Shaka memijat kepalanya yang kini memikirkan banyak hal. Sesungguhnya, tak ada efek apa pun dari pijatan itu. Ia hanya ingin melakukannya.
Shaka baru saja menjemput adiknya, Ishana dari bandara sore tadi. Kala perjalanan pulang, tepat di lampu merah ia lagi-lagi melihat Kalila.
Sayangnya, tak mungkin Shaka mendadak keluar dari mobilnya untuk pergi ke kafe tempat Kalila singgah. Ia hampir putar balik mobilnya sebelum menyadari Kalila tak sendiri. Ia bercengkrama dengan seorang pria yang entah siapa. Entah apa yang dirashakan Shaka, yang pasti bukan hal yang ia suka.
"Harus banget mas aku dibawa ke rumah sakit?" tanya Ishana tiba-tiba yang sukses membangunkan Shaka dari lamunannya. Ia sama sekali lupa jika Ishana bersamanya.
"Cek pasien sebentar lalu pulang, atau kamu pulang dulu aja," balas Shaka sembari merogoh kantong untuk mengambil kunci mobil. Ia baru saja mengeluarkan kunci mobil ketika Ishana menggeleng.
"Temani aku makan, deh. Katanya di sini kafenya enak," ucap Ishana lalu menggandeng lengan Shaka.
***
"Lo bilang gak punya cewek," ucap seseorang paling rese yang pernah dikenal Shaka. Siapa lagi kalau bukan Devanka?
Devanka menghampiri Shaka dan Ishana yang sedang asyik menikmati makan malam sebelum waktunya. Ia kemudian duduk santai di sebelah Shaka, berhadapan dengan Ishana.
"She's Ishana, dude," kata Shaka lalu menyendokkan potongan wortel ke mulutnya.
"ISHANA? ISHANA WAISNA? ISHANA NAYLA WAISNA?" seru Devanka kaget sambil memperhatikan Ishana dengan seksama.
"Wah, sudah lama banget gak ketemu. Terakhir kamu masih awal kuliah, kan?" kata Devanka sembari mengusap pelan puncak kepala Ishana. Devanka setidaknya terakhir bertemu Ishana 5 tahun lalu ketika menginap di rumah Shaka di Surabaya.
"Cewek dan cowok ketemu di kafe sore-sore ngapain, sih?" tanya Shaka tiba-tiba.
"Ngelindur, mas?" ejek Ishana dengan Bahasa Jawa yang berartikan mengigau. "Tergantung, bisa jadi nge-date, nongkrong, PDKT, rapat. Pakai baju apa? Kamu diajakin cewek, mas?" tanya Ishana, ia mendadak antusias.
Shaka sudah 32 tahun dan Ishana belum pernah sekalipun melihat kakaknya bersama cewek. Ia bahkan sempat mengira Shaka gay. Sayangnya, cowok yang dekat dengan sang kakak hanya ada dua. Pertama, Devanka yang berstatus tunangan orang. Kedua, Javier yang sudah pasti bukan gay setelah Ishana membuktikannya sendiri beberapa tahun lalu.
"Bukan gue, cuma ketemu teman lama. Cuma terlalu jauh jadi gak disapa," ucap Shaka yang bisa dibilang cukup jujur.
"Kayak lo punya teman aja, satu-satunya teman lama lo yang gue tahu cuma Javier," kata Devanka yang membuat Ishana tersedak. "Dia sudah balik dari Jepang?" tanyanya kemudian.
"Bukan Javier, sudah lupakan."
"Cewek?" tanya Ishana. "Hmm," Shaka reflek mengiyakan.
"Pacaran kali? Ini kan Sabtu, bisa jadi malah sudah nikah? Kalau teman lama mas ya seumuran dong? Kebanyakan cewek 32 tahun sudah married, kan?"
"Romantis banget teman lo masih nge-date sama suami. Ngiri lo? Makanya cari pacar, jangan cuma main stetoskop," timpal Devanka lalu tertawa.
Kalila sudah menikah? Bukan hal yang tidak mungkin, mereka sudah 15 tahun tak bertemu. Bagaimana mungkin Shaka bisa melupakan kemungkinan itu? Mendadak ia merasa panas, membayangkan sosok tadi adalah suami Kalila membuat Shaka mendidih.
***
Kriiiiing....
Shaka tersentak dari tidurnya yang tentu saja tidak terlalu lelap. Ia hampir melompat dari tempat tidur hingga menyadari bahwa hari ini tak perlu ke rumah sakit. Sesungguhnya, ia tak benar-benar menginginkan hari libur.
KAMU SEDANG MEMBACA
What A Miracle (Jaehyun x Ryujin x Haechan)
Romantizm1# Miracle Series Dia tiba-tiba saja menghilang. Tak ada satu pun orang yang mengetahui keberadaannya. Dia seakan ikut hilang ketika kudengar ayahnya tiada. Aku tak pernah menyangka hari itu menjadi terakhir kalinya aku melihat senyumnya. Andai saja...