Sudah lewat beberapa hari semenjak kejadian itu, begitu juga dengan Lyra yang sudah melewati beberapa tingkah Kageyama. Setiap mereka berpapasan, Kageyama akan selalu memasang tampang menyeramkan dengan sorot mata tajam. Kata-kata umpatan juga sering dilontarkan kepada si gadis blasteran. Pernah sesekali Lyra menemani Yachi yang sedang menjalankan tugasnya di gelanggang klub voli putra. Bola milik Kageyama terus saja mengenai dirinya, secara sengaja maupun tidak sengaja, seperti sekarang ini.
"Lyra!" Beberapa pemain berteriak saat sebuah benda bulat melayang ke arah gadis berdarah campuran itu. Merasa sudah menjadi kebiasaan, ia menghalau bola itu dengan cekatan. Sejenak, semua orang bernapas lega. Terlalu sering menjadi sasaran lemparan Kageyama cukup melatih refleknya dalam menghindari bola voli.
"Wah wah, rupanya masalah sepele bisa membuat Sang raja menjadi sangat ceroboh," celetuk seorang anggota tim berambut berwarna pirang seraya membenarkan letak kacamatanya.
"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu!" Kageyama berteriak tidak terima bila dipanggil menggunakan julukan 'raja'.
"Sudah-sudah, ayo kembali berlatih." Lelaki dengan rambut abu-abu terang berusaha memadamkan api di antara mereka berdua. Karena dia adalah senior tahun ketiga, mau tidak mau, mereka harus menghentikan pertengkaran dan kembali bermain dengan benda bulat yang sudah seperti barang berharga bagi para pemain voli.
"Lyra, kau tak apa?" tanya perempuan berkacamata yang diduga adalah salah satu manajer tim putra voli, orang yang sama dengan sosok yang merekrut Yachi untuk menjadi manajer juga.
"Aku tidak apa, terima kasih, Kak Shimizu!" Lyra menjawab dengan senyum yang merekah. Ia tidak menduga kakak kelas berparas ayu ini akan menanyakan keadaannya.
Melihat respon Lyra membuat Shimizu tersenyum juga. Hal itu membuat dua orang di sana seketika memekik kencang.
"Dewi kita tersenyum, sungguh anugerah yang indah."
"Lyra, apa kau tak berminat menjadi manajer kami juga?"
Sang kapten tentunya cukup geram melihat kelakuan dua orang itu. Ia menarik telinga mereka hingga jeritan kesakitan keluar.
"Berlatih dengan serius atau aku akan menendang kalian keluar dari sini," ujarnya dengan muka yang menunjukkan senyum ramah, namun tersimpan pesan tersirat dari air muka tersebut.
☆ ★ ☆
Purnama telah menyembulkan dirinya di tengah butiran bintang yang menerangi gelapnya langit malam. Angin berhembus pelan menemani sosok perempuan yang melangkah sendirian di trotoar. Keheningan menyelimuti kala itu, menjadikannya cukup mencekam untuk berada di sana seorang diri.
Lyra menggosokkan kedua telapak tangannya untuk menciptakan sensasi hangat mengingat hawa semakin dingin. Tiba-tiba, netranya menangkap bayangan seseorang yang tidak asing. Ia menatap orang itu, dan mereka bertatapan. Sayangnya, orang itu terlebih dahulu memutus kontak mata.
Melihat mesin penjual otomatis, Lyra berjalan ke mesin itu dan membeli dua kotak susu. Setelah mendapat yang ia mau, tubuhnya bergerak ke sudut jalan. Orang tadi masih setia berdiri di sana, entah menunggu apa.
"Hai," sapa Lyra duluan dan hanya dibalas oleh dehaman. Ia menghela napas pelan lalu menyodorkan benda kotak yang berada di genggamannya.
"Kalau tidak mau ya sudah." Kageyama dengan cekat meraih benda itu sebelum Lyra menarik tangannya kembali.
"Kau tetap harus mengganti susu beberapa hari yang lalu," pintanya dengan santai setelah menerima pemberian susu gratis dari gadis yang selama ini selalu ia ganggu.
"Anggap saja itu gantinya."
"Tidak bisa, harus dari mesin yang ada di sekolah."
Lyra tidak menghiraukan Kageyama dan lanjut menyebrangi jalan untuk mencapai rumahnya. Merasa diacuhkan, Kageyama berjalan cepat menyusul gadis di depannya.
"Aku berbicara denganmu."
"Dan aku juga mendengarmu, Kageyama Tobio." Seketika langkah mereka terhenti. Lyra memejamkan matanya dan menarik napas, lalu kembali melanjutkan perjalanannya
"Tunggu."
"Ada apa lagi?" Dengan penuh kesabaran, gadis itu menoleh ke arah lelaki yang mengekorinya
"Kau sudah mengenalku?"
"Ya, berkat Yachi, aku bisa mengetahui nama orang aneh yang selalu menggangguku."
"Siapa yang kau sebut aneh?" Merasa dihina, Kageyama berlari ke depan Lyra dan menghalangi jalannya. Hal ini pasti akan berlangsung lama bila tidak diakhiri secara paksa. Seketika, terpikirkan ide cemerlang di otak Lyra.
"Ah, hai Hinata!" Lyra tersenyum dan melambaikan tangannya ke bagian kosong di belakang Kageyama. Sesuai rencana, Kageyama membalikkan badannya untuk melihat sosok yang disapa oleh Lyra. Tanpa disadari, gadis yang bersamanya sudah melarikan diri dengan secepat kilat ke arah yang sebaliknya, walaupun harus memutari jalan agar bisa sampai ke rumah.
Kageyama mengerjapkan matanya seperti orang linglung melihat Lyra yang berlari menjauh. Rupanya kebodohan sang lelaki membawa keuntungan bagi Lyra.
"Awas saja kau," geramnya seraya menahan hasrat untuk berteriak melampiaskan seluruh amarahnya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk | Kageyama Tobio
Genç KurguI got karma from hating you because of a milk. But, I won't regret it. Fanfiction by @iceylene. Written in Bahasa ____________________________________________________________ ⚠︎ I don't own any characters in this story except my original character...