GOSIP TERHANGAT

275 22 0
                                    


Kegagalan Zuki nikah dengan Amoy menjadi gossip hangat seantero kampung Warakas. Seketika pemuda itu dan ibunya menjadi terkenal bak selebritis. Selalu jadi buah bibir emak-emak di warung, di tukang sayur. Juga jadi obrolan bapak-bapak pas sedang ronda dan di pangkalan ojek.

Seperti pagi ini, segerombolan ibu-ibu sedang asyik memilih-milih sayur sambil bergosip.

“Zuki gagal nikah lho sama Amoy.”

“Duh kasihan, sudah koar-koar eh tahu-tahunya malah ga jadi nikah.”

“Ketinggian tuh Zuki dan Mpok Romlah berangan-angan. Mana ada cewek kaya mau nikah sama cowok kere.”

“Plus pelit lagi.” Terdengar tawa renyah dari emak-emak bergosip.

“Denger-denger karena orang tua Amoy minta mahar seratus juta.”

“Gede banget ya? Duit darimana Zuki?”

“Jual semua kontrakannya juga ga bakal cukup.”

“Iya, kontrakan kumuh begitu laku berapa ya?”

“Jangankan mau ngasih mahar seratus juta. Lha buat makan sehari-hari ga jauh-jauh dari sayur asem, sambel ma ikan asin.”

“Hus, tuh orangnya datang!” tegas seorang ibu yang melihat langkah Romlah ke arah tukang sayur.

Romlah tersenyum lalu memilih-milih sayur yang akan dimasak hari ini. Seperti biasa, menunya itu-itu saja.

“Tiap hari sayur asem, ga bosen Mpok?” tanya ibu-ibu berdaster merah merona.

“Makan tuh ga usah yang enak-enak. Yang penting kenyang, Mpok,” sahut Romlah.

“Iya, ya, biar tabungannya banyak dan bisa ngasih mahar seratus juta,” cibir ibu berdaster kupu-kupu membuat Romlah sadar jika ia sedang diperbincangkan.

“Gimana kelanjutannya Zuki sama Amoy, Mpok?” Tukang sayur ikut kepo.

“Ga jadi nikah ya, Mpok?” seloroh ibu berdaster batik.

“Ga kuat maharnya tuh, seratus juta,” imbuh ibu berdaster pelangi disambut tawa yang lain.

Tak tahan dengan ocehan tetangganya, Romlah langsung membayar belanjaannya. Dan bergegas dengan menghentakkan kaki kasar dan wajah cemberut.

“Makanya Mpok, jangan tinggi-tinggi kalau halu tuh? Jatuh sakit sendiri kan?”

“Ngimpi punya mantu kaya ga kesampaian niye,” sambung yang lain.

Dari kejauhan Romlah masih mendengar gelak tawa ibu-ibu tukang gossip itu. Sudah membuatnya kesal di pagi hari. Mukanya cemberut tak ada senyum saat masuk ke dalam rumah.

“Keterlaluan banget sih, emak-emak itu!” umpat Romlah. “Pagi-pagi sudah gosip.”

“Kenapa sih, Nyak?” tanya Zuki yang terganggu dengan ibunya ngomel-ngomel sendiri.

“Itu Zuk!” tunjuk Romlah ke luar. “Pagi-pagi ibu-ibu udah gosipin kamu yang gagal nikah sama Amoy,” cerita Romlah emosi.

“Katanya kita ini mimpinya ketinggian, bla, bla…” Nafas Romlah naik turun terpacu emosi.

“Terus pakai ngatain kita pelit lagi,” ucap Romlah tak terima dibilang pelit. “Enyak mah bukannya pelit tapi ngirit.”

“Kurang kerjaan aja sih ibu-ibu itu,” umpat Zuki ikut geram.

Pantas saja semenjak ia gagal nikah dengan Amoy banyak pasang mata yang mengamatinya saat dia lewat dengan senyum sinis. Rupanya dia jadi bahan gossip tho.

PELIT BIN MEDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang