Ngambek

40 9 0
                                    


Arya berniat membawa Lia kesebuah danau yang terletak di desa lain. Butuh satu jam untuk sampai kesana.

Di perjalanan Lia hanya diam dan Arya tau kalau Lia sedang menangis dalam diamnya itu. Sesekali Arya menatap Lia di spion motornya.

Di perjalanan Arya tidak bersuara juga tidak menghibur Lia sama sekali,  Arya membiarkan Lia memeluknya dan menangis di bahunya. Walau tidak mengeluar kan suara namun Lia meneteskan air mata dan dapat dirasakan oleh Arya.

Arya menambah kecepatannya lebih cepat lebih baik, karna sebenarnya Arya tidak suka melihat Lia yang seperti ini.

Saat sampai di danau Arya memarkir kan motornya setelah turun Arya memengang tangan Lia. Lalu melangkah maju, Lia hanya menunduk dan mengikuti langka Arya tanpa berbicara sedikitpun.

Tempatnya tenang dan sama sekali tidak ada orang, sebenarnya dulu Arya tidak sengaja menemukan tempat ini. Namun karna tepatnya indah dan tenang membuat Arya menyukai tempat ini.

Semenjak itu Arya sering kesini apa lagi jika dia sedang membuat rencana pengamanan atau tugas-tugas lain. Saat melihat Lia Arya yakin bahwa Lia akan menyukai tempat ini juga.

Arya dan Lia berhenti di bawah pohon besar yang ada di dekat danau, pemandangannya dari sana lebih indah, dedaunan kering yang berserakan di bawah pohon, rumput yang hijau membuatnya lebih sempurna.

Lia menatap Arya dengan pikiran kosong, sepertinya Lia belum menyadari tempat ini Lia hanya melamun melamun dan melamun.

"Saya tau, Saya tu tampan tapi gak usah di liatin terus. Nanti naksir lo!" ledek Arya sambil membalas tatapan Lia dan menaikan alisnya.

Lia hanya diam dengan muka datar. Arya menghela nafas lalu duduk dibawah pohon itu. Arya menatap Lia lalu menarik tangan Lia.

Lia terjatuh tepat dipelukan Arya, Arya mengelus kepala Lia.

"Apa kau tak lelah?" tanya Arya lembut.

Lia mendorong Arya lalu mengubah posisinya menjadi duduk di samping Arya.

"Apa Om tau? Lia dulu juga perna dihianti, Lia juga perna di tinggalkan pergi. Tapi Lia tidak menyangka bahwa persahabatan yang sedari kecil ini adalah persahabatan terkotor yang Lia pernah temui." jelas Lia dengan menahan tangis.

"Jika ingin teriak, teriakla! Jika ingin menangis, menangisla! Di sini tidak ada siapa pun selain kita berdua. Keluar kan semuanya jangan ditahan lagi," ucap Arya.

Lia menatap Arya dengan tatapan sendu, Arya yang mengerti langsung menganguk sambil tersenyum.

Lia berdiri dari duduknya lalu menatap danau, Lia mehela nafas memejam kan matanya lalu mulai berteriak.

"Akhh ...,"

"Aca ... kenapa persahabatan kita bisa sekotor ini?"

"Kenapa Kau hianatin persahabatan kita? Kenapa? Kenapa ...? Hiks ..." teriak Lia disertai tangisan.

"Apa salahku? Hiks, hiks ..." Lia menundukan kepalanya lalu memejam kan matanya mengingat kenangan kebersamaannya dengan Aca dulu .

Setelah itu Lia membuka matanya dan menghapus jejak air matanya dengan kasar sambil menatap lurus kedepan.

Sedangkan Arya hanya duduk memperhatikan Lia dan saat Lia akan berteriak lagi Arya pergi dari sana tanpa.

"Akbar! Mana janji yang kau buat dulu? Kau bilang bakal ... bakal tetap bersamaku, Kau bilang akan selalu menemaniku saat suka dan duka,"

***
Kaki Lia lemas Liapun terjatuh dengan air mata yang kembali tumpah, Lia benar-benar tidak bisa berteriak lagi. Tubuhnya bergetar lemas tidak ada lagi tenaga.

"Hiks ... hiks, tidak! Lia tidak boleh lemah, tidak boleh!" lirih Lia.

Lia berusaha untuk berdiri namun tidak bisa, tenggorokannya juga kering karna berteriak. Lia mencari keberadaan Arya namun tidak melihatnya.

Lia mengatur nafasnya yang memburu lalu membaringkan tubuhnya di atas dedaunan kering itu.
Berusaha untuk menenangkan dirinya sambil menutup mata.

Isak tangis Lia sudah berhenti, Lia juga terlihat sudah mulai tenang.

'Kak Putra pergi ningalin Aku, Akbar juga selingkuh dan sekarang Om Arya ngebiarin aku disini sendirin. Miris sekali hidupku' batin Lia.

Saat membuka mata Lia melihat Arya yang sedang berdiri menyodor'kan sebuah minuman. Lia tersenyum kecil melihat Arya Lia pikir Arya akan meninggalkannya sebenarnya ada rasa takut saat Lia tidak dapat menemukan Arya.

Namun jika ingin memanggil Arya dengan berteriak lagi Lia rasa itu akan susah dia benar-benar lelah, Lia hanya pasrah dan berusaha untuk tenang. Namun ketika melihat Arya kembali ... Lia merasa lebih baik.

Lia mengubah posisinya menjadi duduk lagi dengan bantuan Arya pastinya. Lalu meminum air yang tadi Arya bawa.

Arya duduk di sebelah Lia. "Pelan-pelan, nanti bajumu akan basah" ucap Arya yang melihat Lia.

Lia nutup botol minum itu lalu meletakannya. Lia cemberut sambil menatap Arya dengan tatapan marah. Arya yang melihatpun terkekeh.

Liapun memanyun kan bibirnya lalu membuang mukanya ke arah lain. 'Na kan jadi ngambek, ais ... gemes banget' batin Arya.

"Marah karna ditinggal atau karna bawa minumnya telat?" tanya Arya.

"Siapa yang marah?" bukannya menjawab Lia malah bertanya balik.

"Sini liat Saya!" pinta Akbar sambil menolehkan wajah Lia.

Mata Lia sebam, hidungnya merah, bibirnya juga terliat pucat dan kering. Arya tersenyum lalu memeluk Lia.

"Apa sudah lebih baik?" tanya Arya tanpa melepas pelukannya.

Lia menganguk "Lia pikir Om akan ninggalin Lia disini," lirih Lia.

"Oh jadi itu alasan Lia Cemberut saat Saya datang? Jangan pernah berpikir begitu lagi karna itu tidak akan terjadi."

"Iya," balas Lia pelan lalu membalas pelukan Arya.

'Rasanya inginku bawa kamu ke kota bertemu dengan orang tuaku, namun sepertinya aku harus mencari cara yang lebih efektif untuk membuat kamu mencintaiku lebih cepat. Karna waktuku disini tidak banyak lagi.' batin Arya.

"Lia!" panggil Arya.

Lia tidak bergerak juga tidak menjawab pangilan Arya. Aryapun melepas pelukannya dan Arya melihat Lia yang sudah pulas tertidur.

"Dasar Gadis Cilik ini, Sepertinya dia kelelahan karna menangis" gumam Arya.

Arya mencium mata kanan dan juga mata kiri Lia." Aku harap ini yang terakhir kau menangis karna laki-laki,"

Setelah itu Arya membaringkan Lia, melihat jam tangan miliknya lalu melihat Lia lagi.

"Padahal Aku ingin kau melihat matahari terbenam disini, namun kau malah tertidur" ucap Arya.











Gadis Desa dan Om TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang