03 - Nosebleed

255 33 0
                                    

"Tunggu!" Seruan seorang siswa tahun ketiga menahan Lyra untuk tidak segera mendaratkan pantatnya di salah satu kursi kantin. Orang itu berjalan ke arahnya untuk mengecek keadaan kursi tersebut. Untungnya saat itu kantin tidak terlalu ramai, jadi tidak mengundang perhatian sekitar.

"Berarti aku tidak salah lihat, ada yang menaruh lem super di sini," ucap lelaki tadi, Sugawara Koushi, seraya menyentuh cairan bening itu dan merasakan teksturnya yang sungguh lengket. Kain rok sekolah kemungkinan bisa robek bila tidak sengaja duduk di atasnya dan menempel dengan kursi.

"Iya, kah? Bisa-bisanya ada orang yang menaruh lem di kursi kantin." Lyra mengambil kursi lain dan menukarnya dengan kursi penuh lem tadi. Tidak lupa ia beritahukan hal itu pada petugas kebersihan sekolah agar segera diatasi sehingga mencegah adanya korban.

"Mungkin hanya orang iseng, atau bisa saja disengaja." Sugawara mencurigai satu orang, tapi ia tidak ingin ambil pusing karena ia tidak seharusnya ikut campur dalam masalah itu. "Apapun itu, untung saja kau tidak segera duduk, bisa-bisa rokmu penuh lem." Ia tersenyum hingga tercetak senyuman juga di matanya.

"Untung juga Kak Suga lewat sini dan langsung memperingatiku, terima kasih!"

Mereka berbincang sebentar karena keduanya sedang sendirian. Yachi sibuk mengerjakan tugasnya di dalam kelas, Lyra yang tak ingin mengganggu temannya itu pun terpaksa berjalan ke kantin seorang diri. Mereka lumayan akrab karena sering bertemu saat Suga sedang latihan, jangan lupakan sifat natural Sugawara yang ramah pada siapapun. Topik terus berlanjut, hingga Lyra harus mengakhiri percakapan duluan sebab Yachi yang menelepon gadis itu untuk segera kembali ke kelas.

Lyra melewati lorong sekolah tanpa menyadari ada sepasang mata yang menatapnya dengan horor. Siapa lagi kalau bukan Kageyama Tobio? Ia mengumpat berkali-kali dalam hati karena rencananya gagal. Ya, lem super tadi adalah ide iblisnya. Sehari setelah malam itu, ia memerhatikan hampir seluruh tingkah laku Lyra, termasuk kursi yang sering diduduki olehnya saat di kantin. Bahkan, Kageyama juga menanyakan ke seluruh anggota tim voli untuk memastikan kursi yang sering diduduki oleh gadis yang menjadi sasarannya. Mereka sempat merasa heran, jarang sekali setter tampan itu memikirkan seorang gadis, walaupun hanya untuk menjahilinya.

Kedua netranya masih setia memandangi gerak Lyra seraya mengikuti gadis itu dari jarak jauh. Hari ini hari Rabu dan menurut Kageyama, Lyra akan menghampiri mesin penjual otomatis untuk membeli sesuatu, mengingat hari Rabu di minggu-minggu sebelumnya Lyra melakukan itu juga. Tentunya ia telah memasang jebakan lagi untuk jaga-jaga bila yang sebelumnya gagal.

Seketika matanya melebar saat melihat ada orang yang menuju mesin itu, bukan Lyra, melainkan murid lain. Perkiraannya salah, Lyra masih terus berjalan seraya menyapa beberapa temannya dari kelas lain. Kageyama menelan ludahnya sendiri dan berpura-pura tidak melihat apapun saat orang tadi tersandung dan jatuh dengan posisi yang sama sekali tidak elit.

Sial, batinnya. Dewi fortuna pun rupanya sedang berpihak pada Lyra, sehingga gadis itu dihindarkan dari segala kejahilan yang telah direncanakan oleh Kageyama.

Di lain sisi, Lyra menghampiri Yachi yang menyenderkan kepalanya ke tembok, rupanya ia kelelahan setelah menyelesaikan tugas.

"Dor!" Lyra menempelkan kaleng soda dingin pada pipi Yachi. Sontak gadis berambut pendek itu membuka matanya dan menoleh ke arah sosok yang membuat pipinya beku.

"Lyra!" serunya dan mengambil kaleng soda itu, tak lupa untuk mengucap terima kasih.

"Ada apa?"

"Jadi begini, kelihatannya Kak Shimizu tidak bisa menemani tim voli yang akan berlatih nanti, dan itu berarti aku akan sendirian di sana."

"Lalu?"

Milk | Kageyama TobioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang