matanya, ia tidak menyangka Alvaro akan mengusirnya.

"Aku mohon biarin aku tinggal disini Al." ucapnya sambil menangis.

Alvaro menatap Dinda jijik, ia ogah sekali tempatnya di kotori oleh pelacur seperti Dinda.

"Ogah gue!" tolaknya, "Gue ogah lo ada di sini! gue gak sudi punya cewek pelacur kaya lo, nyesel gue dan untungnya gue udah batalin pertunangannya!" ucapnya, lalu menutup pintu itu dengan kasar.

"Samperin sana sama cowok yang udah buat lo hamil kaya gitu!" teriaknya.

Dinda menangis semakin menjadi-jadi, ia menyesal telah melakukan itu. Ia kira Alvaro akan menerimanya, namun ternyata salah!

"Hiks, hiks.... Al buka! aku minta maaf Al!" teriaknya sambil mengetuk-ngetuk pintu.

"Aku janji bakal gugurin kandungan ini! ini semua demi kamu Al!" teriaknya lagi.

Alvaro tidak peduli dan bahkan ia kembali masuk kedalam kamarnya.

******

"Danil!" teriak Tari, sehingga Danil langsung berbalik badan.

Tari tersenyum lebar, lalu dengan segera menghampiri. "Kantin yuk." ajaknya.

"Duluan aja, gue mau ke perpus." tolaknya dengan nada suara yang tidak seperti biasanya.

"Kenapa? inikan jamnya istirahat." ucap Tari.

Danil menghela napas kasar, ia malas sekali untuk menjawab pertanyaan Tari. Lalu Danil pun pergi dari hadapan Tari, sehingga Tari manjadi bingung dengan sikapnya Danil.

"Tari!" teriak Alvaro.

Saat ingin mengejar Danil, Tari langsung berbalik badan karena ada yang memanggil namanya, ia menyerit heran melihat Alvaro menghampirinya.

"Kantin yuk." ajak Alvaro tiba-tiba, sehingga Tari menatap Alvaro heran.

Alvaro tersenyum lebar, ia menatap Tari ramah. "Ayo." ajaknya lagi, lalu menarik tangan Tari lembut, sehingga Tari semakin bingung dengan sikap Alvaro yang secara tiba-tiba ini.

"Ehhh." bingungnya.

Alvaro menaikkan satu alisnya, ia menatap Tari bingung. "Kenapa?" tanyanya, lalu kembali menarik tangan Tari, "Ayo."

"Tari ke kantin bareng sama gue!" ucap Danil secara tiba-tiba, lalu menghempaskan tangan Alvaro dari tangan Tari.

"Gak usah so akrab sama cewek gue!" lanjutnya lagi sambil menatap Alvaro tajam, lalu langsung menarik tangan Tari lembut, setelah itu pergi dari hadapan Alvaro.

👇

ALVARO [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang