04 - Scathing Words

192 27 0
                                    

Pagi yang cerah dengan senyuman seseorang yang kembali merekah walau hanya sekejap. Kageyama masih teringat kejadian kemarin. Ia menggelengkan kepala agar otaknya berhenti memutar memori itu. Tanpa ia sadari, satu orang sedang menatapnya dengan heran. Bila dilihat dari sudut pandangnya, Kageyama persis seperti orang gila.

"Apakah bola voli kemarin telah menggeser otakmu?" tanya Hinata seraya memukul punggung Kageyama. Otomatis oknum yang terkena pukulan dari makhluk kecil itu tersentak kaget.

"Kau mengataiku gila? Hinata bodoh." Kageyama akan balas memukul Hinata, namun dengan cepat lelaki berambut jeruk itu menghindar lalu berlari. Dengan kesal, Kageyama mengejarnya hingga berakhir di lorong sekolah. Berlarian di sana sama saja dengan mengundang amarah para guru. Mereka berjalan beriringan seraya menetralkan nafasnya. Pagi itu berjalan seperti biasa, hingga Kageyama mendapati seorang gadis yang memunguti buku-buku yang berceceran di lantai.

Awalnya ia ingin membantu, tapi setelah mengetahui pemilik buku itu ia mengurungkan niatnya.

"Mengapa berhenti?" Hinata bingung dengan sikap temannya hari ini, benar-benar aneh. Sedangkan Kageyama masih tetap memandangi dua orang, lelaki dan perempuan, yang berada tidak jauh darinya. Perempuan itu adalah orang yang sama dengan sosok yang membantunya kemarin, Lyra. Ia sedang menolong seorang siswa mengambil buku perpustakaan yang jatuh, tidak hanya itu, ia juga membantu membawakan ke tempat asalnya.

Hal itu sedikit meruntuhkan kepercayaan diri Kageyama. Ia kira gadis itu memberi perlakuan spesial padanya, ternyata Lyra memang baik hampir ke semua orang. Bahkan saat hari-hari biasa sudah bisa dilihat sifat alami seorang Lyra, ia tidak segan-segan untuk melayangkan senyuman pada siapapun.

Kageyama terlalu larut dalam pikirannya sendiri sampai-sampai ia tidak sadar bahwa Lyra mulai berjalan ke arahnya membawa beberapa buku yang terlihat berat bersamaan dengan lelaki tadi.

"Pagi, Hinata! Kageyama!" sapanya disertai dengan lengkungan bibir ke atas.

"Pagi juga, Lyra!" Hinata menyapa Lyra kembali dengan riang. Tetapi Kageyama mulai bersikap seperti biasa, ia hanya membalas tatapan mata gadis itu tanpa berniat membalas sapaannya, hingga Lyra berlalu melewatinya.

"Kau seperti patung tak berperasaan," cerca Hinata dan berjalan meninggalkan kawannya. Kageyama tidak berniat menyusul Hinata, ia berjalan menuju mesin penjual otomatis untuk membeli susu, seperti biasa. Tapi kali ini ia membeli dua kotak, satu akan ia berikan pada seseorang, dan sekarang orang itu telah muncul dihadapannya.

"Aku pikir kau berada di perpustakaan," celetuk Kageyama.

"Awalnya begitu, tapi di perjalanan ada seorang lelaki yang menawarkan diri untuk menggantikanku membawa buku-buku itu. Jadi aku berikan padanya dan menuju ke sini," jelas Lyra secara rinci. Ia berjalan mendekati mesin di samping Kageyama dan bersiap menekan salah satu tombolnya.

"Ini." Lyra menaikkan satu alisnya ketika melihat Kageyama menyodorkan sekotak susu padanya.

"Aku tau kau ingin ini," lanjutnya. Setelah itu, Lyra menerima minuman itu dengan perasaan yang gembira. Ia bertanya-tanya dalam hati, tumben sekali Kageyama bersikap seperti ini?

"Terima kasih." Lyra mencobloskan sedotan ke dalamnya. Ia ingin menikmati cairan putih itu, namun ia dengan cepat menghabiskannya karena teringat bahwa harus melakukan sesuatu.

"Anu, maaf kemarin aku meninggalkanmu sendirian. Aku mengkhawatirkan kondisimu semalaman, apa kau baik-baik saja?" Kageyama menoleh menatap Lyra, terlihat sedikit rasa khawatir di raut wajah gadis itu.

"Lumayan, walau lebam ini masih mengganggu aktivitasku." Tiba-tiba, terasa sesuatu yang tidak asing sedang menyentuh pipinya lagi. Ia melirik gadis itu tengah mengoleskan sesuatu di atas lebamnya.

"Aku membawa ini dari rumah." Itu adalah salep untuk mengobati memar. Kageyama menyadari tinggi mereka yang begitu kontras, segera ia sedikit menundukkan badannya.

"Kau sangat tinggi." Lyra berucap sembari menutup kembali salep itu dan memasukkannya ke dalam saku.

Dan kau sangat kecil, menggemaskan.

"Aku tidak tinggi, kau saja yang pendek." Katakanlah Kageyama seorang pengecut, ia tidak berani mengatakan apa yang di dalam hatinya dan malah mengeluarkan ejekan.

"Harusnya aku mengoleskan salep tadi di matamu." Lyra memutar bola matanya dengan malas dan berputar balik.

☆ ★ ☆

"Mari istirahat dulu!" teriak Sawamura saat menyadari anggota timnya yang mengalami penurunan energi dan mulai kelelahan. Masing-masing dari mereka langsung mengambil sebotol air dan handuk untuk mengelap keringat yang bercucuran.

Kageyama duduk di lantai untuk mengistirahatkan kakinya seraya meneguk botol minuman berisi air mineral itu. Matanya sesekali melirik ke Yachi, tepatnya bagian di samping Yachi. Biasanya Lyra akan mengikuti manajer voli mereka, tapi kali ini sepertinya ia punya kesibukan lain sehingga tidak bisa ikut.

"Pipimu sudah membaik?" tanya Sugawara sembari duduk di sebelah Kageyama dan diikuti oleh beberapa anggota voli lain.

"Aku rasa begitu." Kageyama menjawab dengan ala kadarnya. Raut wajahnya terlihat sedikit muram, entah karena ia tidak bisa ditemani gadis itu, atau ia tidak bisa menjahilinya.

"Pasti Lyra merawatmu dengan penuh kesabaran," tukas Nishinoya, lelaki berambut coklat dengan jambul kuning, dan tinggi badan terpendek.

"Ya ... dia sangat lembut, juga perhatian." Otaknya berusaha menahan untuk tidak mengingat momen-momen mereka berdua. Bahaya bila wajahnya merona di saat-saat seperti ini.

Yachi tak sengaja mendengar percakapan para lelaki yang sedang membicarakan temannya. Ia berjalan mendekati mereka sekaligus mencoba berkomunikasi. "A-ah maaf bila muncul tiba-tiba. Lyra memang seperti itu, dia sangat baik, bahkan sebagai sesama perempuan aku menyukai kepribadiannya."

"Yachi benar. Aku masih ingat saat dia membantuku dengan tugas-tugas yang sama sekali susah ku pahami. Aku tidak menyangka dia sepintar itu sampai bisa memahami materi kelas tiga," timpal Sawamura.

"Dia juga pernah menghabiskan waktu lima jam di rumahku hanya untuk mengajari materi yang tidak ku mengerti." Sugawara menyeringai tipis, ia ingin mencoba memancing Kageyama. "Gadis blasteran itu benar-benar tipeku, sepertinya tidak salah bila aku mencoba mendekatinya."

Seperti yang diharapkan, Kageyama langsung mendelikkan matanya setelah mendengar kalimat terakhir Sugawara. "Ku jamin kau akan menyesal, dia sangat menyebalkan," cibirnya dan berusaha mengingat kembali perlakuan Lyra padanya yang selalu memanggilnya dengan julukan 'orang aneh'.

"Bilang saja kau tidak ingin ada yang menyukai Lyra selain dirimu," goda Tanaka pada adik kelasnya itu. Gerak-gerik Kageyama hari ini sangat mencolok, kemungkinan besar ia menaruh perasaan pada gadis itu, walaupun hari-hari kemarin ia sering mengganggunya.

"Kelihatannya aku cukup keren untuk mencoba mendekati Lyra juga." Hinata mulai ikut memprovokasi temannya. Wajah marah Kageyama sangat menyenangkan untuk dilihat dalam keadaan ini.

"Dia tidak akan menyukai pria pendek, bodoh."

"Lalu kau pikir dia akan menyukai pria tinggi sepertimu?" raut wajah usil tergambar dengan jelas di muka Hinata. Bau-bau pertengkaran sudah tercium, akan susah dihentikan bila tidak dari sekarang.

"Oke, kita lanjut latihan!" Sang kapten memotong pembicaraan mereka agar tidak semakin panjang. Dengan amat sangat terpaksa, mereka menunda keributan sampai latihan selesai.

Sugawara menepuk pundak Kageyama pelan dan mengatakan beberapa kata yang cukup membuat dirinya terdiam untuk beberapa saat. Sepertinya perkataan kakak kelasnya itu membuatnya sedikit tersadar. Selama latihan, hingga selesai, ia masih terus memikirkan itu. Bahkan tidak sekali ia ditegur oleh rekannya untuk lebih fokus.

"Menurutku, mengusik orang yang telah merawatmu dengan baik itu sangat memalukan."

Sederhana, namun bisa membuat Kageyama merenung semalaman di atas kasurnya dan ditemani dengan alunan musik sendu. Rasanya ia ingin menghampiri Lyra sekarang juga. Namun itu hanyalah angan-angan semata, ia tidak akan berani melakukan itu, setidaknya untuk sekarang.

To be continued...

Milk | Kageyama TobioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang