Chapter 15

1.6K 164 18
                                    

Sesampainya di mall, banyak yang memperhatikan mereka berdua, Jennie dan Kevin hanya cuek saja. Mereka tetap melangkahkan kaki mereka menuju lantai dimana zona game berada.

Selama perjalanan Jennie juga tidak ada henti-hentinya berceloteh ria. Dia berbicara banyak hal, mulai dari cerita anak-anak di panti sampai cerita dia di caffe tempatnya bekerja dulu.

Dia juga menceritakan tentang dia meminjam uang kepada clara karna belum membayar spp 2bulan dan akan ada ujian sekolah. Makanya ia pinjam. Tapi dia juga bilang udah mengembalikan semua uang clara sebelum dia dibawa pergi untuk bertemu dengan keluarga kandungnya yang lain.

Jennie benar-benar menceritakan banyak hal dengan Kevin. Kevin yang mendengarnya hanya tersenyum juga mengelus surai halusnya Jennie.

Sesampainya di lokasi zona game, Jennie memekik kegirangan karna ini pertama kali baginya untuk mencoba permainan yang banyak seperti ini. Kevin mengajak Jennie ke kasil untuk membeli kartu game dengan mengisi saldo 1juta. Dan dia membeli 3 kartu dengan saldo yang sama.

Setelah mendapatkan kartu, Jennie mengambil satu lalu ia berlalu ke zona bola basket. Dengan semangat 45 dia mengesek kartunya, lalu bola basket meluncur. Dia mengambil bola itu dan semua lemparan Jennie masuk dengan tepat.

Jangan diragukan lagi ya kan, Jennie memang sangat menyukai olahraga basket makanya dia dengan lihai memasukkannya tanpa meleset sedikitpun.

Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa Jennie gak ikut club bola basket putri? Jawabannya Jennie males ikit begituan. Nanti saat pulang sekolah waktu rebahan manja dia terganggu dengan adanya latihan basket.

Sudah ke 10 kalinya dia memainkan permainan basket itu. Selarang dia beralih kepermainan dance gitu. Dia menari dengan baik bahkan skornya cukup uwow.

Lelah karena dance dia berlalih lagi ke mesin capit. Matanya sangat fokus menatap mangsa yang akam ia ambil. Kevin yang sedari tadi mengintilin Jennie hanya terkekeh saat memandang wajah Jennie yang tiba-tiba fokus pada mesin capit.

Setelah posisinya ok, Jennie menekan tombol yang dimana alat capit itu turun dan mengambil boneka nomin kecil. Mata Jennie berbinar disaat buruannya berhasil didapat.

Dia meloncat kecil sembari memeluk boneka nomin. "Udah puas mainnya hm?" Tanya Kevin. Jennie mangangguk sebagai jawabannya dengan senyum manis yang terlihat di wajahnya.

"Sekarang kita makan dulu baru pulang kerumah" ucap Kevin, Jennie hanya membalas dengan deheman lalu mengangguk kembali.

Kevin menggenggam jari-jari Jennie dengan lembut dan membawanya keluar dari zona game. Ia mengajak Jennie ke sebuah restoran Jepang.

"Mau pesan apa kak?" Tanya seorang pelayan.

"Eumm... Jennie mau pesan chiken curry, purin, ice cream mochi stawberry, eumm.... Sama ini, tsukune. Minumnya smootie strawberry" ia menatap pelayan tersebut dengan senyum yang mengembang. Lalu beralih menghadap ke Kevin.

"Gyusuji nikomi, ice lemontea" ucap Kevin dengan datar.

"Baik saya ulangi ya, chiken curry satu, gyusuji nikomi satu, purin satu, ice cream mochi satu, stukune satu, smootie stawberry satu, ice lemontea satu. Ada tambahan lagi?" pelayan tersebut memandang Jennie dan Kevin.

"Udah itu aja" sahut Jennie dengan semangat

"Baik, ditunggu 15 menit ya"

"Terimakasih ka" ucap Jennie dengan senyum manis dan dibalas senyum dengan pelayan tersebut.

Setelah pelayan itu pergi, Jennie sibuk dengan handphonenya, ia sedang asik bermain game pou. Kevin hanya memperhatikan adiknya itu, sesekali ia foto adiknya yang sedang fokus bermain game di handphone-nya.

Jennifer [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang