Sebuah Ancaman

36 7 0
                                    


Arya mengambil benda pipi miliknya lalu memanggil seseorang untuk menjemput mereka. Jika pulang memakai motor Arya rasa itu akan beresiko Arya tidak ingin terjadi apa-apa lagi pada Lia.

Panggilan tersambung.

"Jemput Saya sekarang!"

"..."

"Lokasinya akan saya krimkan, ingat Tidak boleh lebih dari tiga puluh menit"

"..."

Panggilan berakhir.

Setelah duapuluh menit.

Arya mengendong Lia ke arah mobil yang tadi bawa oleh anak buahnya, sedangkan motornya di bawa oleh anak buahnya.

Arya mengendarai mobil menuju Rumah sewanya, sebenarnya Arya ingin membelinya namun karna Arya dipaksa tinggal bersama Om Rinal ia mengurungkan niatnya.

Rumah dua tingkat itu tela Arya sewa selama satu bulan, Rumahnya luas, prabotannya juga lengkap dan memiliki taman di halaman belakang.

Setelah sampai Arya membawa Lia ke kamar utama yang berada di lantai atas. Rumah ini memiliki 3 kamar, dua di lantai atas dan satu di lantai bawah.

Kamar sebelah Arya jadikan tepat kerjanya sedangkan kamar bawah dibiarkan kosong.

Arya meletakan Lia di kasurnya lalu berniat untuk pergi dari kamar itu. Namun tangan Arya ditahan oleh Lia.

"Tidak ... Om tidak boleh pergi," lirih Lia sambil mengelengkan kepalanya dengan mata yang masih tertutup.

Arya memegang tangan Lia sambil tersenyum lalu duduk di dekatnya.

"Hey Gadis Cilik! Kau benar-benar tidak ada kewaspadaan sama sekali" ucap Arya tersenyum.

Di tempat lain terlihat Akbar yang sedang duduk termenung di sebuah rumah makan tepatnya ditempat terakhir Akbar dan Lia bercanda.

Akbar mengingat kembali kejadian tadi siang saat melihat Rendy dan Lia berjalan bersama saat Lia tersenyum dengan laki-laki lain. Sungguh Akbar benar-benar dibuat cemburu.

Akbar merindukan Lia tapi tidak bisa untuk menemuinya lagi bahkan sekedar memberi kabarpun Akbar tidak bisa. Akbar benar-benar bingung atas tindakan yang dia ambil.

"Apa langkahku ini benar? Lia mengertila Aku sedang melindungi, Aku tidak ingin Aca mencelakaimu lagi, Aku tak ingin Aca memberi tau semua orang tentang masa kecilmu, Aku tak ingin kau kenapa-napa. Maaf kan Aku Lia Aku terpaksa" lirih Akbar  sambil melihat foto Lia yang ada layar ponselnya.

Flasback Dua minggu yang lalu.

Lia sudah pergi ke belakang untuk membersih kan bajunya, Akbar yang merasa risih karna tatapan Aca langsung berdiri dan meningalkan Aca disana.

"Mau kemana?" tanya Aca sambil menahan tangan Akbar.

Akbar melepas'kan tangan itu dengan paksa lalu berjalan ke arah minuman dingin.

Setelah beberapa menit Akbar kembali dengan sebuah minuman soda ditangannya. Akbar duduk sambil meletakan minuman itu mata Akbar melihat ke arah Lia pergi. Berharap sang kekasih kembali dengan cepat namun Lia tidak kunjung muncul.

Akbar berniat untuk menyusul Lia tapi kali ini Aca tidak membiarkannya bahkan hanya sekedar berdiri.

"Jika Kau berani berdiri, dan meningalkanku Aku pastikan Lia akan celaka," ancam Aca sambil mengaduk minumannya.

Akbar tidak menganggap ancaman Aca dengan serius Akbar mengira Aca hanya berbicara omong kosong. Saat akan berdiri Aca menunjukan sebuah Vidio yang berdurasi 3 menit.

Di sana terlihat Lia yang sedang membersihkan pakayannya dan seseorang yang sedang membawa sebuah pisau.

"Kau bisa liat Aku tidak sedang bercanda." ucap Aca penuh penekanan dan tersenyum licik.

Mata Akbar membulat saat melihat pisau itu siap untuk menusuk Lia dari belakang.

"Apa sebenarnya maumu Ha? Bukankah Kalian adalah Sahabat? Kenapa Kau lakukan ini?"

"Aku muak dengan Lia, Aku muak dengan semuanya. Kau tau? Lia itu adalah pembunuh, karena Dia Kakakku meningal, karna Dia merebuat semua yang Aku inginkan. Dia merebut Kakakku dariku merebut kasih sayang Bunda, dan sekarang Dia merebutmu dariku."

"Aku bukan milikmu Aca, dan Lia bukanla seorang pembunuh. Aku percaya pada Lia,"

"Kau mungkin percaya tapi jika Aku menyebarkan berita bahwa Lia membunuh Kakakku, Aku pastikan dia akan dikucilkan disekolah. Bahkan Aku bisa membuat Lia keluar dari Sekolah kita sekarang juga"

"Kau benar-benar sudah gila!"

"Iya Aku memang sudah gila. Karna Aku mencintaimu, Aku bahkan berani untuk membunuh Lia, apalagi hanya sekedar membuat dia dikeluarkan dari sekolah itu adalah hal mudah bagiku.

"Kau tau Akbar kecelakaan yang kalian alami itu adalah perbuatanku, Aku yang merencanakannya dan Aku juga yang sudah menyuruh orang untuk memutuskan rem motormu,"

"Apa sebenarnya yang Kau inginkan Ha?" bentak Akbar spontan semua mata tertuju pada mereka.

"Pelankan suaramu apa begini caramu berbicara pada wanita?" ucap seseorang yang ada dekat sana.

"Maaf ya Pak, Buk!" ucap Aca dengan tingkah tidak bersalah.

Akbar menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi itu kepalanya benar-benar pusing. Akbar hawatir Lia kenapa-napa, Lia dan Aca benar-benar berbeda Lia yang cuek dan sedikit dingin tapi memiliki sifat seorang Peri sedangkan Aca terlihat baik, ramah dan lembut ternyata adalah seorang iblis yang menyamar sebagai Peri.

"Baikla katakan apa maumu?" tanya Akbar.

"Aku ingin Kau putus dengan Lia dan berpacaran denganku! Kau pasti tau apa yang akan kulaku kan jika kau menolak atau memberitau Lia" ancam Aca "Dan satu lagi Kau tidak diizin kan untuk mendekati Lia lagi!" lanjutnya.

"Kau benar-benar tidak waras, Lia itu Sahabatmu! Bisa-bisanya Kau menyakiti seseorang yang telah dekat denganmu dari kecil,"

"Tidak dia bukan sahabatku tapi dia adalah musuhku," tegas Aca "Aku beri Kau waktu sehari dan besok Kau harus sudah putus dengan Lia" lanjutnya lalu pergi dari sana.

Tak lama Liapun datang "Aca mana?" tanya Lia lalu duduk disamping Akbar.

Akbar menatap Lia dengan tatapan bingung, Akbar tidak ingin Lia kenapa-napa namun menjauhi Lia itu benar-benar susah bagi Akbar.

"Katanya ada urusan?" ucap Akbar bohong.

"Kamu kenapa?" tanya Lia hawatir bercampur binggung melihat Akbar.

Akbar hanya menggeleng lalu mengelus kepala Lia lembut "Ayo lanjutkan makananmu" kata Akbar.

Flasback Off

Gadis Desa dan Om TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang