Proses Perasaan

42 8 0
                                    

Satu minggu kemudian.

Akbar sudah sadarkan diri mereka juga sudah mulai berpacaran. Sudah beberapa hari ini Akbar mengantar jemput Lia.

Hubungan Lia dan Arya juga sudah lebih dekat dari sebelumnya. Lia sudah mau bercerita dan bercanda dengan Arya. Tapi Lia tidak mengubah panggilannya untuk Arya.

"Om! Lia mau pergi sama Akbar," ucap Lia di depan kamar Arya.

"Om! Buka pintunya!" teriaknya sambil mengetuk pintu kamar.

Cklek!

Arya membuka pintu lalu kembali masuk dan melanjutkan tidurnya. Karna ada sebuah tugas dimalam membuat Arya tidak bisa tidur dan baru tidur subuh ini.

Baru beberapa jam tidur dan kini malah di ganggu oleh Lia.

"Om! Kenapa tidur lagi? Om begadang ya?" ucap Lia sambil menggoyang kan tubuh Arya.

Arya membalikan tubuhnya membelakangi Lia. Lia memang berpacaran dengan Akbar tapi dia lebih manja kepada Arya. Lia sekarang mempunyai kebiasaan baru ya itu menganggu Arya.

Lia menghela nafas sejenak lalu berbalik untuk meningalkan Arya. 'Kasian Om ke capean, Aku balik aja de. Biarin dulu Om istirahat' batin Lia.

Baru mau melangkah tangan Lia ditarik oleh Arya. Lia pun terjatuh di ranjang Arya. Arya memeluk tubuh Lia dengan mata yang masih tertutup.

Mata Lia membulat karna kaget dan jantung Lia berdebar sangat kencang. "O--- Om!" ucap Lia gugup.

"Mau main kemana?" tanya Arya masih memeluk tubuh Lia dan mata yang masih tertutup.

"Kepo amat ke Dora," ucap Lia berusaha melepas pelukan Arya.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Arya lagi masih dengan posisi tadi.

Lia berhenti membrontak lalu berpikir sejenak " Iya," ucap Lia lalu mengigit tangan Arya.

Spontan Arya membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk. Lia terlepas dari pelukan Arya, dan langsung berlari menjauh. Saat akan membuka pintu Lia berbalik melihat Arya yang sedang mengelus tangan yang tadi Lia gigit.

Arya menatap Lia dengan muka yang seolah kesakitan. Lia menjulurkan lidahnya ke arah Arya lalu keluar dari kamar itu.

"Ais ... Gadis ini, membuatku tambah tertarik saja," ucap Arya sambil tersenyum.

Di balik pintu Lia memegangi dadanya yang masih berdetak kencang, " Ni kenapa si? Mungkin cuma keget kalik ya?" ucap Lia lalu berjalan pergi.

Di rumah hanya ada Lia dan Arya. Ayah Lia sedang di Balai Desa sedangkan Ibu dan Adiknya sedang kepasar pagi.

Lia mengambil benda pipi miliknya yang ada dimeja ruang keluarga itu.
Ting!  ada pesan masuk. Lia membuka aplikasi yang berwarna hijau itu. tertera nama sang Pacar disana, dengan senyuman Lia membalas chat Akbar.

WhatsApp.

"Jadi jalan gak?"

'Iyaa'

"Singkat amat,"

'Hhh, sorry masih grogi'

"Sama Pacar aja grogi, apa lagi sma Bunda"

'Emang nanti mau kemana?'

"Em ... ketemu Bunda mau?"

'Ibu Kamu?'

"Iya sayang"

Blus kata itu berasil membuat muka Lia memerah, senang dan panik itula yang sekarang Lia rasa kan. Sebenarnya Lia sudah pernah bertemu dengan Ibunya Akbar tapi masih dengan status teman.

Walau begitu masih ada rasa gugup. Lia terdiam membayang'kan bertemu dengan calon Ibu mertua.

Ting!

Pesan dari Akbar berasil membuat Lia tersadar.

"Ko cuma di read?"

'Klok Aku bilang belum siap, gimana?'

"Hehe jadi kamu mikirin itu, iya gakpapa ko kan masih bisa lain kalik. Jangan terlalu dipikirin ya, kalau Kamu udah siap, baru Aku bawak ketemu Bunda. Santay aja yang,"

Lia tersenyum membaca pesan itu. Tanpa Lia sadari Arya sudah ada dekatnya. Arya mendekati Lia perlahan agar tidak ketahuan.

"Woy!" ucap Arya sambil menepuk bahu Lia.

"Akhhh ... jailangkung" teriak Lia kaget lalu berdiri.

Arya yang melihat itu langsung tertawa. Lia membalikan badannya melihat Arya dengan tatapan tajam.

"Dasar Om jailangkung," pekik Lia lalu memukul dada Arya.

Arya tertawa lalu berjalan menjauh menghindari amukan Lia.

"Mau kemana ha? Sini gak," teriak Lia marah. Lia mengejar Arya dan terjadilah kejar-kejaran diantara mereka.

Cklek!

Nabila masuk dan melihat tingkah mereka berdua, Lia yang melihat kehadiran Nabila langsung berhenti karna berhentinya mendadak membuat Lia tidak seimbang dan hampir jatuh.

Dengan sigap Arya menarik Lia, dan Lia terjatuh dipelukan Arya. Pandangan mereka bertemu cukup lama.

"Ciee ...! Kakak sama Abang, pelukan" ledek Nabila dengan senyuman.

Lia tersadar langsung menjauh dari Arya, muka Lia memerah karna malu.

"Apasi Bil, orang gak sengaja juga" jelas Lia lalu pergi dari sambil menyembunyi'kan mukanya.

Arya terkekeh melihat tingkah Lia. Lalu mendekati Nabil yang masih tersenyum.

"Muka Kak Lia merah," bisik Nabil saat Arya sudah didekatnya.

"Sttt! jangan kasih tau siapa-siapa ya Bil," pinta Arya sambil mengelus kepala Nabila.

"Asiap Bang" balas Nabila sambil mengangkat tangan hormat.

'Ini baru permulaan, Aku akan membuat Gadis Cilik itu mencintaiku perlahan-lahan.' batin Arya.




Gadis Desa dan Om TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang