ZUKI KAWIN

235 11 0
                                    


“Kamu ga mau ya kalau nikah sederhana saja?” selidik Zuki pada wajah mendung pacarnya.

“Bukannya aku tak mau ngeluarin duit sih? Tapi sayang saja kalau duit puluhan juta habis dalam semalam.”

“Mending uangnya buat nambahin bikin usaha atau ditabung untuk masa depan anak-anak kita.” Zuki memaparkan sebuah alasan genius ala Marzuki Bin Sabeni.

Munaroh termenung untuk beberapa saat. Sepertinya sedang menimbang-nimbang alasn sang pacar.

Sedang Zuki gelisah menunggu jawaban Munaroh. Takut kejadian dengan Amoy dan Ratih terulang kembali.

“Gimana, Yang?” Zuki mengulang pertanyaannya.

Munaroh menghela napas panjang. Mengamati wajah kekasihnya lekat-lekat. Wajah yang cukup ganteng dan menawan.

“Iya, aku mau,” jawab Munaroh akhirnya.

Kelegaan menyelimuti hati Zuki. Akhirnya ia mendapat jodoh yang betul-betuk paham dengan kondisinya. Jodoh terbaik  dari semua mantan pacarnya yang matre.

“Beneran, Yang?” Zuki memastikan jika ia tak salah dengar.

“Iya, Sayangku!” seru Munaroh sembari mencubit pipi kekasihnya, gemas.

Zuki merasakan sakit. Itu tandanya ia sedang tak bermimpi. Ini nyata, Munaroh menerima lamarannya. Segera ia sujud syukur.

“Alhamdulillah ya Allah, akhirnya Kau mempertemukanku dengan jodoh yang sempurna.”

Kelakuan Zuki membuat Munaroh makin merona merah. Dia tak menyangka jika Zuki sesenang ini ketika ia menerima lamarannya.

“Makasih ya, Sayang. Aku janji akan membahagiakanmu.” Zuki mencium kening Munaroh lalu mendekap janda muda itu erat-erat dalam pelukan.

**************

Hari bahagia itu tiba. Dengan lancar Zuki di depan Pak penghulu, ayah Romlah dan kedua keluarga serta beberapa tetangga dekat mengikrarkan kalimat ijab qabul.

“Saya terima nikah dan mas kawinnya Munaroh binti Malih dengan dua gram dan uang sebesar seratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah, dibayar tunai,” ucap Zuki dengan keringat dingin.

“Para saksi sah?” tanya penghulu kepada yang hadir menyaksikan acara sakral itu.

“Sah, sah, sah,” sahut para yang hadir bersahutan.

“Alhamdulillah.” Pak penghulu memimpin doa. “Alfatikhah.”

Alunan ayat suci Alquran dan doa menggema, mengiringi kebahagian dua hati yang kini sudah sah menjadi suami istri.

Munaroh dengan takzim mencium punggung Zuki, suami barunya. Lalu beralih sungkem kepada Munaroh dan ayahnya.

Semua tampak bahagia dengan pernikahan itu. Tak terkecuali dengan Romlah, begitu  girang mempunyai mantu Munaroh. Sudah nikah cuma ijab qabul saja, duitnya banyak tak terkira. Waktu masih pacaran saja royal banget, gimana pas sudah nikah, pasti gampang untuk diplorotin.

Pikiran tentang mudahnya meminta uang pada sang mamtu membuat Romlah senyum-senyum sendiri di hari pernikahan sang anak.

****************

Hanya sehari saja, pengantin baru itu menginap di rumah Munaroh untuk menumpang melaksanakan malam pertama.. Keesokan harinya Zuki memboyong sang istri ke rumah.

Sedikit syok Munaroh mendapati rumah suaminya seperti kandang ayam. Di mana-mana berserakan barang-barang  yang tidak pada tempatnya. Belum lagi lantai yang berselimut karpet terlihat lepek dan banyak debu.

PELIT BIN MEDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang