4. Di Hukum✨

137 49 27
                                    


Hayyy guys...gw kembali, hehehe. Jika di part ini terdapat ke garingan, saya harap kalian tetap tertawa biar saya seneng 😊.


Setelah acara peluk-pelukan itu terjadi, kini kedua sepasang suami istri itu tangah menyusuri karidor sekolah menuju kelas mereka.

Rania melihat sepanjang karidor sekolah nya telah sepi, “Thar! Ko sepi? Sudah masukkan yah?” tanya Rania.

“iya! Sudah dari 10 menit yang lalu.” jawab Akhtar.

“ohhh.” Rania hanya beroriah saja.

Sesampainya di depan kelas, ternyata Pak Hubertus sudah ada di dalam kelas.

Tok...tok...tok

Rania mengetuk pintu, “misi pak.”

Pak Hubertus menolehkan kepalanya, “DARI MANA KO BERDUA? KENAPA SAMPAI TELAT ? NDA KO DENGAR TU SUARA BEL? TULI KO MEMANG!!”

“sellow pak! Gak usah teriak-teriak, telinga kami masi berfungsi dengan baik,” kata Akhtar sambil bersender depan pintu.

“kurang ajar ko memang, Akhtar! Saya ini sudah tau ko kasi begitu? Ku hukum ko Akhtar! Ko juga Rania saya hukum!” ucap pak Hubertus yang sudah lelah dengan tingkah Akhtar dan Rania.

“lahhh, kok istri saya juga di hukum si pak? Kan yang kurang ajar saya?” tanya Akhtar yang tak tega jika istrinya ini di hukum.

“nda usah ko gaya-gayaan mau nikah kalau tingkah mu saja kaya cacing kepanasan!” ucap pak Hubertus.

“kami memang sudah nikah pak! Siapa sih yang gak tertarik sama cowok ganteng modelan kaya saya? Emangnya bapak, DUGEM!” kata Akhtar sambil menyombongkan dirinya.

“apa lagi itu DUGEM?” tanya pak Hubertus.

“DUDA GEMBEL!” kata Akhtar yang dapat membuat seluruh siswa tak kuasa menahan tawanya.

“bwahahaha, anjirrr!” tawa Defan pecah mendengar perkataan Akhtar.

Rania hanya geleng-geleng kepala karena lelucon yang di lontarkan oleh suminya ini.

“diam kalian! Kalian mau saya hukum juga?” tanya pak Hubertus kepada seluruh siswanya ini.

“sini ko Akhtar, Rania!” panggil pak Hubertus.

“saya hukum kalian berdua baca puisi,” lanjut pak Hubertus.

“baca puisi apa pak?” tanya Rania, pasalnya kelasnya baru akan membahas tentang materi puisi hari ini.

“terserah mu, cape sudah saya ko buat!” jawab pak Hubertus.

“lahhh, emang kami ngapain pak? Perasaan dari tadi kami diam-diam.” kata Akhtar yang di angguki oleh Rania.

“diam ko Akhtar! Ngomong ko sekali lagi, saya suruh ko cium itu tembok seratus kali!” kata pak Hubertus yang sudah kesal dengan sikap Akhtar.

Para siswa hanya dapat menahan tawa melihat perdebatan antar pak Hubertus, akhtar, dan juga Rania.

“mulai sudah kalian baca puisi! Ngapain lagi diam?” tanya pak Hubertus.

AKHTAR [ On Going ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang