Chapter 5

5.5K 331 6
                                    

Keesokan paginya Jennie dilarang untuk pergi kemana-mana, dan dia akan di kawal dengan beberapa bodyguard disisinya.

Sekarang Jennie sedang berada dikamarnya. Ia duduk bersandar pada headboard kasur, suara musik kesukaannya bergema dikamarnya, matanya menatap buku fiksi yang dipegangnya.

Jennie larut dalam cerita yang ia baca, sampai-sampai ia lupa sudah pukul berapa sekarang. Ia menutup bukunya saat sudah selesai membacanya. Ia mematikan speaker, bangkit dari kasur berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka.

Setelah selesai, Jennie beranjak keluar kamar menuju ruang keluarga. Dahinya menyerngit tanda ia sedang berpikir. Pada kemana? Kok sepi? pikirnya

Ia berjalan menuju dapur, disana ada Darwi yang sedang membersihkan dapur karna habis dipakai.

"Eum.. Bi?" Panggil Jennie

"Iya non ada apa?" Tanya Darwi

"Pada dimana bi? Kok sepi?" Tanya Jennie

"Ohh, lagi pada pergi non"

"Yah, kok Jennie ditinggal lagi?" Keluh Jennie

"Cuma sebentar kok non, mereka jam 10-an akan pulang secara rentak" jelaals Darwi

"Secara rentak?" beo Jennie, Darwi hanya mengangguk. "Memangnya ada apa bi?" Tanya Jennie

Aa"Bibi kurang tahu non" Jennie menekuk wajahnya lalu menghembuskan nafas pelan.

"Yaudah deh bi, eum.. Jennie boleh minta tolong gk bi?"

"Boleh kok non, memang non mau minta tolong apa?"

"Beliin bahan-bahan kue bi, beli bahan untuk softcake ya bi, Jennie pingin bikin softcake" jelas Jennie

"Aduh non, kalo itu bibi tidak bisa"

"Yah.. Kenapa memangnua bi? Jennie bosan, buku yang ada dikamar sudah habis Jennie baca semua. Jennie ingin buat kue" melas Jennie

"Duh, saya bisa dimarahin kalau non masuk dapur sama para tuan" jelas Darwi

"Kan Jennie gk main pisau bi, Jennie cuma ngaduk adonan, lagi juga pisau kue tidak seperti pisau dapur. Jennie juga sudah sering berkutat di dapur selama di panti"

"Gini deh, non telepon dulu tuan Arthur atau yang lainnya, baru kalau di bolehin bibi belikan bahan-bahannya. Lagi pula ya non, disini kan ada koki, non bisa minta tolong dia buatkan"

"Jennie maunya bikin sendiri, gak mau di bikinin" rengeknya

"Yasudah, non bilang dulu, nanti kasih tau bibi kalau boleh sama tuan oke? Bibi mau bersihin taman belakang dulu" Darwi langsung pergi meninggalkan Jennie.

Jennie berjalan gontai ke arah sofa ruang keluarga. "Menyebalkan" gumamnya "Kalau saja Jennie masih di panti, pasti Jennie sudah melakukan percobaan di dapur" Jennie mendudukan bokongnya ke sofa.

Ia menatap televisi dengan pandangan kosong, lagi-lagi ia menghela nafasnya. Akankah iya menelepon daddy-nya atau tidak. Ia memikirkan hal baik dan buruknya jika ia, menelepon daddy-nya itu.

Tepukan yang mendarat di pundaknya menyadarkan Jennie dari lamunanannya. Ia melihat orang yang menepuknya tadi.

Matanya menatap kesal orang yang membuatnya terkejut, dan bibir yang di majukan membuatnya berkesan imut.

Sang pembuat kejutan, mencubit pipi gemas Jennie hingga sang pemilik mengaduh kesakitan.

"Akhh.. Ka, jangan cubit pipi Jennie, lepaskan tangan kakak dari pipi Jennie" amuk Jennie

"Tidak akan, kau saat aku pulang malah melamun dan tidak menyambutku, lalu membuat wajah menekuk seperti orang menahan buang air besar saja" protes Daran

Jennifer [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang