08 - His Jacket

180 19 1
                                    

"Aku malas sekolah."

Seorang gadis bergumam pelan setelah bunyi alarm memaksa kedua indra penglihatannya untuk terbuka. Ia menoleh ke jendela, sinar matahari menembus tirai yang menutupi benda bening itu. Burung-burung mulai berkicau, beberapa dari mereka juga sudah melebarkan sayapnya, siap untuk mencari makanan.

Gadis itu masih tetap di tempatnya, bersandar pada kepala ranjang. Matanya melirik ke arah sofa dan mendapati seorang lelaki yang masih terlelap di atasnya. Semalam, Kageyama menginap di tempatnya lagi. Ia tidak sejahat itu untuk menyuruh temannya pulang ke rumah dalam keadaan larut malam.

Selagi Kageyama masih tidur, Lyra beranjak ke kamar mandi untuk membasuh dirinya. Ia menuruni kasur dan berjalan perlahan agar lelaki itu tidak terbangun. Tetesan air mulai mengucur dari pancuran, mengenai tiap inci kulitnya. Hawa panas dari air tersebar hingga tiap sudut kamar mandi.

Sejenak gadis itu memejamkan mata, menikmati hangatnya air di pagi hari yang dingin. Ketika Lyra mencoba mengingat kembali persediaan baju yang sudah dibawa dari rumah, ia malah mengumpati dirinya sendiri.

Sial, aku lupa membawa celana rangkapan.

Pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan seorang gadis yang sudah berseragam lengkap. Ia sudah tidak mengenakan stoking, untungnya memarnya hilang dengan cepat.

Lyra melangkahkan kakinya ke arah sofa dan berjongkok. Untuk kedua kali, matanya dapat memandangi wajah Kageyama yang terlihat tenang saat tidur. Tangannya beralih pada surai hitam milik orang di depannya dan mengelusnya. Sebenarnya ia tak tega untuk membangunkan lelaki itu, tapi mau bagaimana lagi? Mereka harus pergi ke rumah Kageyama dulu untuk berganti seragam sebelum berangkat ke sekolah.

"Kageyama, bangun." Telapak tangannya menepuk pelan pipi orang yang masih terlelap itu.

Tak kunjung ada jawaban, ia melakukannya lagi. "Hei, kita akan terlambat."

Beberapa detik selanjutnya, kedua mata Kageyama mulai terbuka. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah Lyra. Ia sedikit malu karena mengkhawatirkan ekspresi wajahnya saat tidur, tapi di lain sisi ia senang karena gadis itu membangunkannya.

"Sana cuci muka dulu." Kageyama duduk, rasanya netranya sangat berat untuk terbuka sempurna. Ia masih setia duduk di atas sofa sembari mengerjapkan kedua matanya.

Lyra menghela napas pelan melihat tingkah laku Kageyama. Ia masuk ke kamar mandi, lalu keluar dengan membawa beberapa lapis tisu yang sudah dibasahi dengan air.

"Lyra ..." lirih Kageyama saat sesuatu yang dingin menyentuh permukaan kulit wajahnya.

"Dasar manja." Bukannya terbangun, lelaki di depannya malah kembali memejamkan mata. Entah mengapa, melainkan kesal, ia malah merasa gemas. Tangannya mengusapkan tisu pada mata Kageyama, terutama bagian sudutnya.

"Dingin ...." Pergerakan tangan kanan Lyra dihentikan oleh sebuah tangan yang lebih besar darinya.

"Bangun." Sebab tangan kanannya ditahan, tangan kirinya mencubit pipi Kageyama.

"Mau tidur ...."

Rasanya Lyra ingin menggigit Kageyama karena geram. Tapi mengingat semalam lelaki itu sudah bersedia begadang untuk belajar bersamanya, ia berusaha bersikap selembut mungkin. Lyra memikirkan beberapa cara, hingga terbayangkan satu cara untuk membangunkan Kageyama.

"Kageyama, kau yakin tidak akan bangun? Padahal aku sudah begini."

Merasa ada sesuatu di atas pahanya, di tambah mendengar perkataan Lyra, matanya mulai terbuka kembali. Tidak hanya terbuka, namun langsung terbelalak.

Milk | Kageyama TobioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang