80 Karung besar

115 11 0
                                    


~ Rinal
Tampan walau umur sudah menginjak 31 thn. berwibawa, adil, dan memengang perinsip kejujuran.
kulit putih, alis tebal.

~ Arya Kurniawan
Tampan, pintar, keras kepala, kulit putih, bibir tipis, dan bulu mata lentik, hidung mancung, dinggin dan pantang menyerah.

~ Akbar Saputra
Tampan, memiliki lesung pipi disebalah kiri, hidung mancung, sedikit dinggin, dan cuek.

~ Rendy Pratama
Tampan, pintar, bibir tipis, ramah, dan sedikit jahil.

~ Putra Ardiansah
Penyanyang, ramah, pintar, putih, bulu mata tipis, kumis tipis, dan bibir tebal.

~ Hendra Gunawan
Kulit sawo mateng, hidung pesek, bibir tipis dan memiliki tahi lalat di pipi sebelah kiri.

~ Sandy Arista
Kulit sawo mateng, berlesung pipi sebelah kanan, hidung mancung, pantang menyerah, dan sedikit ceroboh.

Jam telah menunjukan angka sembilan Lia bergegas untuk mandi ... setelah itu ia akan pergi ke Sawah, mengantar kan makan dan juga minuman.

"Ni ini Kamu bawa jangan sampe lupa! kasian kalau entar lupa mereka egak bisa minum," ucap  Emak meletakan galon di dekat pintu.
"Ajak Adikmu biar entar dia yang pegang keranjang makanannya" lanjutnya.

"Nabila! ayoo ... bantu Kakak bawa barang!" teriak Lia.

"Kemana Kak?" tanya Nabila di balik pintu.

"Sawah, ini kau taruh ditengah aja biar enggak pegel ... soal nya ini berat" jelas Lia. dan dibalas anggukan oleh adiknya.

Lia mengeluar kan motor yang ada dirumah samping, rumah Lia memang lumayan luas ... karna dua rumah digabung kan menjadi satu.
Agar tidak repon kata Ayah Lia Waktu itu.

Diperjalanan Lia hanya diam mendengar kan ocehan Adiknya yang tak henti-henti ... entah sekarang Nabila tambah cerewet saja.

Tidak butuh waktu yang lama mereka untuk sampai kesawah milik keluarga Lia karna memang tidak jauh, cuma di awal masuk ke desa saja sedang kan rumah Lia berada di tengah-tengah desa.

Baru saja turun dari motornya Lia sudah disuruh membuat kopi " Lia buat kan kopi tujuh teh nya lima," ucap ibuk-ibuk yang sedang istirahat.

Lia sekilas melihat Nabila yang sedang rebahan dibawa pohon sambil memain kan benda pipi milik Bapak.
"Dek kau mau teh juga gak?" tanya Lia.

"Mau Kak ... pake gelas biru itu ya! " sahut Nabila sambil menujuk gelas plastik berwarna biru.

"Oke-oke" Lia bergegas membuat kan minuman untuk semua orang termasuk sang Adik yang sedang santai menonton yutube.

"Pasti nonton Keluarga Mak Beti," batin Lia.

Setelah semua sudah selesai Lia mengatarkan minuman itu tidak lupa dengan senek nya.
Lia melihat  sekeliling nya "Sepertinya sudah semua" batin Lia, lalu ia menghampiri sang Adik.

"Ni minum," ucap Lia meletakan gelas lalu duduk disamping Nabila.

"Aaah ... panas" rengek Nabila ... saat memegang gelas teh itu.

Lia terkeke melihat tingkah Nabila yang ceroboh untungnya tidak tumpah.

"Cupcupcup panas ya Dek?" ledek Lia.

Lia memegang tangan adik lalu meniupnya "Makanya lain kali diliat dulu masa enggak keliatan tu masih ngebul ke gitu" omel Lia.

Nabila hanya cemberut mendengar omelan Kakaknya itu.

"Bil! "panggil Lia.

Nabila menengok ke arah Lia " Apa?" tanya Nabila lalu kembali melihat benda pipi itu.

"Tetring dong," ucap Lia menyengir kuda.

"Kena marah Bapak".

"Enggak loo ... cepet idupin" .

"Males ah".

"Oh gitu ya sama Kakak bagus" ucap Lia dengan tatapan yang membuat Nabila ngeri.

"Eh ... iya iya da ku idupin ko Kak".

Begitula perdebatan antara dua bersaudari itu  dan dimenangkan oleh sang Kakak hhhh.

Kini jam 13.00 Lia sesekali mengahapiri ibuk-ibuk yang sedang memanen itu. dan kadang-kadang Lia harus bolak-balik untuk mengambil minum la ini la itu la, maklum kan tuan rumah jadi gapapa la ya disuruh-suruh sesekali.

Saat akan ke tempat istirahat Lia dipanggil lagi kali ini yang memanggilnya adalah Rinal Ayah Lia.

"Lia!" Panggil Ayah Lia.

"Iya Pak?" jawab Lia lalu mendekati sang Ayah.

Setelah sampai ke tempat sang Ayah.

"Lia ambil kan karung di pabrik! ambil 80 karung yang besar, nanti jika ada yang tanya bilang aja buat panen padi Pak Rinal!" perintah Ayah Lia.
"Tau kan tempatnya?" lanjut Ayah Lia.

"Tempet waktu itu kan?" tanya Lia.

"Iya ... hati-hati dijalannya!"

"Okee."

Lia berjalan pergi ketempat beristirahat untuk mengambil motornya. setelah sampai Lia berpamitan dengan Ibunya.

"Mak Lia ngambil karung dulu" pamit Lia.

"Mau ngambil dimana?" tanya Ibu Lia.

"Di pabrik tempet Ayah jemur padi waktu itu Mak," jelas Lia sambil memutar kan motornya.

"Ya sudah hati-hati!" ucap Emak Ibunya Lia.

Lia menganggu kan kepala, lalu menghidup kan motornya. "Lia mau kemana?" tanya ibuk-ibuk yang tadi minta dibuat kan kopi.

"Pabrik ngambil karung" ucap Lia tanpa menoleh dan mulai mengendarai motornya.

Hanya butuh 15 menit untuk Lia sampai ke pabrik itu.

"Apa dek?" tanya salah satu Pria ke pada Lia.

"Disuruh Bapak ngambil karung," jawab Lia santay.

"Mau berapa?".

"80 karung yang gedek".

"Emng bisa bawak nya? ".

"Insyaallah bisa".

Lia duduk dikursi yang terbuat dari bambu sambil menunggu pesanannya tadi.

"Ini, mau tarok depan apa belakang?" tanya pria itu lagi. umur nya mungkin 6 tahun lebih tua dari Lia tapi masih kelihatan tampan mungkin jika teman-teman Lia melihat pasti akan terpesona tapi tidak untuk Lia.

"Emm ... kenya depan aja de!" Pria itu meletakan karung itu ke depan karna Lia lupa untuk membawa tali.

Karna kesusahan untuk membawanya Pria itu mengambil karung itu lagi lalu gulungan karung itu sedikit dibengko kan agar Lia bisa membawanya.

Lia memundur kan bokongnya saat Pria itu meleta kan karung agar banyak ruang maksudnya.

Setelah selesai Lia memaju kan bokongnya lalu menghidup kan motor miliknya.

"Makasih Om"ucap Lia sedikit tersenyum.

"Sama-sama" jawab Pria itu.

Dengan kecepatan sedang Lia melaju kan motornya dan meninggal kan pabrik itu.

Di perjalanan banyak sekali orang yang menatap Lia entah itu karna merasa kagum atau merasa aneh.

Sesekali Lia tersenyum saat ada yang menyapanya di jalan, saat akan memasuki desa "Cewek!" teriak Pria yang seumuran dengan Lia.

Lia sekilas menoleh lalu tersenyum, senyum yang terpaksa ... "Sandy!" ucap Lia.

Iya Sandy Arista adalah mantan pacar Lia saat di kelas satu Smp, tapi hanya satu bulan.

Mereka putus karna Lia yang memergoki Sandy yang sedang selingkuh. Sandy dan Lia memang tidak satu sekolah karna dulu Sandy tinggal di luar kota dan pindah ke desa Lia tepat mereka jadian ke satu bulan.

Ais ... jika di inggat lagi Lia yang dulu terlalu polos, terlalu mudah untuk di peralat oleh Cwok bajingan ini.

Ikuti ceritanya jangan lupa di vote, komen, Like ya ajak juga yang lain biar tambah Ramek ☺

Gadis Desa dan Om TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang