"Sudah jam istirahat, ayo ke kantin, Jung!" tanya seorang siswi berambut pendek keemasan dan diikat di salah satu sisi kepalanya. Mata hazel-nya menatap orang yang duduk pas di samping bangkunya, Lyra Jung, rupanya temannya itu masih sibuk mencatat materi yang berada di papan tulis.
Merasa ada seseorang yang memanggil namanya, ralat, nama keluarganya, ia menyudahi aktivitas pribadinya dan mendongak melihat teman pertamanya yang tampak ceria. Raut muka orang di depannya membuatnya ikut menarik kedua sudut bibirnya ke atas hingga membentuk sabit yang indah.
"Iya, ayo! Tapi tunggu sebentar, aku akan membereskan alat tulisku dulu." Dengan cepat, Lyra memasukkan bolpoin dan beberapa peralatan lain ke dalam kotak pensilnya serta memasukkan buku-buku ke dalam tasnya agar mejanya terlihat rapi.
"Kau sangat rapi, Jung." Gadis berambut pendek yang diketahui sebagai teman Lyra itu memperlihatkan tatapan kagum.
"Katakan itu pada dirimu sendiri, Yachi. Lalu, anu, panggil aku dengan nama depanku saja, ya?" mohonnya pada gadis tadi, Yachi Hitoka.
"Kau pasti tidak nyaman, maafkan aku!" Seperti biasa, Yachi akan membungkukkan badan dan mengucapkan kata maaf berkali-kali. Lyra yang melihat hal itu hanya tersenyum dan menenangkan gadis yang lebih pendek beberapa senti darinya. Baginya, Yachi seperti malaikat penolong. Yachi orang pertama yang menyapanya dengan riang di hari pertama ia pindah sekolah di salah satu SMA di Jepang.
"Tidak apa, santai saja, aku bisa memaklumi karena kalian sudah terbiasa dengan itu. Jadi, mau ke kantin?"
"Tentu! Sekalian berkeliling di sekolah ini lagi agar kau tidak lupa, hehe." Yachi menarik tangan Lyra untuk berjalan menuju kantin. Selama perjalanan, tidak sedikit yang menyapa mereka berdua, terutama Lyra, ia cukup populer untuk ukuran murid baru. Sejak kedatangannya di sekolah ini, ia langsung dikenal banyak murid dan guru karena paras dan prestasinya.
"Permisi, boleh kami lewat?" ujar Lyra dengan memajang raut wajah lembut ketika melewati beberapa anak laki yang berkumpul di depan ruang guru.
"Ah, silahkan Lyra, Yachi. Maaf menghalangi kalian," jawab seseorang dengan rambut pendek berwarna hitam tanpa sehelai poni yang menutupi jidatnya.
"Terima kasih, Kak Sawamura!" Lyra menyunggingkan senyum manis saat ia dan Yachi diberi jalan untuk lewat. Bersamaan dengan itu, terdengar sorakan kecil dari dua orang yang ada di sana.
"Wah, kapten kami rupanya cukup terkenal juga," goda lelaki dengan potongan rambut gundul. Dibalas dengan persetujuan oleh salah satu temannya yang memiliki tubuh paling pendek di antara mereka semua.
"Kau ... tau namaku?" Pertanyaan lelaki yang dipanggil Sawamura tadi membuat Lyra menunda perjalanannya dengan Yachi menuju kantin.
"Sawamura Daichi, kapten tim voli putra, benar?"
"Rupanya—"
"Hei kau!" Kalimat Sawamura terpotong oleh orang yang pernah berdebat dengan Lyra. Sekuat tenaga, sang kapten berusaha untuk tidak memukul adik kelasnya sekaligus anggota timnya itu.
"Aku? Ada apa?" Kelihatannya gadis ini tidak mengingat lelaki yang pernah ia buat kesal, walaupun sebenarnya ia tidak bersalah.
Mendengar respon Lyra yang seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka cukup membuat lelaki itu naik darah. "Jangan pura-pura lupa, sialan!"
Teman-temannya langsung bersiaga, takut ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Kageyama, dia masih melempar tatapan tajam pada Lyra yang membalasnya dengan tatapan datar.
"Kau siapa? Kita pernah bertemu?" Kini, Yachi yang berada di samping gadis itu sedikit gemetar. Tidak hanya dia, hampir seluruh orang yang melihat kejadian itu bergidik ngeri.
Berani sekali dia.
"Berengsek—" Seperti dugaan, Kageyama hendak menarik pergelangan tangan Lyra, namun terlebih dahulu dihentikan oleh teman-temannya.
"Tenanglah bodoh!" sembur lelaki dengan rambut jeruk. Diikuti dengan orang lainnya yang ikut menahan Kageyama agar tidak melakukan sesuatu pada Lyra. Dengan tidak enak hati, Sawamura meminta maaf pada gadis berambut pirang itu atas kelakuan Kageyama.
"Kembalikan susu yang telah kau ambil." Kageyama berbicara dengan nada rendah nan dingin. Berkat kalimatnya, Lyra pun berhasil mengingat kejadian kemarin pagi.
"Oh, kau orang aneh yang kemarin."
"Apa maksud—"
"Tidak salah aku menyebutmu aneh, sudah jelas aku berada di sana duluan, dasar kekanakan." Selesai menyelesaikan ucapannya, Lyra berbalik badan dan menarik tangan Yachi yang sedikit pucat.
"Hei, Yachi, kau baik-baik saja?"
"Bagaimana aku baik-baik saja saat kau hampir diterkam oleh Kageyama!" Dari nada bicara Yachi, ia tampak sangat khawatir atas kejadian tadi.
"Jadi namanya Kageyama," gumam Lyra.
"Kau tidak mengenalnya? Kageyama Tobio?" Yachi sedikit syok mengetahui Lyra yang menggeleng untuk menjawab pertanyaannya.
"Memang dia siapa? Selama bukan orang penting, untuk apa aku mengenal dirinya."
Yachi menganga, lalu sedetik berikutnya ia kembali teringat bahwa orang di sampingnya belum genap sebulan bersekolah di sini. Agaknya lumrah bila Lyra masih tidak begitu mengenal beberapa murid.
"Tapi, mengapa kau mengenal Kak Sawamura?" tanya Yachi dengan heran.
"Kau manajer tim voli putra, bagaimana ceritanya aku tidak mengenal kapten mereka?"
"Benar juga, lupakan saja. Omong-omong, apakah kau tidak apa-apa? Kageyama membentakmu dengan keras tadi."
"Terima kasih, aku baik-baik saja, Yachi."
"Kau sangat tenang, jika aku jadi kau, kelihatannya aku akan langsung pingsan di tempat."
Lyra terkekeh pelan mendengar penuturan temannya. "Dia tidak seram sama sekali, hanya saja menyebalkan ... sepertinya aku akan berurusan dengannya selama beberapa hari ke depan.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk | Kageyama Tobio
Teen FictionI got karma from hating you because of a milk. But, I won't regret it. Fanfiction by @iceylene. Written in Bahasa ____________________________________________________________ ⚠︎ I don't own any characters in this story except my original character...