0. This And That

141 22 27
                                    

Setiap pertemuan ada rahasia takdir yang mengawali kisahnya tersendiri.
Tapi kebanyakan pertemuan berawalan manis, akan berakhir tragis.
Dan "kebetulan" adalah takdir yang gue pilih.

_🐻_

※※※※※※※※※※※

"Hubungi kalau sudah sampai."

"Nggak janji."

Meski tak melihat, gadis bernama lengkap Sabilla Lituhayu itu sadar pria dewasa di hadapannya tengah memperhatikan setiap geriknya yang tengah menutup ransel.

"Apa masih sesulit itu untuk bisa menerima keadaan Papa sekarang?"

Sabilla mendongak, menatap tepat pada wajah lelaki yang Tuhan takdirkan sebagai Papa kandungnya. Lelaki yang ikut andil dalam menghadirkannya di dunia.

Banyak anggota keluarga yang bilang kalau mereka sangat mirip. Baik wajah ataupun sikap. Gadis itu bisa di bilang memiliki 75% DNA sang Papa, sedangkan sisanya adalah milik seorang wanita yang ia sebut Mama.

"Aku ingin menemani Eyang," jawab si gadis tersenyum, kemudian melanjutkan, "lagi pula dengan aku nggak di sini, Papa dan keluarga Papa bisa hidup lebih nyaman."

"Kamu anak Papa, Bear."

"Ah, tentu. Maksudku, Papa bisa lebih meluangkan waktu dengan Deri," ralat si gadis tersenyum meski tidak sampai ke matanya.

"Kalian bisa menghabiskan waktu supaya lebih akrab. Melakukan hal-hal menyenangkan ala anak laki-laki yang selama ini nggak bisa Papa lakukan denganku," gadis itu mengimbuhkan.

Mendengar ucapan Putrinya, lelaki itu justru semakin menatap intens.

"Kamu menyuruh Papa mengakrabkan diri, lalu untuk apa jarak ini?"

Gadis itu tersenyum, namun enggan menjawab pertanyaan Papanya. Dia lebih memilih memeluk tubuh sang Papa yang masih sangat bugar di usianya yang memasuki kepala empat.

"Aku kabari nanti. Salam buat Tante dan semuanya."

Pelukkan singkat menjadi salam perpisahan keduanya. Perpisahan yang begitu dingin, juga menyembunyikan kepedihan dalam setiap aliran darah mereka.

Suara merdu dari petugas informasi mengiringi langkah gadis itu menuju ruang tunggu. Langkahnya sesekali terhenti di beberapa toko untuk melihat-lihat barang yang mereka sediakan.

Sekedar pengalihan yang Sabilla lakukan agar pikirannya tidak terpaku pada kejadian beberapa saat lalu.

Keinginannya hanya satu, mengubur ingatan akan tatapan sendu dari sosok yang katanya akan selalu menduduki posisi cinta pertama bagi setiap anak perempuan.

Sampai di salah satu gerai toko, beberapa buku sudah mengisi keranjangnya. Akan tetapi langkah gadis itu belum berhenti, terus menyusuri setiap rak. Netranya dengan jeli mencari-cari, apakah masih ada buku dengan sinopsis yang mampu menghadirkan rasa penasaran serta menarik minatnya untuk dibawa pulang.

Usai dengan perburuan singkatnya, Sabilla tiba di meja kasir. Smbil menunggu proses pembayaran, mata gadis yang mengenakan kemeja kebesaran itu menyisir sekitar.

Banyak kisah yang terjadi di dekatnya. Seperti di depan gerai makanan sana, ada anak kecil yang menangis. Lalu sebelah kanan, toko perhiasan, keluar sepasang paruh baya yang bergandengan mesra. Tak jauh di sebrang mereka, melintas pilot serta rombongan awak pesawatnya. Hingga akhirnya netra si gadis yang berlapis softlens berwarna amber green itu menangkap sosok pemuda yang tengah menggerutu bosan. Bolak-balik mengecek antara ponsel dan jam tangannya, berada di bagian utara dari tempat ia berdiri.

Tied UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang