prolog

607 172 264
                                    

Happy reading !!






Pagi itu para maba berlarian masuk ke gerbang universitas negeri di kota Jakarta. Saling bertubrukan satu sama lain agar bisa sampai paling cepat di dalam gedung universitas tersebut.

Begitu juga dengan Maudy ia berjalan tergesa-gesa karna takut terkena omelan dari para seniornya, saat Maudy sedang berjalan masuk ia merasa ada yang menubruk bahu nya dengan kencang.

"Kalo jalan tu pake mata ga liat apa kalo-" ucapnya terpotong.

"Kalo apa? Hm?"

"Eh anu, itu maksudnya maaf Kak," Sambung Maudy gelagap saat tau siapa orang yang sedang di hadapinya sekarang, gadis itu lebih memilih diam.

"Lanjutin dulu dong tadi bicaranya," ujar lelaki tersebut.

"Eh ga gitu seriusan maaf banget Kak,"

"Lain kali kalo buru-buru liat sekitar juga,"

"Iya Kak maaf sekali lagi,"

"Iya bukan soal minta maaf nya cuman lain kali harus hati-hati kalo jalan,"

"Iya Kak." Sahut Maudy yang mulai jengah."

"Paham kan kalo jalan harus hati-hati dan liat sekitar,"

Maudy merasa kesal dengan senior di hadapannya, ia lebih memilih untuk merutuki setiap apa yang senior itu ucapkan, "sumpah ya kenapa sih ni senior satu bukannya minggir kan gua udah minta maaf malah ngomong panjang lebar gajelas."

"Kalo mau ngedumel itu langsung ke orangnya dong, jangan malah ngebatin gitu." Ucap lelaki tersebut seakan-akan tau bahwa Maudy sedang merutuki nya dalam hati.

"Eh engga ko Kak," elak Maudy.

"Kenapa sih dia itu manusia apa bukan jadi ngeri gua," batin Maudy.

"Saya manusia sama kaya kamu," sahut lelaki yang ada di hadapannya itu.

Maudy bergidik ngeri mengapa seniornya ini seperti bisa mendengar suara hati orang lain, akhirnya ia lebih memilih untuk pamit duluan. "Hehe sekali lagi maaf ya Kak, saya duluan," pamit Maudy seraya berjalan meninggalkan lelaki tersebut sendirian.

Rajes pun memilih meninggalkan tempat tersebut dan berjalan menuju lapangan menghampiri teman-temannya yang sudah berada disana terlebih dahulu.

🌻🌻🌻🌻

"Lama bener anjir, untung belum siang banget." Tegur Jio saat melihat Rajes berjalan ke arah mereka.

"Kasian para maba hari pertama udah tertekan diem di lapangan mana panas," timpal Aksa seraya bersiap untuk berdiri.

"Santai aja kali." Balas Rajes singkat.

"Beda sih ketua mah santai wae." Sahut Aksa.

"Udah ayo lah buruan ga sabar ni gua mau liat para maba," ajak Jio seraya berjalan menuju ke tengah lapangan.

Akhirnya mereka bertiga pun berjalan menuju ke lapangan dan melirik mereka para maba satu persatu.

"Lo ga mampu ya benerin ini rambut?" Tegur Aksa kepada salah satu maba perempuan dengan suara tegasnya.

"Ga sempet Kak." Elak maba perempuan tersebut.

Aksa pun terus memperhatikan rambut tersebut dengan seksama dan detail seraya menjiwir satu persatu rambut tersebut. "Lo tau ga jagong? Rambut lo tuh sama kaya rambut yang ada di jagung! besok udah di potong atau mau potong sekarang?" Tanya Aksa tegas.

kajessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang