Kalila masih tidak mengira ia kini duduk di sebelah kursi kemudi. Ia baru saja memberikan ice vanilla latte di toko Natania. Ia mengira sedikit berinteraksi dengan Natania akan menghilangkan rasa gugupnya. Nyatanya, ia salah besar. Tak ada bedanya perasaannya sekarang dan 15 menit lalu ketika memasuki mobil ini untuk pertama kali.
"Tolong pakai seatbelt," ucap Harraz pelan, membuyarkan pikiran kosong Kalila.
"Kita mau kemana?"
Kalila menyadari ia belum bertanya ke mana Harraz akan membawanya. Bukan. Ia bukan diculik atau sebangsanya, hanya saja Harraz menyarankan untuk Kalila ikut dengannya jika memang perlu membicarakan hal penting.
"Rumah orang tua saya."
"Rumah siapa?!"
"Saya rasa kamu tidak tuli."
***
30 menit yang lalu...
Kalila tengah berada di coffee shop ketika ia tiba-tiba berpikir untuk kembali membicarakan proyek merchandise untuk film baru Harraz. Ia baru saja memesan ketika akhirnya memutuskan untuk mengirimkan pesan ke Harraz. Kalila juga perlu mengembalikan kemeja Harraz yang amat menolongnya sebelumnya.
To: Sutradara Harraz
Bisakah kita bertemu lagi? Saya perlu membicarakan proyek yang Anda tawarkanFrom: Sutradara Harraz
Menolak atau iya?Kalila agak terkejut ketika menerima balasan Harraz lebih cepat dari dugaannya.
To: Sutradara Harraz
Saya rasa kita perlu bicara secara langsungFrom: Sutradara Harraz
Ok, kita ketemu sekarang. Jika tidak bisa lupakanWHAT?! Kalila membaca pesan itu berulang mengharap ada pesan lanjutan yang menyebutkan Harraz salah kirim. Nihil.
From: Sutradara Harraz
Kurang dari 5 menit saya sampai. Tolong nunggu depan gang rumah kamu karena mobil saya tak bisa masukINI ORANG KENAPA, SIH? Kalila benar-benar tidak habis pikir dengan pesan yang dikirim Harraz.
To: Sutradara Harraz
Saya sedang luar, di kafe dekat rumah saya. Saya pikir perlu waktu lebih dari 5 menit untuk ganti bajuFrom: Sutradara Harraz
Kamu tak pakai piama, bukan? Jika tidak tak perlu, saya dalam kondisi tidak bisa menungguKalila akhirnya menuruti permintaan Harraz untuk tak ganti baju, ia memang tak mengenakan piama tapi ia rasa kaos putih dan celana demim sama sekali tak cocok untuk rapat. Kalila merasa kacau, entah berapa lama ia tidak merasa seaneh sekarang. Ia berdiri di depan kafe dengan menenteng 3 es kopi, 2 ice americano dan 1 ice vanilla latte. Kalila tak bisa membatalkan es yang awalnya ingin berikan ke Natania.
Tin... tin...
Harraz menurunkan kaca dan mengisyaratkan Kalila untuk masuk dengan dagu. Kalila kemudian duduk dengan gugup di sebelah Harraz.
"Untuk saya?" Tanya Harraz santai sembari menatap es kopi di tangan Kalila.
Harraz mengambil satu ice americano dan meminumnya santai dengan sebelah tangan yang lain menari di kemudi.
"Anda minum 2 kopi sekaligus?" tanya Harraz memecah kesunyian.
"Hanya ice americano, Anda mau vanilla latte?"
"Thanks, but no. Saya mudah ngantuk kalau makan manis."
"Saya juga tidak."
Harraz menatap Kalila dengan bingung, meminta penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What A Miracle (Jaehyun x Ryujin x Haechan)
Romantik1# Miracle Series Dia tiba-tiba saja menghilang. Tak ada satu pun orang yang mengetahui keberadaannya. Dia seakan ikut hilang ketika kudengar ayahnya tiada. Aku tak pernah menyangka hari itu menjadi terakhir kalinya aku melihat senyumnya. Andai saja...